Maafkan Aku Tuhan





Itulah percakapan singkatku dengan Ibuku ketika menjemputku di bandara. Namaku Ben aku sudah merantau lama di luar pulau Jawa. Aku memiliki bisnis supplier makanan beku ke seluruh wilayah di Indonesia. Aku bersyukur bisnisku sudah menjamur hingga saat ini, cuma aku merasa ada yang kurang di hidupku entah itu apa. Dari kecil aku sudah mendapat pendidikan agama yang kuat dari keluarga dan lingkungan sekitarku, cuma memang semenjak aku memutuskan untuk merantau aku menjadi jarang beribadah karena jika aku mendekat kepada yang Maha Kuasa rezeki malah menjauh dariku. Sebenarnya itu adalah alasan yang aneh tapi ya itulah yang aku alami dan rasakan.



Setelah aku di jemput dari bandara oleh orang tuaku, aku memang langsung pulang ke kampung halamanku untuk melepas rindu. Dan itulah tadi percapakan singkatku dengan Papa di teras depan rumahku. Oh ya dari tadi aku dipanggil Cong terus sedikit aku jelaskan. Cong adalah kepanjangan dari kacong yaitu anak laki - laki. Jadi Cong bisa di artikan "Nak" .





Wawan dan Evi adalah para kepala cabang depo tempat usahaku. Kalau Wawan itu kepala cabang Jayapura dan kalau Evi kepala cabang Biak. Mereka adalah orang yang sudah lama bekerja denganku. Karena kinerja mereka yang bagus maka aku angkat mereka menjadi kepala cabang.



Jujur masalah ini mengkhawatirkanku kerena masalah ini datang secara bersamaan. Aku sering menghadapi masalah tapi tidak pernah bersamaan begini, karena fokusku akan terpecah menjadi dua. Keesokan hari nya aku terbaik ke Biak menuju kantor cabangku yang di pegang Evi.



Aku pun bermalam 2 hari di Biak, sambil aku benahi sistem penjualan yang sekarang biar tidak masalah seperti ini tidak terjadi lagi kedepannya.

Sudah 2 haripun kabar dari pak Satria tidak terdengar, ya sudah untuk selanjutnya aku terpaksa harus menyerahkan kepada mereka untuk kelanjutan masalah pak Satri ini. Dan akupun harus terbang ke Jayapura hari itupun juga. Perjalananan Biak - Jayapura memerlukan waktu 1 jam kalau naik pesawat. Jam 11 siang aku sudah tiba di bandara Sentani dan sudah di jemput dengan karyawanku.



Aku meninggalkan mereka menuju kamarku. Di situ aku merenuh, mengapa Tuhan memberikan cobaan ini padaku. Dulu aku mendekat kepada-Mu engkau mempersempit rezekiku, sekarang aku telah menjauh dari-Mu engkau masalah mengambil hartaku. Sebenarnya apa yang engkau mau dari ku Tuhan?.

Selama seminggu di Jayapura aku mencoba memperbaiki semuanya sebisaku. Aku memutuskan untuk pulang menemui Ibu dan Ayahku di kampung dengan sisa uang di kantongku. Jujur masalah di Jayapura dan Biak membuatku down untuk melanjutkan usahaku ini.



Kali ini aku tidak bisa berbohong pada orang tuaku. Aku tidak sanggup lagi memang menahan beban ini sendiri. Aku bercerita kepada orang tuaku hingga tanpa sadar aku meneteskan air mataku. Aku ceritakan semua masalahku di Jayapura, Biak dan keyakinanku pada Tuhan.



Aku sholat isyak sambil meteskan air mata lagi. Aku teringat betapa tidak tahu terima kasihku pada Tuhan, hingga menjauhinya. Aku teringat semua dosa yang aku telah perbuat kepada Allah SWT.

Sudah dua minggu aku merenung di kampungku. Aku mencoba mendekat lagi pada Tuhan dengan rajin beribadah lagi seperti sholat, puasa senin dan kamis , sholat malam, mengaji, sedekah, dan lain sebagainya. Hasilnya jujur aku menemukan ketenangan hidup yang aku butuhkan, hingga suatua ketika Papa memanggilku.



Di situ aku menangis tersedu hingga bersujud di kedua kaki Papa, dan aku liat Umi menangis mendengarkan percakapan aku dan Papa tadi. Aku menghampiri beliau dan memeluknya. Mungkin ini jalan dari Allah atas masalahku. Dan dengan uang itu bismillah dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang aku perbaiki semua masalah yang ada di usahaku.

Aku Hijrah Karena-Mu Allah.