Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NovellaHikmiHasAvatar border
TS
NovellaHikmiHas
Cinta Ditolak untuk Kedua kalinya
Cinta Ditolak Ikuti TakdirNya



Yuk agan-agan dan sista-sista belajar lagi kita tentang cinta. Bukan cinta insan hina. Akan tetapi cinta insan mulia. Cinta yang diajarkan orang-orang mulia.

Kali ini kita akan belajar dari dua insan mulia yang saling mencintai. Cinta yang bersemayam pada hati yang suci. Sekian lama, ya amat sangat lama. Tetapi cinta insan yang bertahan dan tak kunjung pergi. Taqdir memisahkan mereka. Akan tetapi taqdir pula yang mempertemukan mereka kembali.

Cinta mereka berdua sangat indah, tulus dan suci. Begitu tulusnya cinta mereka berdua sehingga tak ada yang mampu memalingkannya. Begitu sucinya hingga tak ada syahwat yang mendesaknya.

Mungkin jika itu kita, maka kita akan berderai air mata. Bagaimana ada wanita semulia itu dan sesuci itu. Dan juga setahan itu. Dan bagaimana pula laki-laki mulia itu tegar mengajari cinta agar terus mewiridkan nama Rabbnya.

Ini asli sebuah kisah cinta. Kisah cinta dua insan yang mulia dan suci. Cinta yang tak lekang oleh zaman. Perpisahan waktu, karena tempat, dan juga jarak bukanlah alasan. Justru waktu yang memisahkan, bagaikan menghitung hari menunggu panen tanaman cinta yang semakin hari semakin ranum.

Nama gadis itu adalah Fakhitah. Putri Abu Thalib, paman Nabi. Saudari dari sahabat Ali dan Ja’far. Atau ia lebih dikenal dengan Ummu Hani’.

Fakhitah ini pernah dilamar oleh seorang laki-laki mulia yang sangat mencintai Fakhitah. Akan tetapi Abu Thalib lebih memilih laki-laki lain yang bernama Hubairoh.

Laki-laki mulia yang ditolak lamarannya itu pun datang menemui Abu Thalib pamannya dan mengungkapkan perih isi hatinya, “Wahai paman, engkau nikahkan ia dengan Hubairoh sedangkan kau tolak aku?”

Uuhhh …, sakit ..., terasa perihnya… cinta yang ditolak oleh angin taqdir sehingga tak sanggup lagi untuk berlabuh.

Kemudian Abu Thalib memberikan alasan, “Kami ini dua keluarga besar yang sudah lama berbesan. Beginilah keluarga mulia membalas keluarga mulia.”

Mau dikata apa, bukti ini menunjukkan bahwa taqdir di atas segalanya. Bahkan di atas kekuatan cinta yang katanya sanggup menaklukkan menjulangnya gunung dan ganasnya samudera. Kali ini, cinta harus mengakui kelemahannya. Cinta hanya dikalahkan karena dihadapkan oleh taqdir.

Rumah tangga Fakhitah dengan Hubairoh pun berjalan dengan sangat baik. Hingga pernikahan mereka dianugerahi 4 orang anak, yaitu: Ja’dah, Amr, Yusuf dan Hani’.

Dalam Ath Thabaqot Al Kubro, Ibnu Sa'ad menuturkan detail kisah cinta ini.

Waktu pun terus berjalan. Dua insan yang saling mencintai itu masing-masing menjalani taqdirnya dengan ikhlas. Keduanya berpisah hingga Fakhitah dan lelaki mulia itu nyaris tak ada lagi dalam tutur lisan.

Tidak ada lagi sua dan jumpa, 500 KM memisahkan mereka. Jarak di zaman itu cukuplah jauh untuk ditempuh.

Namun cinta memang luar biasa. Kita kini perlu belajar pada cinta mereka atas kesabarannya. Ya, ia bersemayam dalam hati, menunggu dan menunggu. Hingga ketika semua telah melupakannya pun, ia tetap menunggu. Dan kemudian sebuah taqdir datang untuk mengganti taqdir sebelumnya. Cinta kembali menemukan gerbangnya. Gerbang cinta yang halal.

Puluhan tahun terpisahkan taqdir bukanlah waktu yang sebentar. Tetapi cinta tetap bertahan di situ, di benak masing-masing. Tidak juga segera beranjak.

Cinta yang selama ini hanya mampu diam sejuta bahasa. Kini ia harus dapat bicara. Ia memaksakan lisan untuk menyadari bahwa cinta masih ada bertahan di sana, belum beranjak dari hati. Meskipun telah puluhan tahun lamanya.

Usia keduanya tidak lagi muda. Laki-laki mulia itu pun sudah tua. Rambut pun sudah banyak beruban. Bentuk tubuh dan raut wajahnya tidak sanggup lagi menyebunyikan 60 tahun usianya. Ummu Hani’ pun telah berusia pula.

Cinta keduanya berjumpa kembali di usia yang semakin senja.

Fakhitah Ummu Hani’ masuk Islam pada tahun 8 H. Tetapi suaminya Hubairoh malah kabur dan tidak mau masuk Islam. Sehingga mereka harus bercerai karena telah berbeda aqidah antara muslimah dan seorang kafir.

Ummu Hani’ dipertemukan kembali dengan laki-laki mulia dan dengan cinta mulianya itu. Cinta menemukan muaranya. Dalam naungan hidayah. Meski usia keduanya tidak lagi muda. Meskipun cinta telah terpisahkan puluhan tahun lamanya. Akan tetapi, kini bersemi kembali.

“Siapa?” kata laki-laki mulia itu ketika Ummu Hani’ datang disaat waktu Dhuha.

“Aku, Ummu Hani’.”

“Selamat datang, Ummu Hani’.”

“Aku mau bertanya tentang kebenaran kalimat saudaraku yang akan membunuh dua orang yang telah minta perlindungan kepadaku,”  Ummu Hani’ bertanya setengah memohon.

“Kami melindungi siapapun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani’,” cinta pun mulai menyapa.

Dalam pertemuan mereka berikutnya.

Laki-laki mulia itu dengan jantan menyatakan cintanya, "Aku melamarmu …."

Dahsyat, kedahsyatan pertemuan dua cinta ini lebih dahsyat lagi karena disaksikan oleh tanah suci MEKAH.

Bergetar hati, berguncang jiwa.

"Benarkah?"

Kini biarkan cinta yang menjawab lamaran itu. Cinta melalui lisan Ummu Hani’ bicara,

“Demi Allah aku dulu mencintaimu saat aku masih jahiliyyah. Maka apalagi saat ini aku telah masuk Islam,” cinta mulai menuturkan gelora yang tertahan.

Tak berhenti sampai di situ, cinta ingin membuktikan ketulusannya,

“Engkau lebih aku cintai dari pendengaranku begitu juga dengan penglihatanku.”


Ungkapan cinta mengoyak rasa.

Di hadapan laki-laki mulia itu ada segelas susu. Maka lelaki mulia itu meminum sebagiannya. Dan memberikan sebagiannya kepada wanita yang dicintainya dan mencintainya itu. Ummu Hani’ segera meminumnya. Setelah meminumnya, barulah ia mengungkapkan, “Sesungguhnya aku sedang puasa.”

Laki-laki mulia itu bertanya, “Puasa wajib?”

Fakhitah Ummu Hani’ pun menjawab, “Bukan.”

Laki-laki mulia itu pun berkata, “Kalau begitu tidak masalah. Tetapi apa yang membuatmu melakukan ini?”

Ummu Hani’ menjawab, “Karena aku ingin meminum bekasmu.”

Ya Robb, cintaaa ....

Ketika cinta bertemu cinta. Perjumpaan dalam naungan hidayah dan perjumpaan yang halal. Apakah dua cinta ini akan melebur menjadi bahagia?

Akankah mereka merajutnya sehingga menjadi untaian bunga mengalungi sisa usia mereka?

Apakah kali ini adalah masa cinta akan  memanen dari hasil kesabarannya?

Ajaibnya, jawabannya adalah TIDAK

Mengapa …?

Bukankah ….

Bukankah ….

Ya, benar, justru dikarenakan cintalah yang menghalangi bersatunya cinta kedua insan mulia. Karena tulusnya cinta. Karena sucinya cinta. Maka ia tak mau mengotori cintanya. Tidak tega jiwanya menodai.

Cinta dalam hati Ummu Hani’ menjelaskan dengan berat hati,

“Aku telah mempunyai banyak anak, dan aku tidak ingin mereka mengganggumu.”

Cinta terus mengeja alasan,

“Karena hak suami sangatlah agung. Aku khawatir, jika aku sedang memberikan hak suami, aku mengabaikan sebagian hak diriku dan anak-anakku. Dan jika aku sedang memberikan hak anak-anakku, aku mengabaikan hak suamiku.”

Laki-laki mulia itu hanya sanggup diam. Sunyi lisan hingga jiwanya.

Sungguh kita telah banyak belajar dari cinta suci Ummu Hani’ dan laki-laki mulia. Sebagaimana cinta tidak perlu untuk diundang sehingga hadir, maka ia tidak pula dapat diusir untuk pergi. Cinta sering masuk tanpa izin. Dan ia juga sering tak mau pergi walau telah diminta dan dipaksa pergi.

Karena ia memilih tinggal di hati. Sementara hati kita bukan milik kita.

Maka, cinta kembali menunjukkan keberadaannya dengan getarnya saat berjumpa dengan cintanya. Tak perlu risau.

Seperti Fakhitah Ummu Hani’ dan laki-laki mulia itu. Getar cinta itu hadir dikala pintu halal telah terbuka kembali. Dan laki-laki mulia itu menyatakan cintanya dengan berkata, "Aku melamarmu."

Selanjutnya serahkan, bagaimana cinta memutuskan.

Tahukah agan dan sista, siapa laki-laki mulia yang bersemi cinta dalam dirinya itu. Siapakah laki-laki mulia yang tertahan cintanya karena ditolak lamarannya itu. Siapakah laki-laki mulia yang masih memberi ruang untuk cinta bersemayam puluhan tahun lamanya itu. Siapakah laki-laki mulia yang akhirnya mendialogkan cintanya itu.

Tahukah anda siapa beliau.

Beliau adalah Rasul kita, Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Ummu Hani’ pun berkata,

“Rasulullah melamarku, aku meminta maaf kepada beliau dan beliau pun memahami. Kemudian turunlah firman Allah:

يَاأَيهَا النبِي إِنا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُن…………. اللاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kimpoinya ………………………..yang turut hijrah bersama kamu.” (Qs. Al Ahzab: 50)

Aku tidak halal baginya karena aku bukan termasuk wanita yang hijrah bersamanya. Aku termasuk orang-orang yang dibebaskan (di Fathu Makkah).”

Cinta harusnya begitu tahu diri. Walau ia terus meminta dan menuntut. Tetapi cinta yang suci itu
tahu diri. Tidak menuntut melebihi batas dirinya. Sadar siapa dirinya. Seperti cinta Ummu Hani’.

Setelah Ummu Hani’ menolak lamaran Rasulullah walaupun sebenarnya tidak kuasa, Rasulullah terdiam. Tentu terlalu banyak ungkapan jiwa beliau, tapi tidak terungkapkan.

Dialog cinta ini diakhiri dengan pujian tulus Rasulullah kepada wanita istimewa yang dicintainya itu. Pujian yang menambah kilau Ummu Hani’,

“Sesungguhnya sebaik-baik wanita yang mengendarai unta (maksudnya, wanita Arab) adalah wanita Quraisy; paling lembut kepada anaknya di usia kecil dan paling menjaga yang dimiliki oleh suaminya.”

Kisah cinta ini berakhir sampai di sini. Meski mungkin cinta tetap menetap di relung jiwa masing-masing. Hingga ajal memisahkan keduanya. Rasulullah menghadap Rabbnya pada taun 11 H dan Ummu Hani’ mengakhiri perjalanan cintanya di dunia menuju cinta abadinya di akhirat pada sekitar tahun 50 H.

Kisah cinta yang begitu tulus tetapi harus mengalami perpisahan cinta. Kemudian dipertemukan lagi dalam cinta. Tetapi harus berpisah kembali untuk mengakhiri babak cinta keduanya.

Namun tetap saling menyapa dengan tutur lembut, karena begitulah cinta. Tetap saling menghargai, karena begitulah cinta sebenarnya. Tetap saling menghadiahi, karena begitulah cinta sejati. Dan saling mendoakan kebaikan walau tetap tak bisa bersatu, karena begitulah cinta yang suci dan tulus itu.

Sumber; Opri
Sumber gambar; fb, google
Diubah oleh NovellaHikmiHas 12-01-2020 04:14
swiitdebbyAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.1K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan