Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Kisah Sima Qian Memilih Dikebiri Demi Menyelesaikan Karya Bersejarah.

gbr diambil dr : www.bukowskis.com

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah thread di kaskus, tentang pemerkosa yang memilih dihukum mati daripada menjalani hukuman kebiri secara kimia. Butuh beberapa hari berselang sebelum berita itu mengendap di otak saya dan mendadak saya teringat kisah dari sebuah daratan yang jauh dari negeri kita.

Sima Qian hidup kira-kira satu abad sebelum Masehi, pada masa ini dikenal sebagai bapak sejarahwan besar kuno Cina.

Karya besarnya adalah Taishigongshu (Catatan Sejarawan Besar) yang kemudian lebih dikenal dengan sebutanShiji (Catatan Sejarah), merupakan catatan sejarah pertama Cina yang ditulis mengikuti kaidah-kaidah yang ketat. Metode pengumpulan data dan penulisan-nya di kemudian hari, menjadi acuan bagi para sejarawan kuno Cina di generasi-generasi berikutnya.

Misi menulis sebuah catatan sejarah ini dimulai oleh Sima Tan, ayah Sima Qian yang mendapatkan visi untuk menuliskan secara lengkap seluruh sejarah kerajaan-kerajaan Cina dari awal hingga masa hidupnya. Namun Sima Tan meninggal dunia sebelum karya itu selesai dituliskan.

Sima Qian sebagai anak yang berbakti berusaha menyelesaikan karya ayahnya tersebut.

Namun nasib malang menimpa Sima Qian, ketika Kerajaan tempat dia mengabdi, mengalami kekalahan dalam satu peperangan di perbatasan. Ada dua orang Jenderal yang memimpin pasukan yang kalah tersebut, Jenderal Li Ling dan Jenderal Li Guangli. Kaisar Wu dalam sebuah pertemuan, memutuskan bahwa Jenderal Li Ling-lah yang harus bertanggung jawab atas kekalahan mereka.

Seluruh menteri-menteri dan pejabat lain ikut menimpakan kesalahan pada Jenderal Li Ling, karena Jenderal Li Guangli adalah ipar dari Kaisar Wu. Hanya Sima Qian yang dengan berani membela Jenderal Li Ling, karena dia yakin bahwa Jenderal Li Ling tidak patut disalahkan.

Kaisar yang marah menjatuhkan hukuman mati atas diri Sima Qian.

Pada masa itu, ada dua pilihan yang bisa diambil untuk menyelamatkan diri dari hukuman, apabila Kaisar sudah menjatuhkan hukuman mati, membayar sejumlah denda, atau merelakan diri di kebiri dan dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa waktu.

Karena Sima Qian tidak berharta, dia memilih menjalani hukuman kebiri dan mendekam di penjara selama tiga tahun. Setelah dia keluar dari penjara, dia meneruskan dan menyelesaikan karya besar yang dimulai oleh ayahnya, yang kemudian menjadi acuan bagi sejarawan-sejarawan di generasi yang berikutnya.

Dalam sebuah surat kepada sahabatnya (catt:: terjemahan bebas dari versi Inggris-nya gan, susah mau nerjemahin tepat-nya), dia menjelaskan :

"Jika budak hina dan seorang pembantu rumah tangga, berani melakukan bunuh diri, apa sulitnya bagiku untuk melakukan hal yang sama?

Tetapi aku menolak hal tersebut. Aku memilih untuk terus hidup dalam kehinaan dan rasa malu, tanpa meninggalkan tugas-tugasku karena ada perasaan sedih yang mendalam ketika aku membayangkan, bahwa setelah aku pergi, tidak ada yang akan melanjutkan karyaku ini.

Ada begitu banyak tokoh-tokoh di masa lampau, dengan kepahlawanan dan sifat-sifat mulia mereka. Mengingat mereka semua, aku memberanikan diri untuk mempercayakan tugas ini pada kemampuanku yang serba terbatas.

Mengumpulkan catatan mengenai tradisi-tradisi lama yang tersebar dan perlahan hilang. Mengumpulkan peristiwa dan kisah tentang apa yang dibuat oleh tokoh-tokoh bersejarah tersebut, dan berusaha menganalisa prinsip-prinsip di balik kesuksesan dan kegagalan mereka, kebangkitan dan jatuhnya mereka.

Seratus tiga puluh bab aku tuliskan.

Aku berharap untuk mencatat semua yang berhubungan dengan manusia dan langit, menghubungkan masa yang lampau dengan masa sekarang, menyelesaikan-nya sebagai satu pekerjaan besar satu keluarga (catt: cita-cita ayah-nya).

Tetapi sebelum itu draft tulisanku selesai, aku harus tertimpa musibah.

Teringat belum selesainya pekerjaan ini, aku memilih untuk menjalani hukuman yang hina tanpa keraguan sedikitpun.

Biarlah kutanggung kehinaan ini sampai pekerjaan ini selesai, dan aku persembahkan bagi generasi berikutnya. Jika kemudian karya ini boleh diturunkan ke orang-orang yang bisa menghargainya, menyebar ke penjuru negeri hingga ke pelosok-pelosoknya, kalaupun aku harus menghadapi ribuan kali mutilasi, apa ada yang perlu aku sesali"   

Kenapa seseorang bisa memilih mati daripada menjalani hidup dengan kekurangan fisik?

Bukankah hidup untuk berkarya? Jika hidup dalam cacat, namun bisa memberikan sesuatu yang berharga bagi orang-orang di sekitar kita, bukankah itu kehidupan yang mulia?


Sumber referensi : https://en.wikipedia.org/wiki/Sima_Qian
Diubah oleh lonelylontong 29-08-2019 03:57
swiitdebbyAvatar border
swiitdebby memberi reputasi
1
568
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan