meanynovendiAvatar border
TS
meanynovendi
Cinta Di Atas Luka - Kisah Laila dan Hamid
Kumpulan cerpen Mea Ny Novendi

Cinta di Atas Luka - Kisah Laila dan Hamid Bag 1


Sumber gambar : Pixabay

Quote:


Pesta pernikahan yang meriah baru saja selesai. Meskipun tak terbilang mewah, tapi sudah cukup semarak. Panitia sudah berkemas berkejaran dengan waktu magrib yang datang sebentar lagi. Penata rias juga sudah menyusun perlengkapannya untuk di bawa pulang. Namun pelaminan dan segala pernak-perniknya baru akan dibuka dua hati lagi. Supaya masih tertinggal aura pengantin baru di sana. Kadang masih ada tamu atau kerabat jauh yang terlambat datang.

Di meja rias, aku duduk menghadap cermin. Lelaki yang pagi tadi baru saja mengucapkan akad nikah, berdiri di belakang sambil merangkulku.

"Alhamdulillah, Sayang. Sekarang kita sudah sah secara agama maupun hukum sebagai suami istri. Abang akan bertanggungjawab sepenuhnya pada hidupmu." Bang Hamid berbisik pelan di telingaku.

"Terima kasih, Abang. Laila akan membaktikan seluruh hidup Laila untuk Abang. Bimbing Laila ya, Bang? Sebagai wanita biasa, Laila masih banyak kekurangannya," balasku sambil menatapnya dari cermin.

Bang hamid mengangguk dan tersenyum padaku. Ah, betapa gagahnya suamiku. Kulit putih kecoklatannya menambah kesan perkasa. Rambut ikal bergelombang, mata bulat, hidung mancung, bibir yang tidak terlalu tipis menambah nilai ketampanannya. Belum lagi alis yang membentuk garis lurus di atas matanya, membuat sisi maskulinnya lebih nyata.

Akulah wanita beruntung itu. Laila Hamidah.
Seorang gadis kampung yang terbiasa hidup sederhana. Parasku tak terlalu cantik, tapi juga tidak jelek. Boleh dibilang, sedang-sedang saja. Rambut terurai ikal mayang, mata tak terlalu besar, hidung juga tidak mancung -- tidak pesek juga, tapi ada sesuatu dalam diri yang menarik perhatian banyak lelaki.

Sebelum menikah dengan Bang Hamid, banyak jejaka yang mencoba menawan hatiku. Namun, tak ada yang berhasil. Tiada jodoh mungkin.

Bang Hamid dengan sosoknya yang rendah hati, ramah, murah senyum dan tak pernah bersikap melecehkan wanita, membuat hatiku tertawan. Kami satu tempat kerja, meski tak banyak yang aku ketahui tentangnya, selain dia berasal dari kota sebelah.

Kami sama-sama keturunan Melayu. Hanya saja, Bang hamid berasal dari keluarga yang cukup berada. Sementara aku hanya gadis biasa.

Awal hubungan kami tak ada pertentangan. Orang tuanya dan orang tuaku merestui hubungan kami.

Ayah ibu juga saudara-saudaranya selalu bersikap baik saat aku di ajak mengunjungi mereka, sebulan menjelang akad nikah.

Jangan pikir aku dan Bang Hamid tidur di rumah yang sama. Adat masih kuat melekat. Saat aku ke kampungnya, Bang Hamid menumpang tidur di rumah salah satu kerabatnya. Sedangkan aku, menginap di rumahnya. Saat itu status kami sudah bertunangan.

Sesuai adat, sebelum menikah akan ada acara merisik, tukar cincin yang di sebut juga tunangan atau antar tanda, lalu acara antar belanja, dan terakhir akad nikad lanjut dengan resepsi.

Dua bulan sebelum menikah, acara tukar cincin dilaksanakan. Untuk menghemat waktu, hantaran belanja kami tentukan waktunya bersamaan dengan akad nikah. Jadi, sebelum ijab kabul diucapkan, dimulai dengan acara antar belanja. Itu untuk menghemat waktu dan biaya, karena jarak kampungku dan kampung Bang Hamid cukup jauh.

Saat berkunjung itu, aku dilayani dengan baik oleh keluarganya. Mereka banyak bertanya tentangku. Masakan kegemaran selalu terhidang. Hati siapa yang tak merasa tersanjung mendapat perlakuan istimewa seperti itu.

Tiga hari berkunjung sudah membuat aku merasa seperti bersama keluarga sendiri. Kak Long, Kak Ngah dan Uncu sangat baik sekali. Kak Long adalah kakak tertua Bang Hamid. Kak Ngah adalah kakak nomor dua. Lalu, Uncu adalah adik bungsunya. Calon suamiku anak ketiga dan anak lelaki satu-satunya dalam keluarga mereka.

" Laila, kami sangat senang Hamid mendapat calon istri sepertimu," ujar Kak Long disambut senyum Kak Ngah dan Uncu.
"Terima kasih, Kak. Laila juga sangat senang mendapat keluarga baru seperti Abah, Emak, Kak Long, Kak Ngah, Uncu, dan juga sudara mara yang lain. Semua sangat baik pada Laila." Aku yang masih hijau dan polos, tak melihat sedikit pun cela pada mereka. Semua hanya keindahan yang tampak di mataku.

Bagaimanakah kisah Laila dan Hamid selanjutnya?

Nantikan kehadirannya.

Jangan lupa cendolin ya, Gan.
Diubah oleh meanynovendi 17-04-2019 06:55
agungdar2494Avatar border
trifatoyahAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 17 lainnya memberi reputasi
18
2.7K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan