Hai Gan Sist,
Seperti yang kita ketahui bersama, akhir-akhir ini dunia olahraga Indonesia sedang mengalami krisis yang agaknya sedikit banyak berpotensi mengganggu perkembangan beberapa cabang olahraga di masa depan. Sebut saja yang sedang hangat yaitu, KPAI vs Audisi Umum PB Djarum pada olahraga bulutangkis, dan masalah klasik di dunia sepakbola yaitu supporter timnas yang kembali tidak tertib. Serta yang paling baru, Menpora kita harus terjerat dugaan kasus korupsi, sebuah masalah yang juga bisa dibilang sangat klasik.

Hal-hal diatas sebenarnya sangat tidak perlu, karena selain mengganggu produktifitas kegiatan olahraga negara kita, juga akan membawa aroma yang tidak baik hingga ke luar negeri. Olahraga seharusnya menjadi sebuah ajang prestasi yang mengharumkan nama bangsa, sehingga untuk mewujudkan hal ini perlu kerja sama, kedewasaan, serta mengesampingkan egoisme dari berbagai pihak.

sumber: bola.com

Indonesia meski pada saat itu belum merdeka, ternyata sudah sempat merasakan turnamen sepak bola paling bergengsi yaitu Piala Dunia 1938. Berkaca dari hal ini, bukan tidak mungkin dengan berbagai kesempatan yang ada, di masa depan sepakbola kita harus mampu menunjukan prestasinya menuju ajang paling bergengsi ini lagi. 

Apakah harapan seperti itu hanya impian semata? Tidak juga, Timnas  junior seperti U-22, U-19 dan U-16 pernah membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi juara di ajang AFF. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa potensi dan harapan itu sebenarnya masih ada, apalagi para pemain yang masih berusia belia  tentunya masih bisa di poles sebelum masuk ke dalam Timnas Senior nantinya.  

Sedangkan pada olahraga bulutangkis, sejarah mencatat bahwa Indonesia mampu mencapai raihan prestasi tertinggi dunia yaitu pada ajang Olimpiade. Seringnya Indonesia menjuarai ajang olahraga bulutangkis internasional, tentu membuat nama Indonesia menjadi sangat disegani dunia dalam olahraga ini.

Namun sayang, kenapa kemudian hal ini harus dinodai oleh masalah yang dirasa urgensinya tidak begitu luar biasa. Apalagi masalah yang dituduhkan terkesan tidak berkaitan langsung dengan olahraga bulutangkis itu sendiri. Apabila dikatakan bahwa peletakan sebuah logo pada event audisi yang diikuti oleh peserta dengan usia belia adalah sebuah simbol eksploitasi, lalu bagaimana cara mendidik atlet bila mereka harus memulai olahraga ini dari usia dewasa? Jelas tidak mungkin.

Pembibitan atlet bulutangkis sangat penting dan tidak boleh terhenti sampai disini. Sebagai salah satu olahraga penghasil medali yang membanggakan Indonesia, tentu segala cara seperti audisi umum dan event-event yang menyasar usia belia harus makin sering diadakan. Beruntung, dalam perkembangan terbaru antara PB Djarum dan KPAI, PB Djarum sepakat untuk tetap melanjutkan audisi umum bulutangkis, namun dengan syarat mereka tidak ingin di intervensi oleh pihak luar (cnn indonesia). Hal ini menandakan tekad yang masih sangat kuatdari PB Djarum yang berusaha mempertahankan dukungan nya terhadap olahraga bulutangkis Indonesia.

Kami sebagai rakyat Indonesia yang haus akan pertunjukan olahraga spektakuler, jelas sangat menanti datangnya prestasi dari berbagai bidang olahraga. Kami tidak begitu senang jika harus mendengar masalah-masalah yang timbul dari luar olahraga itu sendiri, seperti sepakbola dengan masalah supporternya, dan bulutangkis dengan masalah regulasinya.

Pemerintah dalam hal ini wajib dan harus, untuk segera mempertemukan berbagai pihak yang terkait cabang-cabang olahraga tersebut sehingga dapat mengurangi dampak yang mungkin timbul di masa depan. Serta berperan aktif mengatur regulasi yang berkaitan dengan cabang-cabang olahraga, sehingga fokus para atlet bisa ditujukan hanya kepada pencapaian prestasi.

Berkaca dari sejarah, olahraga kita mampu. Tinggal bagaimana menyalurkan kemampuan itu di saat dan dengan cara yang tepat.