miesedaapsotoAvatar border
TS
miesedaapsoto
[Cerpen Hijrah] Hidayah dari Rafa


[Cerpen Hijrah] Hidayah dari Rafa




Sudah 2 hari, Rafa, adik sepupu Andik yang masih kelas 6 SD menginap di rumah Andik untuk berlibur lebaran. Sesungguhnya, Andik sangat senang adik sepupu kesayangannya itu berlibur di rumahnya.

Namun, kebiasaan Rafa yang suka mengajak Andik shalat bahkan shalat di masjid, membuatnya kewalahan. Maklumlah, Andik yang berstatus pegawai BUMN dan berusia 23 tahun itu masih sangat terbuai dengan kehidupan generasi milenial di kota modern.


"Kak, Kak, bangun!" Rafa menggoyang-goyang tubuh Andik agar terbangun.

"Ya Allah, masih subuh ini, Dek!" keluh Andik.

"Ayo, Kak. Kita ke masjid! Gak boleh tidur abis sahur." rengek Rafa pada Andik.


Dengan susah payah, Andik bangkit dari tidurnya dan bersiap menuju masjid dengan berjalan kaki karena jaraknya yang cukup dekat. Sesuatu yang tak pernah ia lakukan lagi sejak duduk di bangku SMA karena kesibukannya sebagai remaja kala itu.

Di sepanjang perjalanan, Rafa terus berceloteh tentang apapun yang ia lihat maupun yang ia dengar. Terkadang membuat Andik tersenyum tapi ada pula yang membuat ia kesal.

Namun, ia sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Rafa yang sudah ia anggap, seperti adik kandungnya sendiri karena ia anak semata wayang.

Kehadiran Rafa di bulan ramadan tahun ini membuat rumahnya ceria dan penuh warna karena di rumah, ia hanya hidup berdua dengan ibunya. Sementara, ayahnya sudah meninggalkan mereka sejak Andik masih kecil dan menikah lagi dengan wanita lain.


"Eh, Dek. Kakak mau tanya, jawab yang serius, ya!"

"Mau tanya apa sih, Kak?" jawab Rafa penasaran.

"Adek kenapa, sih mau nya shalat subuh sama maghrib di masjid, gak mau dirumah?"

"Kata ayah, biar banyak pahala, Kak." jawab Rafa polos.

"Ah, kalau itu sih, kakak juga tahu!"

"Kalau kakak tahu, kok gak dilakuin? Hihi." celetuk Rafa dengan polosnya. Andik yang mendengarnya jadi merasa malu dengan dirinya sendiri meskipun Rafa sendiri masih belum paham akan hal tersebut.

"Dek, kamu ngerti gak, kenapa dan buat apa kita shalat?" tanya Andik lagi.

"Hmmm..., kalau kata pak ustad sama guru agama di sekolah, shalat itu tiang agama. Dengan shalat, kita ikut menjaga agama islam tetap berdiri!"

"Biar tiangnya gak roboh?" tanya Andik menggoda Rafa.

"Iiiihh, bukan! Maksudnya, biar agama islam semakin kuat." jawab Rafa kesal. Andik nyengir kuda melihat ekspresi Rafa yang menurutnya sangat lucu. "Nah, kalau kata bunda, shalat itu bentuk kasih sayang dan ucapan terima kasih kita sama Allah." sambung Rafa lagi.

"Kenapa gitu?" tanya Andik penasaran.

"Kan, Allah udah ngasih banyak hal buat kita. Baik yang kita minta maupun tanpa kita minta, kayak kesehatan badan aku, bunda sama ayah. Rejeki! Jadi bisa makan, beli baju, beli mainan dan lain-lain. Banyak lah pokoknya." Jelas Rafa.

"Oh, begitu, Dek. Terus?" tanya Andik lagi penasaran.

"hmm...., apa lagi, ya? ... Oh, iya! karena sayang bunda sama ayah."

Andik terperangah karena tak mengerti, "Maksudnya, gimana, Dek?"

"Kata bunda, bunda sama ayah punya tugas dari Allah untuk jagain aku, ngasih kasih sayang yang banyak buat aku sama ngebuat aku supaya sayang sama Allah, rajin shalat, rajin pergi ngaji supaya aku jadi anak soleh. Kalau aku jadi anak soleh, aku bisa nolongin bunda sama ayah dari api neraka, bisa doain mereka juga karena kata bunda, doa anak soleh akan didengerin Allah dan cepet dikabulinnya."

"Terus, kalau adek males ngaji, males shalat, gimana?"

"Ya, kata bunda, berati aku gak sayang sama mereka. Di akhirat, mereka akan di hukum dan masuk neraka gara-gara aku nakal."


Andik terperangah mendengar jawaban Rafa. Obrolan singkat di subuh hari itu telah membawa ingatannya kembali ke masa lalu. Masa dimana ia begitu polos dan bersih pikiran juga hatinya dari segala hal-hal yang bersifat keduniawian. Sosok Rafa di hadapannya itu, layaknya cermin dirinya di masa lampau.

Hidup telah memberinya banyak hal, pengalaman baik dan juga buruk. Namun, ia lupa bahwa hikmah berupa kebahagiaan dan kebanggaan yang ia petik sekarang adalah anugerah yang berasal dari Allah.

Ia tak tahu, apa ini sudah terlalu terlambat atau tidak. Namun, dalam hatinya, ia berjanji bahwa ia tak akan terlena lagi. Ia akan kembali kepada-Nya, bersujud, bersimpuh dan memohon ampun. Demi dirinya ... juga ibunya yang sangat ia sayangi.

Bukankah Allah menyukai pemuda yang bertobat?

Sebait kalimat yang pernah ia dengar itu turut menjadi peneguh hijrahnya.


Quote:



anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
304
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan