istijabahAvatar border
TS
istijabah
dibedakan Itu Sakit, Juragan!
Rasisme



Belakangan ini ramai sekali pemberitaan di media tentang konflik yang terjadi di Papua.

Pemicunya adalah sebuah tindakan rasisme.

Ini membuat saya pribadi sangat sedih, Kenapa harus ada rasisme kalau kita adalah saudara?



Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya.Wikipedia

sumber


Dibedakan itu sakit, Juragan!


Saya sendiri waktu kecil pernah mengalami hal semacam itu. Kejadiannya, pas waktu saya kelas enam SD, waktu itu saya bersilaturrahmi ke rumah nenek di Jawa. (Ayah saya orang Jawa, ibu saya orang Madura.)

"Ngapain berteman sama orang Madura? Orang Madura itu kasar, katrok, kampungan."  Ada tetangga nenek yang mengucapkan hal itu dengan bahasa jawa, melarang anak-anaknya menemani saya bermain. Mungkin dia pikir saya tidak mengerti apa yang dia ucapkan karena saya hanya diam. Usia saya waktu 11 tahun, tentu sudah paham akan hal semacam itu, meski belum mengerti bahasa rasisme. Yang saya tahu dia mengejek saya, gitu aja.

Secara tidak langsung tetangga nenek itu telah mengajarkan atau menanamkan pada anak-anaknya sebuah rasisme, bukan?

Saat di Madura pun saya pernah mengalami hal seperti itu. Waktu saya sedang lari-larian sama teman-teman tidak sengaja menyenggol ibu-ibu yang lagi kumpul, entah membicarakan apa. Mereka langsung marah dan bilang, " biasa anak orang Jawa, gak tahu sopan santun!"

Ini kesalahan saya kenapa bawa-bawa orang tua dan suku? Itu yang saya pikirkan.

Hal itu sampai sekarang masih saya ingat dan mungkin hal itulah yang membuat saya lebih nyaman diam dalam rumah dan tidak suka berkumpul dengan para tetangga kalau tidak ada kepentingan.


Dalam satu suku pun tidak memungkinkan untuk tidak berbuat rasis pada satu golongan atau kelompok yang lain.



Seperti waktu saya bertunangan sama suami, banyak orang menegur dengan ucapan, "kenapa bertunangan sama orang daerah sana, mereka itu suka carok (baca; bertengkar, bacok, membunuh orang)."

Tentu hal itu sangat mengganggu saya, apalagi saya tidak mengenal baik siapa laki-laki yang meminang saya waktu itu.



Kenyataannya, tidak semua orang yang terlahir di daerah yang seperti itu maka akan melakukan hal seperti itu juga.

Namun, doktrin yang sudah mendarah daging dalam lingkungan itu sangat sulit untuk diubah.

Dampak dari perlakuan rasisme itu pun sangat tidak baik untuk kesehatan mental si korban. Si korban bisa saja menjadi orang yang tidak percaya diri, mudah tersinggung, dan merasa terasingkan saat berada di tempat ramai.

Seperti yang saya tulis di atas, saya menjadi orang yang lebih nyaman berada dalam rumah. Tapi bukan berarti saya tidak mau bersosialisasi, cuma saya lebih menjadi orang yang berpikir
'kalau gak penting dan gak berfaedah ngapain kumpul'
begitu. Bukan introvert, tapi lebih ke malas mungkin.

Kesadaran diri dari masing-masing adalah salah satu cara untuk mengubah doktrin yang telah melekat dalam lingkungan kita.

Karena pada nyatanya sikap rasis itu ada pada setiap diri manusia sebagai sifat egoisme.

Misalnya, sebelum kita berbuat rasis baiknya kita berpikir;

"sakit tidak jika aku dibegitukan?"

"Malu tidak jika aku yang mengalami?"

Dengan berpikir seperti itu, kita akan menyadari bahwa jika kita sendiri saat dicubit sakit, begitu juga dengan orang lain.





Betul tidak?

Oke cukup sekian dulu coretan kali ini dan harapan saya semoga Indonesia selalu damai dan sejahtera.

Penulis: Istijabah
Sumber: di sinidan opini pribadi

:terimakasih

Diubah oleh istijabah 04-09-2019 03:49
YenieSue0101Avatar border
nofivinovieAvatar border
cattleyaonlyAvatar border
cattleyaonly dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.4K
62
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan