Berbicara mengenai dunia olahraga, siapa sih yang tak kenal olahraga bulutangkis dan sepakbola? Mulai dari kalangan anak-anak, bapak-bapak sampai emak-emak pun tahu. Terutama sepakbola. Olahraga yang bisa dibilang paling merakyat ini sebenarnya berasal dari Inggris. Tapi yang memperkenalkannya di Indonesia adalah negara kincir angin, Belanda. Dalam sejarah tercatat, negara itu menjajah Indonesia selama kurang lebih 350 tahun. Selama masa penjajahan itu, Belanda yang notabene adalah anggota FIFA, membawa olahraga tersebut ke negara kita.

Olahraga yang dimainkan oleh tim dengan 11 pemain ini, mulai mengalami perkembangan sejak adanya wadah persepakbolaan yaitu Perserikatan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang didirikan pada 19 April 1930 di kota gudeg, Yogyakarta. Menurut catatan, PSSI kerap membuat liga sendiri. Salah satunya adalah liga yang memperebutkan Piala Presiden 2017 yang diselenggarakan pada 4 Februari 2017 sampai 12 Maret 2017. Dibutuhkan kerjasama yang baik antar pemain untuk bisa mencetak gol ke gawang lawan. Pendukung tim atau yang lebih familiar kita sebut suporter, juga mempengaruhi. Sebab, semangat pemain akan terbakar ketika para suporter itu meneriakan tim jagoan dengan yel-yel yang meriah dan positif tentunya.

Namun, ada kalanya dukungan dari para suporter itu justru berimbas yang tidak baik bagi tim. Memang, kerusuhan para suporter bukan untuk yang pertama kali terjadi di dunia olahraga. Akan tetapi, perbuatan memalukan itu bisa berakibat fatal untuk negara kita sendiri. Contohnya pada saat Indonesia menjamu negara tetangga kita sekaligus rival bebuyutan--Malaysia--pada babak Kualifikasi Piala Dunia 2020 yang diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis, 5 September lalu. Suporter Indonesia yang telah diprovokasi oleh oknum, menyerang suporter Malaysia pada saat rombongan itu tiba di stadion. Bahkan selama pertandingan berlangsung. Suporter Indonesia makin menjadi manakala Malaysia memenangkan pertandingan di akhir babak dengan skor 3-2.

Kejadian tersebut tidak lantas membuat tim kita bangga atas dukungan yang diberikan para suporter. Malah justru mengkhawatirkan untuk kelanjutan nasib olahraga Indonesia. Sebab, tindakan yang mereka dilakukan sudah mencoreng nama baik Indonesia di kancah persepakbolaan. Bahkan terancam mendapat sanksi dari FIFA. Andaikan saja mereka mau sedikit saja berpikir lebih dewasa, bahwa dalam sebuah kompetisi, menang kalah adalah hal yang biasa, maka hal memalukan seperti tersebut di atas tidak mungkin terjadi. Memang kalau mereka berbuat rusuh seperti itu, tim kita bakalan menang? Tidak, kan?
Fanatik boleh, bodoh jangan!

Kemudian mengenai polemik surat yang dilayangkan KPAI kepada PB Djarum tentang pemberhentian beasiswa terkait eksploitasi anak, alhamdulillah sudah ada jalan keluar terbaik untuk kelanjutan perkembangan cabang olahraga bulutangkis. Kemenpora, KPAI, dan PBSI telah melakukan pertemuan membahas hal terkait. Ketiga pihak sepakat memberikan kesempatan kepada PB Djarum untuk melanjutkan audisi bulutangkis dengan mempertimbangkan atlet muda secara terpilih. Bagaimanapun juga, cabang olahraga satu ini masih menjadi penyumbang medali terbanyak pada kompetisi internasional.

KPAI sendiri telah mencabut surat yang dilayangkan kepada PB Djarum. Hal ini tentu saja melegakan bagi orangtua para atlet, pihak-pihak terkait, dan kita semua