Rencana pindahnya ibukota Indonesia ke tanah Borneo tepatnya provinsi Kalimantan Timur memang menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Ada yang menyambut positif namun ada pula yang sebaliknya. Keputusan Presiden Joko Widodo ini dikeluarkan saat konferensi pers di Istana Negara 26 Agustus 2019 silam. Untuk lokasi berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanaegara Provinsi Kalimantan Timur. Mengapa Kalimantan Timur?

1. Tanah Borneo dinilai aman dari bencana alam seperti gempa serta tsunami, banjir juga tanah longsor.
2. Lokasi tersebut dinilai strategis. Jika ditarik koordinat, lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Indonesia.
3. Dekat perkotaan yang sudah terlebih dahulu berkembang, yakni Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.
4. Telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap
5. Hanya di lokasi tersebutlah terdapat lahan pemerintah, yakni seluas 180.000 hektar.

Jika ada yang tidak terima rencana pindahnya ibukota mungkin mereka belum paham hal yang mendasar. Kota Jakarta yang menjadi jantungnya Indonesia sudah tidak optimal lagi kerjanya. Bisa dilihat dengan banyaknya masalah yang muncul dari kemacetan lalu lintas, jumlah penduduk yang semakin meningkat, dan banjir yang menjadi wajar tiap musim penghujan tiba. Selama ini sudah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan itu. Maka diambillah langkah pemindahan ibukota ke wilayah yang diharapkan mampu menyangga jantung kehidupan Indonesia, yaitu Kalimantan Timur.

Sebagian orang memang menggantungkan hidupnya di Jakarta. Tapi tidak denganku. Meski ibukota tidak lagi di Jakarta tidak akan memberi pengaruh apa pun. Kenapa? Sebab aku lahir dan besar di derah Timur Jawa. Bahkan aku hanya sekali menginjakkan kaki di ibukota itu pun saat usia 7 tahun. Bisa dibilang aku hanya tau Jakarta dari media elektronik saja.

Aku bukan pengusaha, politikus, pegawai pemerintah maupun artis. Aku hanya bekerja sebagai penjaga toko di kota yang terkenal sebagai Kampung Pesilat. Hidupku sangat bergantung pada stabilitas ekonomi serta keamanan. Meski aku bukan pemilik toko namun kedatangan pembeli sangat aku nantikan setiap harinya. Sempat berpikir jika aku hidup di daerah yang sedang terjadi konflik seperti di Papua, akan seperti apa rasanya. Ketakutan, kekhawatiran belum lagi masalah logistik, alhasil tidur nyenyak hanya jadi angan-angan.Sungguh tak bisa dibayangkan.

Ibukota mau dipindahkan?
Silahkan saja jika mampu memperbaiki taraf hidup dan tidak menimbulkan masalah yang lebih rumit lagi. Terutama rasa aman untuk semua lapisan masyarakat. Bukankah kedamaian dan rasa aman menjadi yang utama? Untuk apa rumah mewah dan uang melimpah jika daerah yang kita tinggali dilanda konflik?

Bagi petani di daerahku misalnya, pindahnya ibukota tidak akan jadi masalah. Yang jadi masalah adalah tidak tersedianya air untuk mengairi sawah saat kemarau panjang seperti saat ini. Bahkan aku yakin banyak yang tidak mengetahui jika Istana Negara atau tempat tinggal Presiden akan pindah di Kalimantan. Warga hanya sebatas mengetahui jika Kalimantan adalah tanah perantauan bagi mereka yang menginginkan perbaikan ekonomi.

Sebagai warga negara yang baik, hanya dukungan yang bisa aku berikan. Dengan harapan apa pun yang diupayakan oleh pemerintah saat ini benar-benar memberikan hasil yang positif untuk Indonesia. Semoga Indonesia senantiasa menjadi tanah yang aman dan damai untuk kehidupan anak cucu sekarang hingga masa yang akan datang.