Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

thefathonyAvatar border
TS
thefathony
Terasing Di Negri Sendiri, Penolakan Terhadap Warga Wuhan Terkait Wabah Virus Corona


CNN --Di Tiongkok, Wuhan dikenal sebagai kota cherry blossomss, sebuah mesin ekonomi di jantung negri, dan tempat lahirnya revolusi berumur ratusan tahun yang meruntuhkan dinasti terakhir di negri tersebut.

Tapi kini, metropolis tempat bernaung 11 juta orang di provinsi Hubei tengah menjadi pusat perhatian menyebarnya virus mematikan corona, stigma terhadap penduduknya pun tak bisa dihindari.

Dengan angka kematian mencapai lebih dari 300 dan 14.300 kasus menyebar di seluruh Tiongkok, pemerintah lokal di seluruh penjuru negri telah mengaktifkan level emergensi kesehatan terringgi, menerapkan screening ketat terhadap orang yang datang dari Wuhan.
Bagaimanapun juga, ketakutan akan wabah telah menyebabkan penolakan dan diskriminasi terhadap warga Wuhan. Sebagian telah menjadi orang buangan di negri sendiri, diusir dari hotel, tetangga dan --di wilayah tertentu -- dimasukkan ke dalam karantina yang kontrofersi.

Ofisial di wuhan memperkirakan sekitar 5 juta orang telah keluar dari Wuhan dalam rangka tahun baru Imlek sebelum pihak berwenang membatalkan seluruh penerbangan, kereta dan bus ke luar kita terkait karantina yang diberlakukan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan pasa 23 Januari.
Banyak dari mereka adalah pekerja imigran atau mahasiswa yang mudik tahun baru Imlek.
Tiongkok mengumumkan virus corona bisa menular dari manusia ke manusia pada 20 Januari, diikuti lompatan jumlah kasus terkonfirmasi. Sebelumnya, pemerintah mengumumkan kalau wabah ini "dapat dihindari dan terkontrol".

"Banyak temanku yabg meninggalkan Wuhan tidak menyadari (seriusnya) situasi ini," April Pin, seorang warga Wuhan, yang menulis sebuah surat terbuka yang tersebar secara luas, yang meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas ketidaktahuan orang-orang yang keluar dari Wuhan.
Pin, satu dari jutaan orang yang menetap di Wuhan, mengatakan kepada CNN kalau dia menulis surat tersebut karena "banyak sekali komentar online mencaci maki orang-orang dari Wuhan."
"Saya merasa bersalah" dia menambahkan.


Persona not grata
Setelah lockdown, warga Wuhan yang pergi ke berbagai penjuru Tiongkok segera merasa bahwa merek tidak diterima lagi di mana-mana, di hotel, penginapan, atau mereka juga tidak bisa kembali lagi ke Wuhan karena larangan travel.
Mereka terasing di negara sendiri. Di medsos, postingan tentang turis dari Wuhan yang memohon pertolongan tempat untuk tinggal mencuat. Seorang pengguna Weibo, Twitter-nya Tiongkok, bercerita dalam postingannya kalau dia diusir dari penginapan tempat mereka tinggal di Changsha, provinsi Hunan, karena tamu dari tamu dari provinsi tetanggan Hubei dilarang untuk datang.
"Saya hanya meminta tolong di sini karena saya sudah benar-benar di ujung tanduk," tulis Luougao, yang mengatakan dia keluar Wuhan pada 20 Januari, tiga hari sebelum lockdown.
Dia pergi ke stasiun kereta, tapi hanya mendapat informasinkalau kereta sudah tidak berhenti di Wuhan lagi. Dia menelpon polisi tapi hanya diminta untuk datang ke rumah singgah, tempat bernaungnya tunawisma. Dia lalu menghubungi walikota Wuhan tetapi tidak terhubung. Dia bahkan mendatangi rumah sakit untuk cek kesehatan tetapi tetapi tetap tidak ada hotel yang mau menerimanya. Sampai saat itu, sudah 10 hotel dan penginapan yang menolaknya, tulisnya dalam postingan.
"Aku tidak mengerti. Bahkan jika seandainya kami warga Wuhan adalah mayat berjalan yang menyebarkan wabah, bukankah seharusnya kami dibolehkan tinggal di dalam ruangan? Sekarang saya disuruh keluar dan tak ada tempat tujuan", tulisnya,
Postingan tersebut --yang kemudian telah dihapus-- menjadi viral, sampai menarik perhatian "polisi internet" Changsa, atau sensor, yang kemudian melaporkan pihak berwenang tentang kasus tersebut, kata pihak regulator internet di kota itu dalam pernyataan di Weibo. Akhirnya ia berhasil check in di sebuah hotel pada sore tersebut, menurut regulator internet dan lanjutan postingan Luougao.

Ketika dihubungi oleh CNN, Ludougao mengatakan dia mempertahankan pernyataanya dalam postingan yang didelete. Dia menolak untuk berkomentar lebih jauh dan mengatakan dia telah dihubungi oleh pemerintah.

Kondisi yang dialami Ludougao juga dibenarkan banyak kalangan di seluruh negri. Di selatan provinsi Yunnan yang populer dengan cuaca dan alamnya yang nyaman, banyak sekali turis dari Hubei yang tidak tahu akan tinggal di mana, menghubungi pemerintah di sana untuk bantuan sampai dinas pariwisata memerintahkan Minggu lalu agar setiap kota menyediakan minimal satu hotel untuk mengakomodasi mereka.



Provinsi lainnya di Tiongkok, seperti Guangdong selatan dan provinsi Guangxi, segera mengikuti langkah tersebut, menyediakan hotel untuk turis dari Wuhan dan daerah lain di provinsi Hubei, menurut pernyataan di media. Dinas pariwisata dan kebudayaan Wuhan juga telah mengumpulkan daftar hotel yang dikhususkan bagi turis dari Wuhan di seluruh negri. Taoi belum jelas berapa banyak pelancing dari Wuhan yang mengetahui hal tersebut.
Dengan pertumbuhan jumlah penerbangan internasional yang dibatalkan menuju Wuhan, banyak turis dari Wuhan terlantarkan di liar Tiongkok. Per 27 Januari, masih sekitar 4000 turis Wuhan di luar negri, berdasarkan info dinas pariwisata Wuhan. Mentri luar negri Tiongkok mengumumkan bahwa hari Jumat akan ada pesawat yang disewa untuk memulangkan mereka.

"Untuk mengatasi kesulitan yang dialami warga dari Hubei khususnya Wuhan, pemerintah memutuskan untuk menyewa penerbangan untuk segera memulangkan mereka ke Wuhan," kata juru bucara kementrian luar negri Tiongkok Hua Chunying.

Menurut kementrian tersebut, dua penerbangan disewa oleh pemerintah Tiongkok telah mendarat di bandara internasional Wuhan pada Jumat malam, membawa turia asal Hubei dari Asia tenggara.
Satu penerbangan dari Bankok, Thailand, membawa 76 penumpang, kata kementrian, Masih belum pasti berapa jumlah penumpang yang terbang dari Kota kinibalu, Malaysia. Pihak berwenang awalnya menyatakan dua penerbangan tersebut mampu membawa 200 warga Hubei.



Blokade jalan, menutup rumah
Selain dari turis, pemerintah lokal juga sedang dalam siaga mengenai warga yang kembali dari mudik ke Wuhan untuk perayaan Imlek. Di beberapa kota seperti Shanghai dan Guangzhou, dewan kemasyarakatan ditugaskan dalam pencarian warga yang dari Wuhan secara pintu ke pintu, kemudian melaporkannya ke pihak berwenang, menurut sebuah pernyataan di media.

Eric Chen, 33 tahun berasal dari Jingzhou, Hubei, yang tinggal dan bekerja di provinsi Zhejiang, mengatakan beberapa orang sabgat khawatir dengan warga Wuhan sampai-sampai orang-orang melaporkan ke polisi jika melihat mobil dengan plat nomor dari Wuhan di lingkungan mereka.

"Padahal si pemilik mobil sama sekali tidak pernah ke Wuhan. Plat nomornya sari Wuhan karena plat nomor dari Hangzhou sangat sulit didapatkan, bagaikan menang lotre," papar Chen kapada CNN.

Di daerah pedesaan, warga bergantian untuk menjaga jalan masuk desa untuk menghalangi siapapun yang baru kembali dari Wuhan untuk masuk desa. Sebuah gambar yang belum terverifikasi di medsos menunjukkan jalan menuju desa ditutup dengan truk, eskavator, batu, batang pohon --dan pada beberapa kasus, digali -- untuk menghalangi orang untuk masuk.
Blokade jalan tersebut sangat berlebihan sampai kementrian perhubungan telah mengeluarkan memo pada Rabu agar memberi peringatan pada warga untuk tidak melakuka blokade jalan tanpa izin khususnya menggali jalanan agar tidak ada kendaraan yang masuk.



Di beberapa tempat, warga Wuhan dimasukkan ke dalam karantina yang tidak jelas --bahkan mungkin membahayakan --. Ada video menunjukkan rumah warga asal Wuhan yang baru kembali disegel dengan bannner --dan di beberapa kasus diblokade dengan kayu atau batang besi-- telah viral di medsos.
Di satu video, pintu apartemen ditempeli semacam segel peringatan merah (red notice) bertuliskan: "Rumah ini berisi orang yang kembali dari Wuhan, harap jangan mendekat atau berinteraksi dengan mereka." Pintu tersebut -- masih didekorasi susasana Imlek-- diblokade dengan batang besi oleh beberapa orang dengan masker medis.
CNN tidak dapat memverifikasi video tersebut secara independen, atau di mana video diambil.
Penolakan dan diskriminasi yang dialami warga Wuhan bahkan telah menjadi perhatian People's Daily, corong propaganda resmi Partai Komunis China.
Dalam sebuah opini yang dimuat di artikel pada aplikasi mobile, People's Daily telah mengetahui adanya perlakuan tidak pantas secara online kepada warga Wuhan dan warga Hubei umumnya, juga tentang perlakuan otoritas setempat yang melarang mereka untuk masuk hotel atau bahkan pulang ke kampung halaman sendiri.
"Kebanyakan dari 5 juta orang (yang meninggalkan Wuhan) bukannya 'kabur' dengan sengaja, san buak juga mereka semuanya membawa virus," tulis artikel tersebut.
"Ke manapun mereka pergi, kita tidak sepantasnya berprasangka buruk terhadap mereka, atau memperlakukan mereka dengan dingin.. Dalam masalah wabah, mereka adalah korban dan mereka sangat berharap lebuh besar dari siapapun agar wabah segera berakhir, dan mereka juga menginginkan keselamatan, keamanan, ketenangan lebih dari siapapun. Saat ini apa yang mereka butuhkan adalah pengertian, bukannya kesalah pahaman."

Doakan yang terbaik buat semuanya, supaya wabar segera berakhir..

Sumber
maverick4everAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan