Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

annaharryAvatar border
TS
annaharry 
Ibu, Izinkan Aku Berbakti.
Rindu ibu, rindu segala tentangnya, termasuk cerewetnya.



Tiga tahun lalu, seperti tahun-tahun sebelumnya, aku, suami dan anak-anak pulang ke kampung halaman. Menyambangi ayah, ibu juga keluarga. Mengambil cuti tahunan suami dimulai dari satu Minggu sebelum lebaran.

Aku ingat betul, kejadian luar biasa yang menimpa keluarga kami kala itu, tepatnya malam ke dua puluh delapan di bulan Ramadhan. Engkau berangkat ke musholla hendak sholat isya dan tarawih.

Aku yang kala itu memiliki balita berusia enam bulan, memilih sholat di rumah. Sebelum berangkat engkau berpesan untuk ku pesankan daging sapi pada pak Sukari, tetangga yang berprofesi sebagai jagal di sebuah RPH di kota kami.

Ada sesal di dada, kala itu aku menyanggupinya, nanti aku pesankan setelah sholat tarawih usai. Sesal itu sulit sekali ku hapus dari ingatan. Kenapa ... Kenapa saat itu aku tak langsung pergi ke rumah pak Sukari?

Sesal tiada guna, aku merutuki diri. sebagai anak aku belum bisa membuatmu bahagia. Ibu ... Andai waktu bisa ku ulang, ingin rasanya aku berbuat lebih baik untuk menyenangkan hatimu, melukis senyum di usia rentamu, dan berusaha mengusir gundahmu dengan hadirku.

***

Sembilan tahun silam, saat ikrar akad nikah diucapkan. Ada rasa haru di sudut hatiku, aku berbahagia bisa bersanding dengan seorang pria yang insyaAlloh shalih. Di sampingku, ada ibu yang terus saja terisak. Ia terus mengusap lelehan Tirta yang mengalir seakan tak mau tahu, banyak orang yang memperhatikan tangis pilu itu.

Lirih kudengar, istighfar dan ucapan syukur dari bibir berlipstik nude itu, ibu, aku tahu engkau berada pada titik antara rasa bahagia dan kehilangan, suasana hati yang tak mudah ditaklukkan. Engkau merelakan anak gadis yang dulu kau timang, kau kasihi sepenuh jiwa, untuk bersandar pada pria yang masih terasa asing, 'akankah pasanganmu bisa bersabar dengan tingkah manjamu?' ah ... Aku selalu mengingat kata-kataku itu, ibu.

***

Ibuku sayang, sinar jingga masih saja sama, bergelayut di langit sore yang cerah, berhias gumpalan awan putih nan mempesona, hal yang sama dengan rasa sayangku padamu, tetap sama meski ada surga lain yang harus ku tempuh lewat ridho suamiku.

Tiga tahun menjalani hari sebagai penderita stroke dengan fungsi tangan, kaki dan pengucapan tak lagi sempurna, bukanlah hal yang mudah, aku tahu itu ibu. Manjamu melebihi putraku yang berusia dua setengah tahun, rasa nelangsa tanpa alasan mendadak menghampirimu, dan segala hal yang mengingatkan bagaimana kelakuanku dulu saat masih anak-anak, kejadian puluhan tahun silam, seperti kembali diputar lewat kebiasaanmu pasca pulih dari koma.

Sejak malam itu, malam ke dua puluh delapan di bulan penuh keberkahan, aku telah bertekad akan mengambil sepenuhnya tiket surga yang Tuhan tawarkan.

Bersyukur, karena lelaki yang kupilih bukanlah orang yang salah. Ia mendukung keputusan itu--merawat dan mendampingi ibu untuk kembali sehat--. Bagi kami, Tuhan masih sangat menyayangi ibu, dengan memberinya kesempatan beribadah lagi, setelah terbaring di ruang ICU selama 21 hari lamanya.

Quote:


***
Quote:


Kami anak-anaknya, menjadikan semua kejadian ini sebagai pelajaran berharga, tak ada hal sia sia yang Tuhan suguhkan. Hikmah luar biasa kami dapatkan. Kami bersama-sama bertekad mengambil tiket surga itu, sebagai jalan hijrah menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Quote:


Quote:


Semoga, kami bisa Istiqomah di jalan ini. Jalan menuju hidup yang hakiki. Memaknai sabar dan berbagi, sebagai penghambaan kepada ilahi.

Quote:


***

Malang, Mei 2019
Diubah oleh annaharry 15-05-2019 22:49
0
322
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan