@anasabila- Bicara soal Korea, -tentu maksud akunya Korea Selatan-seringkali muncul di benak kita, "kenapa Korea bisa?" Atau "kenapa Korea begitu populer?"
Apa karena K-Pop? Karena DraKor? Yang mana para artis-nya terkenal bening-bening itu? (cewek juga cowok sama aja beningnya, ups!).

No, no, no! Fenomena K-waves nggak melulu soal beat musiknya yang dope, fashion-nya yang trendy, dan artis-artis beningnya yang eye catching.
Karena nggak semua orang tertarik pada Korea dikarenakan Drakor atau K-Pop.
(termasuk akunya, xixixixi...)

Tapi... Tentu saja ada tapi-nya, GanSis. Karena tidak semua yang "nggak tertarik"akan media-media tersebut bisa dianggap sebagai anti-keKoreaan.
Sebab nggak semua orang itu bersumbu pendek, loh! Alias membenci/fobia secara menyeluruh yang dikarenakan satu atau dua "pendapat buruk" terhadap suatu hal.

Menjadi tujuan dan berperan sebagai tuan rumah pada suatu acara yang bersifat konvensi atau pertemuan-pertemuan kelas atas itu nggak mudah,loh! Karena, selain kelancaran agenda dari acara resminya, faktor agenda penunjang turut bermain di sini.
Misal; infrastruktur berkesan maju, budaya yang kental namun ramah kepada budaya luar, serta kesiapan tur wisata juga turut jadi poin-poin pentingnya.

Sebagai peringkat pertama yang telah dinobatkan oleh UIA, tentu saja kelayakan Korea menjadi Tuan Rumah Acara Tingkat Tinggi bukan sekedar isapan jempol. Apa saja kelayakan yang dibangun oleh Korea agar dapat menyematkan identitas profesional dalam bidang ini?
Berikut kita simak :

Bahkan, Paket Subsidi Utama tersebut di atas memiliki variasi dalam hal penyediaannya, sesuai jumlah peserta/delegasi! Jadi, ketersedian paketnya sangat fleksibel begitu, yaahh GanSis.

Nggakcuma acara KTT doang yang mendapat dukungan. Selama memenuhi kriteria, Korea siap menjadi tuan rumah dengan penyediaan Paket Subsidi Utama yang sudah akunya sebut di atas.

Baik untuk kedua jenis acara tersebut, Korea menetapkan kriteria umum :

Berbagai ragam bentuk dukungan diberikan oleh Korea bagi Korporasi penyelenggara acara. Sebelum itu, kita simak dulu kriteria untuk menerima bentuk dukungannya, yuk!

Ada baiknya kita juga berkaca, seberapa serius Korea mengambil langkah untuk menjamu para tamu asingnya?
Let's go!Kita intip sekilas gambar berikut.

Tahukah kamu? Pernah loh, diadakan pertemuan besar bersifat insentif dari Perusahan Indonesia, yaitu: Millionaire Club Indonesiadi Seoul. Di mana Perusahaan Kosmestik itu mengirimkan lebih kurang seribu karyawannya untuk berlibur.
Dan, tentu saja Korea menyambut hangat kegiatan tersebut, bahkan dengan ramah menyusun agenda tersendiri.
Selain itu beragam acara senada juga diadakan dari berbagai Perusahaan di dunia, misal; Singapore, Vietnam, China, dan lain-lain.

Kalo nggakmelihat statisik, otak dangkal akunya ini melulu terpikir jika pasti Amerika, atau Jepang, atau China yang mendapat peringkat teratas. Ternyata...

Lalu, apa saja langkah Korea dalam menata ruang Negara sehingga gelombang kecintaannya (baca: kepopulerannya) merebak harum?
Mari kita intip lagi, yuk!

Well... Akunya nggakperlu bahas destinasi wisata, yaahh. Justru, akunya lebih tertarik pada tatanan penunjang kemudahan bagi para turis.
Jadi gini, akunya coba garis bawahi. Sebagus apapun destinasi wisata di Korea, poin mutlak dan utama bagi turis setelah menyeleksi kecantikan serta keunikan yang disediakan, pasti itu soal...
Yup! Kemudahan untuk akses ke sana.

Sayangnya, Indonesia belum termasuk dalam kebijakan ini, yaahhGanSis. Cuma, terkadang ada event bebas Visa dengan periode terbatas seperti yang diadakan selama 3 bulan, Oktober hingga Desember 2019 yang lalu.
Padahal, Negara tetangga terdekat seperti Malaysia dan Singapura sudah masuk dalam kebijakan bebas Visa ke Korea Selatan! Mudah-mudahan di tahun 2020 ini, Korea bisa segera menetapkan Indonesia sebagai Negara bebas Visa untuk berkunjung ke sana, ya GanSis. Wacananya sudah ada, kok.

Lalu, kalau kita telisik ke ranah transportasi, Korea memberikan banyak sekali kemudahan. Tapi biarpun mudah, nggak berarti No Quality, yaahh. Terbukti dengan diberikannya penghargaan 12 kali berturut-turut berupa : Airport Service Quality Award kepada Bandara Internasional Incheon.

a. Transportasi Udara Internasional & Domestik
Bandara Internasional Incheon memang terus berkembang pesat hingga saat ini dengan catatan layanan-layanan yang luar biasa :
-Lebih dari 90 Maskapai Penerbangan beroperasi di sana.
-Semua Maskapai Penerbangan tersebut beroperasi hingga menjangkau lebih dari 180 kota-kota dari berbagai Negara, loh!
Selain itu, untuk mengakses kota-kota tersohornya melalui jalur udara, Korea juga juga menyediakan :
-Sebanyak 9 Bandara bertaraf Internasional, dan total 7 Bandara bertaraf domestik.

b. Kereta Cepat Domestik
Bosan terbang dengan pemandangan kabut-kabut kapas di angkasa?
Kereta berkecepatan tinggi alias KTX yang diagung-agungkansangat canggih itu memang tersedia, kok. Beroperasi dengan jalur yang menghubungkan Bandara Internasional Incheon ke beberapa Kota-Kota besar.
Tentu asyik, kan? Touring menggunakan Kereta Cepat dengan panorama dan pengalaman berbeda saat menjelajah Korea ke kota-kota seperti; Seoul, Busan, Jeju, dan Gyeongju, misalnya.

c. Bus Ekspres
Nggak puas, ah Bila, Kalau naik Pesawat Domestik atau KTX, mana mahal lagi...
Eits, bagi yang suka menikmati perjalanan lebih slow nan terjangkau, bisa mencoba menjelajahi rimba infrastruktur Korea melalui Travel Bus Ekspres antar kota di Korea.
Kenyamanan Bus Ekspres Korea sudah tingkat tinggi, dengan ruang penumpang luas seperti sandaran kursi yang bisa kamu ubah kemiringannya untuk bersantai, juga sudah full AC tentunya.

d. Kapal Lintas Samudera/Ferry
Kapal Ferry ini sepertinya tidak terlalu populer untuk jadi pilihan transportasi ke Korea. Alasan utamanya? Banyak sekali bunuh waktu! Hanya saja, nilai plusnya apalagi kalau bukan lebih murah dari penerbangan internasional.
Tapi untuk kasus perjalanan domestik, Kapal Ferry bisa jadi pilihan bagi yang ingin menikmati tur dengan sensasi tersendiri.(korail.com)
Untuk Kapal Ferry yang berlayar dari dan ke luar Korea, sementara hanya terhubung ke arah 3 Negara ;
-Vladivostok (Eropa) - Korea (dbs.ferry.com)
-Jepang - Korea (jrbeetle.co.jp)
-Cina - Korea (weidong.com)

Subway ini kendaraan dalam kota terlaris di Korea. Tentu itu karena murah, nyaman, cepat, dan mudah untuk memahami sistem alur Subway di Korea. Karena tersedia juga menu Bahasa Inggris, loh.
Bagi GanSis yang pernah cicip Subway di Jepang, terasa sekali kalau sistem Subway di Korea jauh lebih mudah untuk di akses.
Harga? Sekitar $1 US antar jalur/stasiun. Murah, kan?

b. Bus
Bus Dalam Kota memang tidak senyaman Bus Ekspress. Juga walaupun murah, sistem penggunaan masih bisa dibilang sulit. Terutama dari segi bahasa karena menggunakan aksara Korea (Hangul).
Nilai Plus naik Bus? Bagi yang suka traveling, pasti paham kalau yang paling bikin susah itu beban barang bawaan. Halte Bus lebih banyak tersebar di sudut-sudut kota dibandingkan sama stasiun Subway. Jadi, terutama kalo beban koper udah naik 2 kali lipat dengan perjalanan lumayan jauh, Bus beneran lebih nyaman dibanding Subway. Percaya akunya, deh.

c. Taksi
Bicara soal Taksi, tidak perlu terlalu di bahas, yaahh. Di mana-mana nyaris sama. Carinya mudah, apalagi udah populer Taksi Online.

Sebenarnya kita harus melek, index tersebut berdasarkan kriteria yang benar-benar menunjukkan kemajuan "infrastruktur era digital networking" secara keseluruhan.
Mari lihat tabel gambar berikut untuk memahami kriteria-kriteria penilaian IDI.

Sekarang kita bisa memahami gambaran seberapa maju infrastruktur dunia digital-nya Korea. Untuk mewujudkan itu nggak mudah!
Ibarat di Indonesia, yang turun tangan untuk menaikkan peringkat IDI, paling tidak harus ada simposium : Kemkominfo, Kemdikbud, BPS, dan pemegang kepentingan seperti Operator Selular.

Beralih ke dunia perdagangan Korea, pembahasan topik ini sengaja nggakakunya masukin ke dalam Thread. Sebab, ada beberapa hal dalam segi perdagangan yang masih bertolak belakang dengan tujuan dari isi Thread ini.
Apa yang bertolak belakang?
Berdasarkan sumber dari Menteri Perdagangan, Industri, & Energi Korea, bahwasanya Negara itu masih mengalami defisit terhadap Jepang.
Kenapa? Kalau akunya analisis secara garis besar, hal itu bisa jadi disebabkan oleh ketergantungan Korea terhadap teknologi Jepang dalam pengembangan Industrinya.

Okay... Walaupun ada bukti bahwa pada Juli 2019, perdagangan di Korea masih mengalami gelombang defisit terhadap Jepang. Tapi, tetap tidak bisa kita pungkiri jika beberapa produk korea sudah menggurita di mancanegara. Contoh sederhana dari lini elektronik, kita sudah mengenal brand Samsung atau LG.

Jadi, tidak hanya dalam dunia entertainment, Korea ternyata juga "berbakat" untuk menjadikan jati dirinya dikenal lewat berbagai cara. Dan, usaha Korea terbukti dengan berbagai prestasi yang sudah kita simak di atas, yaahh Gansis.

Padahal, kalau kita tinjau sedikit ke belakang, pada tahun 1950 Korea masih sibuk akan konflik yang sejatinya adalah masalah internal, sehingga Perang Koreapecah pada tahun tersebut. Dampak dari konflik tersebut juga sangat besar dan melibatkan beberapa Negara.

Namun, bagaimana bisa sebegitu singkatnya Korea menjadi Negara Maju seperti sekarang?