Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Vieee111Avatar border
TS
Vieee111
Hujan, Ajari Aku Mencintai Kehilangan


Pagi ini, laut begitu sepi. Kulangkahkan kaki, menyusuri pasir-pasir yang menggelitik sesekali. Kulemparkan pandangan, menikmati apapun yang terbaca oleh mataku yang kecokelatan. Tatapanku jatuh pada sosok kurus yang termenung di bibir pantai, sendirian.

"Dia ...."
Kutajamkan mata, bertarung melawan kabut dan hawa dingin yang perih. Ya, itu memang dia ... sahabatku.

"Ra ...!"
Bergeming. Kuputuskan untuk diam sambil menikmati kibaran hijab biru, warna kesukaannya, laut. Entah berapa lama aku mengagumi punggungnya. Sosok itu perlahan melangkah ke depan, mendekati lautan.

"Jangan ...."

Terlambat. Sebuah ombak besar telah menampar tubuh dan mengacak-acak pakaiannya. Aku terpana, dia tidak tumbang. Hanya tubuh yang kuyup dan mengecil, dari jarak pandanganku.

Entah, apa yang sedang dia rasakan. Hantaman ombak barusan, kutahu lebih dari sekadar menyakitkan. Mungkinkah dia tengah menahan penderitaan? Membasuh lukanya sendirian?

Angin bertiup cukup kencang, kali ini mampu membuat posisi berdiriku oleng. Tapi ... dia tetap tenang. Samar, tercium udara basah. Sebentar lagi pasti hujan.

Dia menengadahkan tangannya, bersamaan dengan gerimis lembut yang turun perlahan. Aroma sejuk, bercampur asin air laut ini, aku sangat menyukainya. Dan, begitu pula sosok perempuan di ujung sana. Kami sering menghabiskan waktu di sini, bersama. Menikmati apapun yang disuguhkan alam, memesona.

Hujan.

Kali ini kuputuskan untuk mendekatinya. Aku harus mengajaknya pulang, atau sekadar berteduh. Langkah-langkahku terseok. Antara pasir basah, hujan yang semakin deras dan dingin yang perlahan menusuk.

"Berhenti, Vi! Biarkan aku sendiri."

Aku tersentak. Dia bahkan merasakan kedatanganku, tanpa menoleh sedikit pun.
"Ra, berteduhlah! Jangan menyiksa diri seperti ini."

Hening.
Kali ini dia mendongakkan kepala. Membiarkan rinai hujan yang menderas, menusuk wajahnya yang selembut kapas. Aku tahu, air matanya menetes. Mungkin deras.

Tubuh itu gemetar.
"Ra .... "
Aku mulai cemas.

"Biarkan, Vi! Biarkan hujan ini menghapus seluruh kenangan yang kupunya. Aku tak tahan menanggungnya sendirian."

Angin tak jua berlalu. Kali ini, sukses menumbangkan tubuh kurus di hadapanku. Kuhampiri dia, matanya terpejam dengan bibir membiru.

"Hujan, ajari aku mencintai kehilangan."

Sayup, suara itu kudengar, sebelum kalimat syahadat dengan nada gemetar. Dan kini, tubuh di pangkuanku benar-benar kehilangan tanda kehidupan.


Pwr, 2018
Diubah oleh Vieee111 16-07-2019 14:48
tinwin.f7Avatar border
tinwin.f7 memberi reputasi
1
371
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan