hesty539Avatar border
TS
hesty539
KITA ADALAH ZERO
    
“Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaju’un… .”

Allah yang mengirim kita ke muka bumi, lantas hanya kepada-Nyalah kita akan kembali. Hakikat diri kita adalah seorang yang lemah yang tak punya apa-apa. Sejak dilahirkan kita tak memiliki suatu apa pun kecuali apa yang diberikan oleh yang Kuasa. Seperti pendengaran, penglihatan dan hati. Firman Allah swt., dalam surat an-Nahl ayat 78 yang artinya, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.

Mata, telinga, hati, kaki, tangan, semu anggota tubuh yang sedang menempel pada diri kita adalah milik sang pencipta. Kemudian apa yang harus kita sombongkan? Jika satu saat semua kenikmatan itu dicabut oleh sang pemilik. Masih  pantaskah kita berlaku sombong atas segala pinjaman ini. Namun, inilah kita sebagai manusia. Barang pinjaman saja kita gunakan seenak dan semau kita. Mata digunakan melihat keburukan, telinga untuk mendengarkan hal-hal yang mendatangkan dosa, tangan yang berat untuk mau memberi, kaki yang senantiasa mencari tempat hiburan untuk kesenangan semata. Tak ada dalam benak kita jika seluruh anggota tubuh ini sudah dikuasai oleh nafsu dunia.

Untuk Apa Aku Hidup?

Maka perlu adanya intropeksi diri. Setelah kita diciptakan, tanyakan pada diri kita untuk apa saya di sini? Untuk apa saya diciptakan? Apakah Tuhan memberikan segala pinjaman dengan gratis, apakah Tuhan memberikan tanpa meminta upah? Mungkin jika dilihat Tuhan memang tidak meminta upah, tidak meminta balasan atas semua yang diberikan. Hanya saja Tuhan mengiginkan hamba-Nya berbuat kebaikan, mensyukuri segala yang diberikan, agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak dinginkan. Jelas dalam ayat sebelumnya Allah berkata

“ … Agar kamu bersyukur … “.

Dengan bersyukurlah nikmat akan dilipat gandakan, dengan bersyukurlah kita menjadi orang yang paham, dengan bersyukurlah akan membawa kita kepada sifat rendah hati. Lain halnya jika kita terus menyombongkan diri dengan segala yang kita miliki. Padaha sekali-kali kita adalah orang yang tak punya apa-apa. Sekalipun harta dalam rumah yang bermacam-macam rupa itu pun bukan milik kita.  

Kehidupan ini begitu singkat untuk dijalani. Usia semakin tua tanpa ada satu hal yang bisa didapatkan. Ini fakta yang aku rasakan. Jika berjalan tanpa tahu apa tujuan saya berada di sini? Pertanyaan sederhana ini harus menjadi tombak kehidupan kita. Saya pribadi sering bingung dengan kegiatan sehari-hari. Maka timbul pertanyaan-pertanyaan yang membuat saya tahu kualitas diri saya seperti apa.

Sehari saya harus bertanya “sudah baca apa hari ini? Sudah nulis apa hari ini? Sudah baca qur’an berapa juz? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini penting. Karena, dengan bertanya kita akan tahu kualitas diri kita, kita akan tahu sudah tercapai belum tujuan yang telah kita buat? Jika pertanyaan-pertanyaan itu terus kita putar dalam kehidupan kta. Maka  akan terus sadar siapa kita bagaimana kita.

Saya pernah menangis menyesali pekerjaan saya yang sangat monoton. Rasanya hidup sudah tidak berpihak lagi pada saya. Bayangkan saja kalau pertanyaan-pertanyaan di atas mempunyai jawaban yang sama dihari yang berbeda. Mana kualitas diri kita? Mana kerja keras kita, mana usaha untuk menjadi manusia yang berguna. Maka, tujuan diciptakan kita ke dunia ini pun tak ada menghasilkan manfaat sama sekali.

Maka perlu dibuat list pertanyaan untuk membangkitkan semangat, untuk terus melakukan hal-hal positif agar kita semakin tahu “tujuan diciptakan diri kita ini”. Beramal, beribadah, menjalankan kebaikan, dan segala bentuk perbuatan yang bermanfaat baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain.

Mungkin hal ini yang kita perlukan.

1.     Apakah pagiku berlalu tanpa ada kegiatan yang bermanfaat?

2.     Apakah aku selalu tidur setelah subuh?

3.     Apakah sehari aku hanya bisa membaca satu ayat al-Qur’an?

4.     Apakah aku telah bersedekah hari ini?

5.     Apakah ketika orang lain membutuhkan aku, aku segera menolongnya?

6.     Apakah ketika temanku sakit aku datang menjenguknya?

Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang harus kita jawab dalam diri kita sesuai dengan keadaan. Apakah mampu atau malah tidak mampu sama sekali. Lantas apa gunanya kita di dunia ini? Apakah hanya untuk berfoya-foya, menghabiskan uang dan harta orangtua dan tak tahu belas kasih pada mereka dan juga pada orang lain?

Mari membentuk visi dan misi kehidupan kita. Jadikan hidup ini semata-mata hanya untuk Allah swt. Maka visi seperti inilah yang harus kita punya.

“Sesungguhnya AKU MENGHADAPKAN DIRIKU KEPADA TUHAN YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI dengan KECENDERUNGAN KEPADA AGAMA YANG BENAR, dan AKU BUKANLAH TERMASUK ORANG-ORANG YANG MEMPERSEKUTUKAN TUHANKU”. (Q.S. Al-An’am:79)

Pada ayat di atas terdapat tiga point yang harus kita ambil yaitu. Senantiasa mengahadapkan diri semata-mata hanya pada Allah ta’ala, membenarkan satu agama yang benar, dan tidak mempersekutukan Allah Ta’ala. Inilah visi hidup terhebat. Saya pribadi selalu membacakan makna surat ini. Saya menjadi terus bersemangat, dan terus termotivasi untuk ingin melakukan hal yang bermanfaat. Saya juga biasanya membaca doa ini, “ … Ya Tuhan kami, hanya kepada engkaulah kami bertawakal, dan hanya kepada Engkaulah kamu bertaubat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”. (Q.S: Al-Mumtahanah: 4)

Semoga dengan “Kemiskinan” kita sebagai hamba Allah, kita senantiasa terus memantaskan diri untuk menjadi hamba yang benar-benar bertakwa padaNya. Aamiin.
tata604Avatar border
aldysadiAvatar border
aldysadi dan tata604 memberi reputasi
2
184
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan