Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anggorofffAvatar border
TS
anggorofff
Yang Semakin Berubah Dari Kampung



Seperti tahun-tahun sebelumnya, Saya selalu pulang kampung setiap lebaran datang. Hal yang tak bisa dirasakan sebagian teman satu tempat kerja saya. Maklum, saya bekerja di bidang perhotelan yang tak mengenal libur seperti beberapa pekerjaan lain seperti SPBU, rumah sakit , petugas keamanan, transportasi dll. Namun karena saya berada di departement back office, saya bisa mudik. Tidak seperti teman saya di departemen front office, maintenance, house keeping yang harus selalu stand by 24/7  di hotel.


Jarak rumah saya dari stasiun kurang lebih 20 km, jarak yang tidak terlalu jauh jika dilihat dari sudut pandang daerah. Jarak sejauh itu bisa ditempuh hanya dengan waktu 30 menit dengan sepeda motor, hal yang sulit terjadi di Jakarta dan sekitarnya.

Saat perjalanan dari stasiun ke rumah, saya dan teman selalu memilih untuk lewat jalan alternatif, bukan jalan utama. Karena saya ingin melihat persawahan yang jarang saya temui di kota. Sepeda motor pun dipacu tak sampai 30km/jam agar sepoi angin pagi bisa diresapi dengan paripurna.




Namun hamparan hijau persawahan yang biasanya saya lihat kini sudah banyak menghilang. Banyak areal persawahan yang sudah beralih menjadi kavling perumahan, kawasan industri, dan juga kafe hits khas pecinta kopi dan senja. Hal yang sedikit saya sesalkan, karena salah satu hal yang saya rindukan sudah mulai menghilang.




Perubahan sawah menjadi tempat kegiatan ekonomi memang bagus. Itu salah satu tanda jika perekonomian daerah tersebut tumbuh dengan baik. Tersedia lapangan pekerjaan baru bagi para anak muda di desa, agar tidak pergi mengadu nasib di kota yang sudah sesak. Apalagi jika tidak memiliki skill yang bisa menjadi nilai jual.

Tapi mari kita renungkan, jika persawahan sudah menjadi kawasan industri, perumahan, juga gedung-gedung tinggi, lalu apa yang membedakan desa dengan kota? Bukankah yang dirindukan para perantau dan warga kota yang sedang ke desa adalah suasana yang tenang dan damai. Lalu udara sejuk khas pedesaan yang belum terlalu tercemar jutaan asap kendaraan, juga penduduknya yang ramah dan guyub rukun.

Menurut saya semakin lenyapnya sawah juga dipengaruhi tenaga kerja yang berkurang. Petani di desa menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi dengan harapan anaknya tidak menjadi petani seperti orang tuanya. Mungkin mereka berharap seperti itu karena hasil panen tak pernah maksimal, entah itu karena harga anjlok maupun soal harga jual.

 Padahal menjadi petani bukan hal yang buruk, jika tidak ada petani siapa yang akan menyuplai kebutuhan pangan kita. Jika semua kebutuhan pangan diimpor, nanti bilangnya kok semua impor terus. Sedangkan kita tutup mata dengan apa yang terjadi dengan kondisi pertanian kita.

Inilah yang menjadi tantangan bagi daerah yang perekonomiannya sedang tumbuh. Bagaimana agar ekonomi tetap tumbuh tapi dampak negatif terhadap lingkungan bisa  diminimalisir. Agar kegiatan ekonomi tumbuh tanpa mengorbankan lingkungan. Untuk mewujudkannya tentu saja diperlukan sinergi antara pemerintah daerah dan warga.

Di desa tetangga saya namanya Desa Mejono, ada sebuah bendungan kecil yang diubah menjadi tempat wisata. Aliran sungai yang dulu kotor sekarang jadi bersih dan menarik. Lahan disekitar sungai dibangun wahana bermain, pondok, dan spot foto. Ada sepeda air dan juga kolam ikan yang memanfaatkan aliran sungai. Pengunjungnya pun sampai dari luar kota, padahal tempatnya jauh dari pusat kota maupun kabupaten.








Desa tersebut bagi saya adalah contoh pembukaan kegiatan ekonomi baru yang tidak perlu mengalihfungsikan lahan hijau. Malah memperbaiki lingkungan yang sebelumnya tidak terurus menjadi cantik dan layak untuk dikunjungi.

Bagaimanapun, kemajuan adalah sebuah dilema. Satu sisi semua daerah ingin seperti kota yang semua serba instan dan ramai, namun terkadang kemajuan itu juga mengorbankan lingkungan. Perubahan lahan kosong/sawah/lahan hijau menjadi bangunan sangat cepat, namun untuk mengembalikannya begitu lambat. Jangan sampai ketika semua sawah sudah menghilang, semua tanah sudah tertutup aspal/beton, lingkungan rusak, kita baru sadar jika keseimbangan lingkungan begitu diperlukan.

Jadi bagaimana keadaan kampung halaman agan dan agan wati sekalian? Semoga semakin maju tapi tetap terjaga keasriannya ya!


Quote:





SOURCE
Gronjong Wariti - Desa Mejono
Desa Mejono - Gronjong Wariti 2
Sawah 1
Sawah 2
Desa
Lirik Tony Q Rastafara - Anak Kampung
Diubah oleh anggorofff 19-07-2019 09:13
0
1.4K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan