Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lurikaAvatar border
TS
lurika
[SFTH] Gadis Bersepeda (Part 1)


Aku selalu melihatnya ketika ia tiba di tempat dimana ia bekerja, di balai pertanian di kota ini. Matanya indah walaupun tak seperti bola pimpong. Senyumnya ramah, barisan gigi putihnya menambah kesan anggun saat ia tersenyum. Langkahnya rapi seperti berjalan diatas catwalk mungkin ia menyeimbangkan busana syar'i yang ia kenakan dengan setiap lakunya. Ketika ia berbicara, tutur katanya lembut dengan suara khasnya.

Aku tak tahu siapa namanya, karena memang aku belum berani mendekatinya. Keberanianku hanya sebatas memandangnya dari sini, dari sekolah yang letaknya tak jauh dengan tempat ia bekerja.

Kami berdua sama-sama bekerja sebagai pegawai di negeri ini. Aku sebagai seorang guru dan ia, aku tak tahu. Kata teman-teman guruku yang lain ia pegawai yang baru lulus dan di tempatkan di kota ini. Yah, teman-teman seprofesiku hanya tahu sebatas itu saja dan itu CUKUP bagiku.

***

Hari ini, ada kemajuan dalam mengagumi dia yang sosoknya selalu menghantui dan merajai pikiranku siang malam. Pagi ini, Tuhan berkenan mengijabah doaku, aku bertemu dengannya dijalan menuju kantor kami yang searah. Ia bersepada dengan santainya, sebab waktu juga masih menunjukkan pukul 06:30 pagi, masih sangat lama untuk terburu-buru menuju kantor.

Sedangkan aku memakai kendaraan bermotor dan dengan sengaja ku perlambat tarikan gasnya dengan maksud untuk menyamai irama sepedanya, siapa tahu aku bisa berkenalan dengannya.

Sekarang aku sudah bersisian dengannya, ia menoleh dan langsung memberi senyum indahnya. Jujur saja, aku terpaku dan hampir tak sadarkan diri untungnya otakku tak beku-beku amat sehingga dengan sigap aku membalas senyumnya namun sayang tanganku juga sigap untuk mempercepat tarikan gas motorku, sungguh itu adalah aksi yang tak ingin ku lakukan, aku masih ingin berlama-lama dengannya. Tapi, ya sudahlah, melihat senyumnya dari dekat saja itu sudah menjadi penyemangat hariku pada hari ini.

***

Sekitar sepuluh menitan aku tiba di sekolah, lonceng untuk apel pun belum berbunyi. Itu tandanya aku masih punya waktu untuk sedikit relaksasi dalam ruangan. Ku buka novel mellow karya Boy Chandra yang entah kenapa sejak melihat gadis bersepeda itu aku jadi menyukai semua tulisan-tulisan yang ditulis oleh mas Boy Chandra.

Aku mulai membaca novel tersebut, lembar demi lembar terus berganti hingga terdengar lonceng apel pagi berbunyi. Anak-anak sekolah mulai berhamburan menuju lapangan, dan aku baru sadar bahwa sedari tadi tak ada teman-teman guruku yang lain. 'Kemana mereka?, kenapa cuma aku yang bersantai sendiri diruangan tadi?, gumamku. Lalu ku lanjutkan langkah menuju lapangan.

Di lapangan, guru-guru yang lain ternyata sudah berkumpul disana. Aku masih dalam keadaan heran, dan terus melangkah bergabung menuju barisan.

Beberapa menit kemudian apel pagi telah selesai, semuanya berjalan lancar, keheranan akupun telah rampung, sedaei tadi para rekan-rekan guruku sedang sibuk mengatur aula bersama siswa, rencananya akan diadakan sebuah penyuluhan mengenai masalah pertanian di kota ini oleh para penyuluh-penyuluh dan petugas dari balai pertanian.

'Apakah gadis bersepada itu juga akan ikut dalam sosialisasi mendadak ini?', pikirku dalam hati. 'Ah, sudahlah tidak usah berharap banyak. Sebaiknya aku ikut berpartisipasi mengatur ruangan'.

***

Sosialisasi mendadak inipun akhirnya tiba pada waktunya. Siang setelah sekolah bubar sosialisasi akan dilaksanakan. Karena acaranya mendadak makanya para pegawai dari balai pertanian tidak ingin merusak jam sekolah para siswa di sekolah, maka dari itu mereka meminta jam sepulang sekolah dengan mengumpulkan semua anggota osis dan ketua kelas dari masing-masing kelas.

Acarapun dimulai, tapi gadis bersepeda yang sedari tadi aku tunggu belum terlihat. Hal ini memastikan keraguanku. Aku kembali menyimak apa yang dibicarakan oleh penyuluh tersebut dan tidak lagi berharap kedatangan gadis itu.

Hingga acara usai gadis itu tak ada, ia benar-benar tak terlibat dalam sosialisasi ini, jujur saja aku kecewa, tapi tak mungkin aku mengungkapkannya.

Aku pulang dengan gontai menuju tempat parkir setelah semua tetekbengek acara tersebut terselesaikan. dengan bonus tugas dari kepala sekolah bahwa aku yang akan ikut bersama tim penyuluh dari balai pertanian untuk kembali mensosialisasikan apa yang dijelaskan tadi di lingkungan tempat dimana saya tinggal. Tak ada pilihan lain selain menerima tugas tersebut dan aku tak ingin berharap gadis itu yang menjadi tim penyuluh tersebut.

***

Hari menjelang malam, persiapan untuk sosialisasi masalah pertanian juga hampir rampung. Sejak sepulang dari sekolah tadi, aku sibuk menghubungi ketua RW untuk mengatur semua persiapan ini. Semua warga sudah diberitahu, dan semua antusias ingin ikut acara tersebut.

Tepat pukul enam sore semuanya telah rampung, tinggal menunggu kehadiran para warga dan juga para tim penyuluh. Aku pun kembali ke rumah untuk bersiap-siap.

Sejam setelahnya aku sudah kembali berada di tempat acara. Warga masih berdatangan memenuhi tempat duduk yang disediakan. Dari kejauhan aku melihat sosok gadis yang aku kenal, jantungku kembali berdegup hebat, aku tak menyangka gadis bersepeda itu hadir dalam pertemuan ini. Ku atur nafas dan berusaha menyambut kedatangan gadis itu bersama teman penyuluh lainnya.

"Selamat malam, selamat datang dalam pertemuan ini Pak dan Ibu penyuluh, mari silahkan langsung menuju tempat yang sudah kami sediakan", kataku berusaha menyamarkan kegugupanku. Kulihat gadis itu tersenyum kecil dan menatapku.

Acarapun dimulai dengan perkenalan dan dilanjutkan dengan menyampaikan materi yang telah siapkan. Sesekali aku melirik gadis itu, melihat wajahnya dari jarak dekat, sungguh aku semakin jatuh cinta dengannya. Kali ini giliran gadis itu yang akan menyampaikan materi. Kembali ku atur nafasku dan segera menyimak apa yang akan ia sampaikan.

***

Satu setengah jam sudah berlalu, acara sosialisasi masalah pertanian telah selesai. Para warga satu per satu meninggalkan tempat acara. Kini tersisa aku, ketua RW, para panitia dan tim penyuluh.

"Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Pak RW, panitia dan para warga disini sehingga sosialisasi mengenai cara bertanam padi ini telah rampung. Dan kami melihat para warga antusias dengan sistem bercocok tanam ini". Gadis itu memecah kesunyian diantara kami yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Iya ibu penyuluh, saya sebagai ketua RW disini juga sangat berterimakasih dengan adanya sosialisasi ini sehingga para petani kami bisa mengetahui metode terbaru dari bertanam padi yang bisa menghasilkan lebih banyak padi". Pak Rw pun ikut berterima kasih.

Setelah perbincangan kecil bersama para tim penyuluh, akhirnya kami semua kembali ke rumah masing-masing. Ku lihat gadis itu sedikit bercengkrama dengan warga sekitar, tak lama kemudian seorang ibu-ibu bersamanya menghampiri aku. Teman-teman penyuluhnya yang lain sudah pergi meninggalkannya.

"Assalamualaikum, Pak Ray". Ucap ibu-ibu yang bersamanya.

"Waalaikumsalam, ada apa bu? ada yang bisa saya bantu?" Aku membalas salam ibu-ibu tersebut.

"Ini Pak, ibu penyuluh ini takut pulang sendirian sedangkan teman-temannya yang lain sudah pergi semua itu karena ibu yang salah, sudah mengajak ibu penyuluh ini untuk menjelaskan kembali masalah bertanam padi tadi, Pak Ray". Ibu-ibu itu menjelaskan maksud dan tujuannya kemari. "Pak Ray, bisa mengantarnya pulang? Kebetulan letak rumahnya searah dengan Pak Ray, bisa Pak?", lanjut ibu-ibu tersebut. Hatiku tak karuan, jika aku mengiyakan berarti aku akan berduaan dengannya dimalam ini, tapi jika tidak aku sungguh keterlaluan menjadi seorang lelaki.

"Iya bu, tak apa-apa, saya bisa mengantarnya pulang". Aku mengiyakan permintaan tersebut.

"Terimakasih Pak. Mari bu silahkan pulang bersama Pak Ray, ibu tidak usah takut Pak Ray sangat baik, sangat menjaga kehormatan para warga disini dan selalu menolak juga menentang segala bentuk kejahatan yang terjadi disini. Maka dari itu saya tenang kalo ibu penyuluh diantar pulang oleh Pak Rai". Kata ibu tersebut menjelaskan. Aku melihat raut wajah gadis itu kembali tenang.

"Mari bu, saya antar pulang", aku berusaha bersikap tenang. Ku lihat ia kembali tersenyum dan berpamitan dengan ibu tadi sambil mengucapkan terimakasih.

Sepanjang perjalanan hanya ada diam dan dingin angin malam yang menemani kami. Aku tak berani mengajaknya berbicara, selain itu hatiku terlalu berbunga-bunga untuk aku hancurkan dengan guyonan tidak penting.

Selang beberapa menit kami tiba di kosannya, dan ternyata tidak hanya searah tapi kosannya juga berdekatan dengan kosanku, ku lihat sepeda berwarna putih terparkir rapi di teras kos, sepeda yang selalu ia pakai menuju tempat ia bekerja.
Gadis itu turun dari motor kemudian berjalan menuju pintu.

"Terimakasih Pak Ray sudah bersedia untuk mengantarku pulang. Saya minta maaf sudah merepotkan bapak, dan juga saya minta maaf tidak bisa menawarkan minum sebab hari sudah malam tak baik jika ada yang melihat kita berdua disini". Ucapannya membuatku tersadar bahwa kami belum saling mengenal, benteng antara aku dan dia masih sangat kuat.

"Iya bu, tak apa-apa. Ibu tak merepotkan, justru saya bersyukur telah membantu ibu, karena mungkin aku mendapatkan satu pahala kebaikan dari Allah, dan juga tak apa-apa tidak menawarkan saya minum, toh saat ini saya juga tidak haus hanya lapar saja dan ingin cepat-cepat sampai rumah untuk makan", jawabku asal yang ternyata membuat ia sedikit tertawa. Lalu aku berpamitan dengannya dan melaju menuju kosanku dengan hati yang berbunga-bunga.

'Benteng itu sedikit melemah'. Ucapku bahagia
.
Diubah oleh lurika 17-08-2020 12:24
CuruuuuutAvatar border
nona212Avatar border
081364246972Avatar border
081364246972 dan 57 lainnya memberi reputasi
58
4.5K
114
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan