Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Visiliya123Avatar border
TS
Visiliya123
Noda Pernikahan


#Prolog

Selain kepercayaan, menjaga hati dan pandangan adalah dua hal yang sangat dibutuhkan dalam menjaga sebuah hubungan.


"Tunggu, Liya!" ucap seorang pria menahan wanita di depannya.

Wanita itu menoleh, tepat ketika sebuah tangan besar menarik pergelangan tangannya. Sepasang mata hitam legam, yang biasanya menatap dirinya tegas, kini menyendu mengisaratkan luka.

Dia menggelengkan kepala, melepas tangan pria itu dari pergelangan tangannya. Dengan langkah pelan, wanita itu melangkah mundur.

"Liya.... "

"Tidak, Mas!" Mata itu mulai berkaca-kaca, kakinya terus saja melangkah mundur dengan perlahan.

"Jangan!" pinta wanita itu, tepat ketika pria bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang itu mengangkat kaki kanan, hendak mendekat ke arahnya.

"Mengapa? Mengapa kau bersikap seperti ini padaku, Liya? " tanyanya lirih.

"Apa aku melakukan kesalahan? " Lanjutnya. Wanita yang ia panggil Liya hanya menggelengkan kepala.

"Katakan, Liya! Katakan, apa kesalahanku! Aku mohon, jangan seperti ini! " Lagi-lagi wanita itu hanya menggelengkan kepala, mulutnya terkunci rapat. Setetes cairan bening kini keluar dari mata coklat terangnya, yang bersinar ketika tersorot lampu jalanan sepi malam itu.

"Jangan menangis, aku mohon! Jangan membuatku merasa sangat bersalah seperti ini, aku mohon!" ujar pria itu. Mata hitam legamnya kini mulai berkaca-kaca, menatap sendu ke arah wanita di depannya yang hanya bungkam sedari tadi. Wanita itu menunduk, memejamkan kedua mata, hingga cairan bening kembali menetes di pipinya.

"Semuanya sudah berakhir, Mas," ucapnya lirih.

"Liya.... "

"Hubungan kita sudah berakhir sejak lama."

"Tidak, Liya. Hubungan kita belum berakhir, bahkan kita baru memulainya. "

"Ini salah, Mas. Semua ini salah."

"Apa yang salah dengan mencintai dan dicintai? Dimana letak kesalahan itu?" Wanita itu terdiam, mulutnya kembali terkunci, dia tau jika ini salah. Namun, dia bingung harus menjelaskannya, dia bingung harus berbuat apa. Di satu sisi, ada cinta dan juga hatinya. Di sisi lain, ada wanita lain yang akan terluka karena ulahnya.

Pria berkemeja navy itu mendekat secara perlahan, merengkuh tubuh wanita yang terasa pas dalam dekapannya. Wanita itu terdiam, tangannya menggantung di udara tanpa ada niatan untuk membalas pelukan itu.

Disandarkan dagunya di kepala wanita itu, pelukannya semakin mengerat, tatkala ia merasakan tubuh kecil di dekapannya bergetar.

"Lepaskan aku!" teriak wanita itu, mendorong kuat tubuh pria itu. Namun, usahanya sia-sia, tenaganya terlalu lemah untuk mendorong tubuh pria yang tengah memeluknya dengan erat.

"Lepaskan aku, Mas! Lepas, lepas, aku mohon! Lepas!" Dipukulnya dada pria di depannya dengan sekuat tenaga. Namun, pria itu tak bergerak sedikitpun, bahkan pelukan itu malah semakin mengerat di tubuhnya.

"Aku takut, Mas. Aku takut, semua ini salah hiks-hiks. "

"Tidak, semua ini bukan kesalahan. Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu."

"Percaya padaku, Liya! Semua akan baik-baik saja, percaya padaku!" Lanjutnya, sambil mengusap rambut hitam lurus milik wanita itu.

"Mas .... "

"Tidak, Liya! Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi! Setelah dua tahun lamanya, aku menunggu. Dan setelah kau kembali padaku, aku tidak bisa melepasmu kembali. "

"Biarkan aku pergi, Mas! Hubungan ini tidak benar, kamu masih memiliki istri, Mas. Dan aku ... aku bersuami." Pria itu melepas pelukannya, matanya menatap tak percaya pada wanita di hadapannya.

"Kenapa baru sekarang kau mempermasalahkan semua itu?"

"Biarkan aku pergi, Mas! Suamiku menunggu di rumah. "

"Suami? Hahaha ...." Pria itu tertawa keras, membuat Liya mengernyit keheranan menatap dirinya.

"Jangan bercanda denganku, Liya! ucapnya serius, setelah berhenti tertawa. Pria itu memegang bahu Liya, menatapnya tajam, membuat gadis itu menunduk ketakutan.

"Kau pikir aku tidak tau. Kau sudah bercerai dengan suamimu itu, di hari kita kembali bersama. "

Deg

Wanita itu terkejut bukan main, dari mana pria di depannya ini tahu? Sedangkan dirinya tak pernah membahas perceraiannya. Apa yang harus ia lakukan? Alasan apalagi yang harus ia katakan, agar pria di depannya ini mau melepas dirinya?

"Tatap mataku, Liya!" Tangan besar miliknya tergerak mengangkat dagu wanita itu.

"Apa kau masih mencintaiku? " Gadis itu bungkam, matanya terpejam, enggan menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum tipis, ditiupnya mata gadis itu. Berhasil, mata coklat terang itu kembali terbuka, menatap dirinya.

Liya tak bisa berkata, tatapannya terkunci pada mata hitam legam milik pria itu. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri, dengan memilih membuka mata berarti dia telah menghancurkan dinding pertahanannya sendiri. Sekali lagi ia akan jatuh dalam pesona pria itu, bahkan dia bisa saja terperosok lebih dalam lagi.

"Kau masih mencintaiku, Liya. Aku masih melihat cinta yang sama seperti sebulan yang lalu, bahkan dua tahun yang lalu di matamu." Damn it. Liya mengumpat dalam hati, dia benci semua ini. Susah-susah ia membangun tembok penghalang. Namun, tembok itu runtuh seketika hanya karena sebuah tatapan. Satu yang dilupakan gadis itu, bahwa mata adalah bagian tubuh yang paling jujur.

"Mas, aku-" Belum sempat Liya menyelesaikan ucapannya, pria di depannya kembali merengkuh tubuhnya.

"Semua akan baik-baik saja, Liya. Semua akan baik-baik saja, selama Alina tidak tau hubungan kita ini. Tetap seperti Liya yang aku cinta, kembalikan Liyaku seperti sebulan bahkan dua tahun yang lalu!" Entah mengapa, hanya mendengar kata itu membiat Liya goyah. Dengan perlahan tangannya terulur, membalas pelukan pria di depannya. Pria itu tersenyum, tatkala merasakan tangan lembut dan kecil itu membalas pelukannya.

"Mas, Heri," panggil seseorang dengan suara pelan. Heri menegang, tangannya refleks melepas pelukannya pada Liya. Pria itu menelan ludah, menatap khawatir wanita yang berdiri tak jauh darinya. Sama halnya dengan Heri, Liya juga terkejut. Dia menunduk tak berani menatap wanita yang tengah menatapnya, dengan tatapan yang sulit diartikan itu.

Wanita itu melangkah mendekat, matanya terus memandang Liya, tangannya terulur menarik pergelangan tangan Heri. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia melangkah pergi, membawa Heri bersamanya, meninggalkan Liya dengan pemikiran negatif di benaknya.

*Salam dari yang ada, tapi tak terlihat*
---Dedek Ipi---😊

Hai, hai. Jika ada yang baca, boleh komentar dong.
Diubah oleh Visiliya123 19-09-2019 21:56
anasabilaAvatar border
badriiiiiiAvatar border
badriiiiii dan anasabila memberi reputasi
2
1.5K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan