Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

sriwijayapuisisAvatar border
TS
sriwijayapuisis
Kumpulan Puisi Elegi Nada Cinta
Kumpulan Puisi Elegi Nada Cinta

Sumber gambar: www.pixabay.com

Virus Cinta

Oh mengapa wajahmu selalu ada
Dalam benak ini
Mentari tersenyum ramah padaku
Tapi aku murung berkubang layu
Menatap sang bayu menyentuh lembut pipiku
Desir angin melambai
Aku terjungkal angan di pantai
Membayang bayangmu ada
Sementara kau telah leyap dari mata
Tinggalkan virus cinta
Menyebarkan ke dalam sukma
Mendarah daging di raga
Maafkanlah senja
Jika kasih ini tiada artinya
Pergilah kau cinta



Kebekuan

Kidung cinta berbisik di kalbu menyeru syahdu
Di antara langit bumi
Alam berbisik sunyi saat matahari mencium peraduan semu
Ketika langit gaduh menyuara
Detuman ilalang melambaikan kata
"Hai kau sang pungkawa. Semesta cinta berkiblat ke arahmu, tapi kau membisu dalam beku sedingin salju."
Nada lirik memboikot mata
Satu titik nadir leyap tanpa iba
Lalu kidung melantun tiada makna
Meproklamasikan semesta cinta
Padanya yang telah kaku
Berdinding kebekuan jiwa
Cairkan duka bersama tawa sang mentari senja



Bunga Cinta

Hanya satu pemilik hati ini yaitu kamu
Rajawali landak
Kala pintu terketuk
Rindu mengutuk
Sakaukan aku dalam gegana
Memaksa sepi mengantung kiasan hati
Pada dinding langit yang sama
Basah teras rasa tertanam benih bunga cinta
Tersirami dengan kejujuran, agar tumbuh memancarkan aura kasih
Terpupuk oleh hujan kemesraan, biar mekar mengharumkan sayang
Namun semerbak keromatisan adalah penyatuan jiwa
Ketika rindu menghujam dada
Berharap leyap dalam satu jumpa
Nyatanya menyisakkan derita
Bunga cinta melayu dalam lara
Karena kini tiada kasih sayang
Sebagai pengobat kerinduan



Fajar Embun

Mencoba buatmu tegar
Saat badai menghepaskan kita dalam rintik gersang
Ketika hati menyuara bimbang
Tangis sesak tertahan
Kutatap fajar berembun buta
Sebelum cahaya menerpa raga
Hanya satu alur kisah kita
Percaya

Embun belumlah kering
Teras rasaku masih basah
Saat gerimis mencongkel mata
Sebelum raja pagi tertawa
Aku sudah mengabdikan diri
Fajar embun kuresapi
Bersama getirnya cinta ini
Maaf aku tak akan pergi
Meski adidaya cintaku hanya tersebut duri
Karena cinta ini ketulusan jiwa
Bukan sekedar simentris rasa



Nada-Nada Cinta

Kidung asmaramu telah getarkan dada
Jatuhkan aku dalam bingkai rasa
Terjerat mendekap bayang di pelupuk mata
Hangat menyentuh jiwa
Meresap ke palung dada
Nadanada cintamu telah menghipnotis raga
Melekat erat di kepala
Sampai tiada mampu berpaling darinya
Itulah kamu sang pencuri hati
Rajawali berlandak perdu
I miss you



Cinta Sembunyi

Jika ada kata rindu
Mengapa membisu
Jika memang kau sayang mengapa membuang kasih dalam lipatan kumuh
Kau sungguh kejam
Mengabaikanku dalam diam
Tegamu melanglang
Akan kasihku yang mengembang
Sayang, jika lautan kasih ini hambar
Maka buanglah aku dari peradapan matamu
Namun jangan kau siksa aku karena rindu
Aku akan undur diri bersembunyi menepi
Menanti masa tiba
Hatimu jatuh dalam dekapan ini
Tiada sekat diantara kita
Dan sembunyi cinta adalah caraku
Menyanyangimu



Karena Sayang

Gemuruh laut bergelombang di dada
Menghayutkan aku dalam buai indahnya
Rindu meresahkan ulu hati
Membuat detak jantung bimbang
Ketar-ketir terasakan
Dalam diam angan mengawang
Adakah seuatas kasihmu terhaturkan untukku
Lalu aku mengadu rindu
Pada Sang Maha Penentu
Tasbih cinta melantung mesra
Segenap jiwa memohon padaNya
Semoga kasih ini abadi
Sebagai pengikat dua hati
Karena sayang ini ketulusan
Bukan harap kau melambaikan kata sayang
Tanpa adanya satu ikatan



Getaran Hati

Gelora di dadaku bagai medan magnet
Mencari kutub satu sisinya lagi
Pasir-pasir telah membungkus sisi utara
Merghiasinya dengan arus tanya
Lalu sisi selatan mencibir mesra
Tentang pasir berkerikil runcing
Ia menghardik adanya
Meracau camar tersenyum garang
Bimbang
Getaran hati kian bertandang
Tak ada bedungan kala rintik hujan datang
Dengan apa harus memoles kedua sisi
Jika kerikil runcing sudah dahulu menancap dalam hati
Maka biarkan saja getaran ini hilang
Bersama hembusan angin parau waktu
Yang melayangkan sejuta haru
Di angkasa batu



Simponi Asmara

Tempo nada berlari mencari tangga
Ritme tercecer di notnot sumbang
Nyanyian getir Cumiak telinga
Senandung rindu mencabik mata
Lalu meruntuh pilunya lara
Dalam kidung asmara
Senar terpetik lirih
Tangan ini tergores keindahan nadanya
Di sebait syair asmara kudengar suara canda tawa
Merindu adanya rajukan manja
Logikaku mengangkasa
Inikah simponinya yang hilang bersama dengan ketiadaan sayang
Ah, sial! Racu kumensyairkan


Matesih, 22-4-19
oleh: Sriwijaya

Catatan: Tulisan ini di buat dalam kurung waktu yang sama.
Diubah oleh sriwijayapuisis 22-04-2019 11:08
hvzalfAvatar border
srirahayu14Avatar border
janeeta97Avatar border
janeeta97 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.6K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan