Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wisnusatriyaAvatar border
TS
wisnusatriya
Jalan pulang


Quote:


Sholat tarawih malam itu baru saja selesai. Satu per satu jamaah keluar dari masjid. Arini melipat sajadahnya kemudian berdiri dan berjalan keluar dari masjid. Di luar masjid tatapan orang-orang itu, bisik-bisik itu masih ada. Meski sayup masih terdengar. 

Memang, bayang masa lalu arini terlalu gelap, gelap yang seakan menelan semuanya utuh-utuh.


Tapi Arini sudah membulatkan hati, jalan ini yang akan dia tempuh. Dia tahu tidak akan mudah.

Tapi apa yang sudah menjadi ketetapan hati harus dijalani. Meski penuh duri.


Arini menatap langit malam ramadhan itu, penuh bintang. Indah. Benaknya menelusuri kembali jalan yang dia lalui hingga sampai ke titik ini. Semua bermula dari masa kecilnya.


Masa kecil Arini jauh dari ceria. Sejak Arini kecil, dia sudah ditinggal ibunya. Karena tuntutan ekonomi, ibunya harus terpaksa menjadi TKW. Sementara ayahnya berkerja serabutan sebagai tukang kebun. 


3 tahun ibunya merantau menjadi TKW, mendadak ibunya tidak ada kabar. Sudah 6 bulan lebih tidak ada kabar. Kabar yang didapat berikutnya, terlalu pahit untuk diingat. Nama ibunya terpampang di koran, dilaporkan sebagai TKW yang meninggal akibat disiksa majikannya. 


Mengetahui kabar istrinya meninggal, ayah arini depresi. Kehilangan istri dan sumber ekonomi utama rupanya beban yang terlalu berat. Akibatnya pikiran ayah arini sering melayang ke segala arah tidak jelas. Pun begitu ketika mengendarai sepeda motornya satu-satunya. Kekalutan dalam pikiran mempengaruhi kemampuan dalam mengendalikan kendaraan. 


3 bulan setelah berita mengenai ibunya, ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Meninggalkan arini seorang diri. 


Beruntung, salah satu kerabat dari ayahnya bersedia menampungnya. Namanya Bude sumiyati, biasa dia panggil budhe sum. 


"Wes nduk, jangan sedih lagi, mulai sekarang kamu tinggal sama budhe saja" kata budhe sum sewaktu di pemakaman ayahnya. 


Budhe sum tinggal di Surabaya, di suatu jalan terkenal di Surabaya. Orang-orang menyebutnya gang dolly. 

======================================


"Nduk, Arini, nanti kamu handle Pak Leo ya, sejam lagi orangnya datang" kata budhe sum kepada Arini

"Iya budhe"

Sejam kemudian, seorang pria paruh baya terlihat di depan pintu rumah budhe sum. Budhe sum menyambut dengan amat ramah.


"Eh, pak Leo, kok sekarang jarang mampir sini sih?"


"Iya sum, tender lagi rame nih, susah buat cari waktu. Eh, Arini ada kan ?"


"Ada doong...pak Leo itu special guest nya Arini. Arini !! ini pak Leo udah dateng"


Arini keluar dari dalam rumah, menyapa tamu budhenya itu, "Malem om.."


"Kamu tambah cantik aja rin" balas pak Leo.


"Yaudah rin, kamu handle pak leo ya, buruan" kata budhe sum.


Tidak menunggu lama, pak leo dan arini berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Menghilang di salah satu kamar. 


Sejam kemudian, Arini sudah duduk-duduk di belakang rumah budhenya. Asap mengepul dari bibir tipisnya. Di jari-jarinya terselip rokok putih berfilter yang masih menyala. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahunya. 



"Hayo, ngelamunin apaan ?!" seru Tyas sembari menepuk bahu Arini

Tyas adalah satu-satunya teman arini di tempat itu. Budhe Sum yang memiliki hubungan darah dengan dia, ternyata salah satu mucikari di tempat itu. Ternyata niat budhe sum sewaktu menampung arini selepas ayahnya meninggal tidak tulus. Budhe sum ternyata ingin menjadikan arini sebagai salah satu "customer service" di tempatnya. 

Karena tidak kuat dengan beban yang terus mendera, arini sempat mencoba mengakhiri hidupnya. Tetapi berhasih dicegah oleh Tyas, yang akhirnya menjadi satu-satunya teman arini di situ. "Tetaplah hidup, selama kita masih hidup, masih ada harapan kita untuk mencari jalan keluar dari sini." itulah kata-kata yang diucapkan oleh Tyas untuk menghentikan percobaan arini untuk mengakhiri hidupnya.

"Eh, mbak tyas, baru selesai tugas mbak ?" tanya arini begitu melihat yang menepuk bahunya adalah tyas.

"Iya nih rin" kata arini sambil mengambil rokok dari bibir arini, kemudian menghisapnya.

"Rin, kamu ga bosen hidup kaya gini ? kamu ga pengen keluar dari tempat ini ?" tyas melanjutkan kata-katanya.

"Ya mau mbak, tapi mau ke mana ? kita terjebak dengan lingkaran setan, gak bakal bisa keluar"

"Halah, peduli amat sama setan !! aku sudah muak tinggal di sini rin, aku mau pergi jauh dari sini. Sudah cukup kita berkubang dalam dosa ini terus. Setidaknya di sisa umurku, aku pengen kembali hidup di jalan yang bener." jawab tyas.

"Sisa umur ? gimana maksudnya mbak ?!" sahut arini heran

"Tekadku sudah bulat rin, lusa aku akan pergi dari sini. Aku akan pergi dari pulau ini. Aku akan mulai lagi lembaran baru yang bersih di tempat yang tidak ada orang yang mengenalku. kamu mau ikut aku ?"

"Lusa mbak ?"

"Iya. Kalau kamu mau ikut, ga usah bawa baju, biar budhemu tidak curiga. Aku punya cukup tabungan untuk kita beli baju baru lagi. Lusa kita tinggalkan pulau ini rin. Aku yakin berada di sini hanya semakin menyiksa kamu."

Arini tidak mau menjawab. Iya hanya mampu diam, sambil menyeka matanya yang mulai berair.

Keesokan lusa, arini sudah berada di terminal seperti kesepakatan mereka lusa kemarin. Dia berharap-harap cemas, sambil celingukan mencari tyas. Tidak lama kemudian, arini mendengar ada orang yang memanggilnya dari belakang.


"Riiiiin, ayo ke tempat parkir bis. Bis nya sudah mau berangkat." ternyata suara yang memanggilnya tadi adalah tyas. 

Sesuai janji mereka lusa kemarin, Akhirnya meninggalkan tempat tinggal mereka. Menjauhi tempat yang mereka anggap memuakkan itu. 

Selama di perjalanan, arini tersenyum. Dia tidak pernah terpikir untuk bisa lari dari tempat itu. Dia merasa terbebas. Meskipun tempat yang akan dia tuju, belum menjanjikan apa-apa. Tapi bagi Arini, di mana saja lebih baik daripada tempat itu.


Setidaknya di tempat baru dia punya harapan untuk menutup lembaran hitam dari masa lalunya dan membuka lembaran baru yang bersih.

===========================================


6 bulan berlalu. Arini nampak cantik hari itu, dengan baju merah motif bunga dan jilbab dengan warna senada. Ya, Arini sudah memutuskan untuk memakai jilbab. Dia sudah membuang segala hal mengenai dirinya yang dulu. 
Arini duduk di samping tyas yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Sudah sebulan ini tyas ada di rumah sakit. Pekerjaan yang selama dia jalani selama ini ternyata memiliki konsekuensi yang besar bagi tubuhnya. Tyas terjangkit AIDS. Dokter memperkirakan umurnya tidak lama lagi.

"Rin, kamu ga pulang ? aku gapapa kok sendirian, kamu juga butuh istirahat" kata tyas

"ndak papa mbak, aku ndak capek kok, aku di sini aja nemenin mbak tyas" jawab arini

"Rin, meskipun sakit ini sudah gak tertolong tapi aku masih bersyukur"

"Gimana maksudnya mbak ?"

"Yah, setidaknya di hidupku yang kelam, aku masih diberi kesempatan untuk bertaubat. Setidaknya ketika nanti Alloh memanggilku, setidaknya aku pergi dalam keadaan yang baik." tyas melanjutkan kata-katanya

"jangan ngomong gitu mbak, umur manusia cuma Alloh yang tau." jawab arini sambil menyeka air mata yang menetes.

"Iya rin, aku tau, dan aku insya Alloh sudah siap."

"Rin, inget baik-baik kata-kataku ini. Seberat apapun, kamu harus tetap di jalan ini. Kita sudah membulatkan tekat untuk berhijrah ke jalan yang diridhoi Alloh. Masa lalu kita sudah tidak bisa diubah, biarkan saja. Kita cuma bisa terus memohon agar Alloh mengampuni apa yang telah kita perbuat di masa lalu."

"Iya mbak, seberat apapun, Insya Alloh aku bakal tetep ada di jalan ini." jawab arini

Setelah itu mereka dua terdiam, sibuk dengan perasaan masing-masing, hingga akhirnya tyas tertidur. Arini memandang kosong keluar jendela kamar itu, "Ya Alloh, kuatkanlah hamba untuk tetap berada di jalan-MU" begitulah doa yang arini panjatkan dalam hati.


=======================================
Arini melipat sajadahnya, kemudian beranjak keluar dari masjid. Di depan pintu masjid, dia melihat ada anak kecil yang memakai mukena dengan motif bunga. Hal itu mengingatkannya pada mbak tyas, yang 3 bulan lalu pergi meninggalkan dia untuk selamanya.

Sejenak kemudian, arini mendengar ibu-ibu di seberangnya berbisik-bisik sambil melirik dia.

"Eh, tuh dia kan dulu dari dolly ya?"

"iya tuh, duuh...bahaya ini,,,,kampung kita jadi tercemar.."

"iya nih...mesti bilang ke orang-orang ini nih, jangan deket-deket dia"

"diiiih...kelakuan gitu sok-sokan sholat segala, sok-sok an hijrah"

Meskipun dengan suara berbisik, obrolan ibu-ibu di depan masjid itu masih bisa dia dengar. Dia tahu ini resiko yang harus dia hadapi. Serapat apapun dia coba menutupi masa lalunya, akhirnya tercium juga. Dan kini dia mau tidak mau harus menghadapi pandangan miring dari para tetangganya.

"Mari ibu - ibu, Assalamualaikum.." sapa arini kepada ibu-ibu yang sedang membicarakannya.

Arini tidak mempermasalahkan orang memandang negatif kepada dirinya. Karena dia tau, ibadahnya adalah Alloh yang menilai, bukan orang lain. Dia selalu mengingat pesan dari mbal tyas. Dia tahu masa lalunya tidak bisa dirubah, sekarang yang terpenting adalah masa depannya. Dia sudah membulatkan tekadnya untuk hijrah dari masa lalunya yang kelam.

Arini pun lanjut berjalan, jalan di belakangnya gelap dan penuh noda, namun dia tahu, jalan yang dia tuju di depan adalah jalan yang penuh cahaya...



0
462
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan