Jadi, karena cerita ini bersetting pada awal 1970an saya sengaja mewawancarai ibu saya selaku anak dari sang pelaku kejadian, singkatnya nenek saya gan yang menjadi pelaku dari judul tersebut di atas heheh
Sebelum lebih jauh, kita kenalan singkat dulu yuk dengan Mambi. Nah, menurut om Wikipedia, Mambi adalah nama keluarahan plus kecamatan di kabupaten Mamasa, provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar diatas adalah foto Mambi pada tahun 2016 lalu, karena bersetting pada awal 1970an, maka mari kita membayangkan bagaimana Mambi kira-kira 50 tahun lalu berdasarkan ingatan ibu saya yang kala itu masih SD kelas 2 gan hehe.
Quote:
Berdasarkan ingatan ibu saya yang masih tersisa, di awal 1970an, Mambi masih..
1. Sunyi senyap,
Ditandai dengan rumah antar rumah masih jauh. Ibu saya berkata bahwa di sekitaran tempat tinggalnya dulu, rumah disekitar itu cuma ada 2 gan! Ah,, 20 mungkin, atau 12 rumah? Ternyata rumah disekitaran tempat tinggal kakek nenek saya memang cuma ada 2 gan, itu pun dua rumah berjauhan dan dipisahkan oleh kebun-kebun yang lumayan rimbun. Jadi agan-agan bisa membayangkan kalau mau sapa tetangga harus melewati kebun-kebun rimbun dulu
2. tetangga-tetangga saling berjauhan
Bukannya musuhan ya gan hehe hanya saja memang demikianlah kondisinya pada waktu itu, agan-agan yang hidup di masa itu akan mempunyai tetangga yang terpisah oleh tebalnya rimbunan kebun-kebun, pohon-pohon dan adakalanya juga diseberangi sawah yang tidak terlalu luas.
3. Listrik belum masuk
Dikala malam telah menghampiri, orang-orang akan menyalakan api sebagai pelita untuk menerangi aktifitas mereka yang sudah dirundung gelap dan pelita merupakan hal yang selalu ada ditiap waktu menjelang maghrib gan. Jadi agan bayangkan jika sunyi senyap, samping rumah kebun dan cuma ditemani oleh pelita. Listrik mulai masuk secara bertahap di akhir 1990an di awal 2000an, saya ingat waktu masih kecil, listrik hanya ada magrib sampai subuh, dan subuh akan mati sampai maghrib kembali dan itu awal 2000an gan.
4. Jalan belum di Aspal dan kendaraan adalah kuda
Ibu saya ingat ketika itu masih kelas 2 atau 3 SD kira-kira1983, untuk pergi ke kecematan seberang harus menaiki kuda gan, alasan utamanya adalah jalanan yang tidak bisa dilalui mobil . Dan untuk sampai ke kecamatan seberang memakan waktu di atas 1 jam gan.
5. Sangat Dingin
Mambi adalah sebuah dataran tinggi yang sangat hijau, dikarenakan yang terlihat hanyalah hamparan kebun rimbun, hutan-hutan, dan sawah, ditambah lagi bukit-bukit menyerupai gunung mini pun bertebaran sana-sini menyebabkan udara sangat dingin. 2014 lalu di awal Agustus saya pulang kampung naik motor, waktu itu jam 11 siang dan sisa beberapa jam lagi sudah masuk pada kecamatan Mambi, jam 11 siang gan matahari belum terlalu terang karena cahaya matahari susah menyentuh tanah akibat rimbunnya pohon-pohon besar dan itu sangat dingin .
Nah, begitulah gan kira-kira gamabaran Mambi versi ibu saya di tahun 1970an lalu. Dua kisah mistis yang akan saya share adalah pengalaman dari nenek saya yang diceritakan kembali ke ibu dan ke saya deh heheh . Oke langsung saja gan!
Quote:
1. Dulu ada seorang laki-laki yang tinggal di kecamatan Saluassi, kemudian mendadak ada kabar bahwa laki-laki tersebut meninggal dibunuh namannya Tuppu, Almarhum Tuppu ini arwahnya gentayangan akibat matinya dibunuh.
Pada suatu malam, Kakek saya ronda jadi dirumah hanya ada nenek saya, ibu saya (ibu saya lupa apakah sudah punya adik atau masih anak semata wayang), dan om ibu saya yang masih SMP bernama Abidin (almarhum). Rumah nenek kakek saya berbentuk panggung dan bagian bawahnya tempat menaruh gabah dan bambu-bambu. Waktu itu tengah malam, Om Abidin tidur melantai sehingga teliganya amat peka mendengar suara langkah ataupun apa-apa saja yang terjadi di bawah rumah panggung tersebut, Tiba-tiba ditengah kesunyian waktu puncak malam, terdengar suara ribut seperti bambu yang dipukul-pukul, Om Abidin kaget dan membangunkan nenek saya, nenek saya bangun dan turut mendengar suara bising bambu dipukul berkali-kali tersebut, nenek saya tidak ada rasa takut gan, sebab dia mengira itu kakek saya yang sedang patroli ronda dan lewat untuk usil
"Papa'Ecce? kau itu?" ( Bapaknya Ecce/nama kecil ibu saya, apakah kamu itu?", Sahut nenek saya, tetapi kemudian dijawab dengan suara ribut bambu dibawah makin besar
" Papa' Ecce! " suara agak marah nenek saya menegur yang dikira suaminya
sementara suara bambu semakin ribut malah menantang
sangat Cumiikkan
diwaktu tengah malam
"Ku tombakko itu le!" (apa kau mau saya tombak)?, nenek saya mulai marah dengan usil perbuatan kakek, kiranya
namun suara bambu itu malah tambah besar dan semakin besar
Nenek saya dan om Abidin menyangka bahwa ini bukan kakek sebab mana ada tengah malam ia mau membuat ribut dan tidak mau ditegur, nenek saya mulai panik lalu menghampiri jendela samping, kemudian berteriak, suaranya lantang menembus kebun-kebun untuk dapat di dengar tetangga satu-satunya diujung kebun tersebut
"Oh Papa' Isso! Aka indea bunyi-bunyi lolo" (Hey Papa' Isso, apa ini yang selalu bunyi?" teriak nenek saya yang berhasil di dengar oleh Papa Isso
Papa' isso segera mengambil senter dan sebilah parang kemudian ke rumah nenek saya menembus dinginnya malam dan angkernya suasana kebun di tengah malam
Tiba-tiba suaranya hilang, kemudian Papa' Isso memberitahu jika ada bunyi lagi panggil saja ia, dan Papa' Isso pastikan ini bukan pencuri sebab tidak ada gabah yang hilang.
Ketika bunyi reda, dan di senteri tidak ada apa-apa. Papa' Isso pulang , nenek dan Om Abidin masuk lagi, tiba-tiba suara Pukulan bambu itu datang lagi, keras dan menganggu. Nenek memberanikan diri mengintip apa yang ada d bawah, ditemani om Abidin, nenek manjat pada celah lubang dinding rumah untuk ingin tau apa itu yang selalu mengganggu
Ketika mengintip
DEG!
"Oh Biding(panggilan om Abidin), aka inde susi a?" ( oh Biding apa yang seperti itu dibawah?)
Kelak nenek menceritakan kepada ibu saya bahwa yang dilihatnya adalah mahluk tidak karuan, Hitam Tinggi, antara wujud manusia atau tidak dan terus menggoyang-goyangkan bambu.
setelah itu, makhluk itu pergi menuju ke arah sawah dan diseberang sawah itu ada satu rumah, tidak lama kemudian, ayam-ayam di rumah milik Mama' Hendra ribut dan berkokok terus-menerus.
Besoknya, orang-orang disekitar itu membicarakan soal yang dialami oleh nenek saya dan mama' Hendra, maka spekulasi yang muncul adalah, yang semalam itu adalah arwah dari Tuppu, dia biasa ke Mambi pada hari pasar yakni Kamis ketika masih hidup
Quote:
2. Pada waktu itu langit sedang terang bulan, hingga tengah malam pun pandangan tidak terlalu gelap. Musim pada hari-hari itu adalah kemarau, semua sumur kering kecuali 1 sumur yang jaraknya jauh dari rumah nenek saya. orang-orang pada waktu subuh semua datang kesana untuk menimba air dan di bawah pulang, juga biasa mandi dan mencuci jika cepat datang.
Pada suatu malam, (yang ibu saya perkirakan jam 2 atau 3), Om Abidin bangun dan dalam keadaan mengantuk ia membangunkan nenek saya untuk mengajaknya ambil air karena dikira telah dekat subuh, pikirnya nanti ada orang yang lebih dahulu datang hingga terjadilah antrian.
Nenek saya bangun karena percaya saja sudah dekat subuh (tidak ada jam dinding gan hehe)
Nenek dan Om Abidin pun pergi ke sumur tersebut (jauh gan) dengan membawa Lampa' (tempat air dari bambu yang sengaja di bocorkan atasnya untuk mengisi air). Ketika sudah sampai, nenek heran karena belum ada orang, biasanya ketika menjelang subuh sudah ada beberapa yang ambil air. Sampai di sumur, dilihatnya dari kejauhan ada orang berjalan, dan kedua tangannya di rentang keatas, karena terang bulan menyebabkan orang tersebut agak hitam dilihat. kemudian orang tersebut berjalan ke semak-semak, om Abidin kira si orang itu akan pergi buang air besar, tidak lama kemudian terdengar suara ayam ribut dari kejauhan, suara kokokan ayam yang tiada henti.
Nenek saya menyempatkan mandi disitu, setelah mandi dan ambi air, kemudian mereka pulang. Ketika sampai rumah , nenek saya merasa subuh kok lama sekali, selang beberapa jam kemudian barulan azan dikumandangkan (tanpa Toa'/belum ada listrik gan) barulah nenek sadar kalau ia bangun, ambil air dan mandi di waktu tengah malam!
Paginya ramai orang-orang cerita bahwa semalam rumah Papa' Usni, ayam-ayamnya di ganggu oleh yang ia yakini setan/makhlus halus.
Nenek saya bilang, bahwa kalau begitu sudah dua kali ia melihat........
Semenjak saat itu, Om Abidin sudah tidak mau lagi tinggal dirumah kakek nenek katanya sudah dua kali ia dapat pengalaman seram dimana mata nya melihat langsung tanpa perantara......
Sekian gan, mudah-mudahan
ada faedah,,, tapi faedahnya apa ya hahaha
Mereka adalah aktor dan aktris dari cerita tersebut hheeheh, nenek dan kakek saya di tahun 2016.
Seakarang Mambi sudah berkembang cukup pesat gan, sudah mulai banyak pabrik, dan 10 tahunan lalu sinyal untuk telefon sudah mulai ada meskupun kerap lemah sinyal, dan ditahun ini minimart telah ada 1. Dan mambi sekarang sudah ramai , sudah cukup padat tetapi masih tetap hijau dan asri....
Sumber;
Gambar pertama Om Google