idaalfaqiehAvatar border
TS
idaalfaqieh
Terjerat Pesona Cinta Pertama
My First Love


Sumber:www.cosmopolitan.co.id



Awal perjumpaan kita sudah satu dekade yang lalu. Namun, kenang tentangnya masih saja melekat kuat dalam ingatan. Benar memang, cinta tumbuh dari mata turun ke hati. Dari satu tatapnya menjalar hingga relung hati terdalam. Mengenalnya adalah anugrah terindah dalam hidupku. Benarkah cinta pertama susah di lupakan? Inilah kisah bersama cinta pertamaku.

Bel sekolah telah berdering, saatnya pulang sekolah. Seperti biasa, aku pulang bersama kedua sahabatku. Suci dan Maya. Eh ya, perkenalkan namaku Nayla. Kami terbiasa pulang pergi sekolah bertiga.

Dengan tenaga yang tersisa dari penatnya pelajaran sekolah. Kukayuh pedal sepeda kesayanganku perlahan menembus terik matahari siang. Canda tawa menghiasi perjalanan pulang sekolah kami. Tetiba, entah apa yang membuat mata ini tertuju pada sekumpulan pria nongkrong di pertigaan.

"Kenapa Nay sampe bengong gitu?" tanya Suci sedikit mengagetkanku.
"Ehh, nggak papa kok," jawabku singkat.
"Ya udah, lanjut yuk keburu panas ini," sahut Maya.

Perjalanan pulangpun kembali di lanjutkan. Tapi kok, aku merasa ada yang mengikuti ya? Benar saja, ada seorang cowok bersepeda motor yang tiba-tiba mepet sepedaku. Tapi sepertinya mukanya tak asing.

"Haii, boleh kenal nggak?" sapanya.
"Maaf, kamu siapa ya?" tanyaku.
"Itu lho, tadi yang di pertigaan."
"Oh, iya ada apa ya?"
"Kenalin, aku Tofa," ucapnya.
"Ya, aku Nayla."
"Boleh minta nomor hp-nya?" tanyanya lagi.
"Nggak lah, nggak punya hp"
"Kalau gitu, tak ngikut sampai ke rumah ya."

Hening sesaat, sambil terus mengayuh sepeda kuberpikir. Kalau dia sampai ngikut ke rumah beneran bisa brabe ini. Pasti kena amuk Bokap. Sementara kedua sahabatku masih asyik saja ngobrol. Entah apa yang mereka omongin. Sementara di samping, cowok itu masih saja mengikutiku.

"Ya udah iya tak kasih nomor hp ku."
"Yes, gitu dong dari tadi."
"Daripada kamu nekad ngikut ke rumah?"
"Iya deh, tapi berhenti dulu ya!"

Benar saja, kutepikan sepeda dari jalan, disusul dia berhenti di depanku.
"Catet ya, 085........." kusebutkan nomor hapeku.
Dengan sigap cowok itu mengeluarkan hp dan mencatat nomor hapeku.

Setelah mendapat apa yang dia inginkan, diapun pamit pulang. Ada sedikit rasa kecewa, mengapa bukan cowok berjaket hitam yang mengikutiku? Ya, memang dari sekumpulan pria itu. Pandanganku tertuju pada seorang pria manis berjaket hitam.

Sesampainya di rumah, kubuka benda mungil yang berada di atas kasur kamar. Dan, benar saja ada pesan masuk dari nomor tak dikenal. Setelah kulihat, ternyata dari Tofa. Beberapa obrolan ringanpun terjadi dengannya lewat udara.

Berjalan dua hari, setelah pertemuan tak disengaja itu. Tofa mengirimiku pesan, dan mengajak bertemu besok pagi. Tanpa pikir panjang, aku mengiyakan ajakannya.

Hari ini, kuputuskan untuk menemuinya di alun-alun kota. Tempat yang sudah kita sepakati. Ditemani Gia sahabatku. Kitapun sampai di tempat itu. Lagi enak duduk, tetiba ada yang nyamperin.

"Kamu Nayla kan?", tanyanya.
"Iya, kamu kan ...." jawabku tercekat, saat kudapati sosok laki-laki yang ada di depanku.
"Nay, kok malah bengong?" bisik Gia.
"Iya, aku Abi temen Tofa," sambungnya dengan menyodorkan tangan kanannya.
"Eh, iya ...." jawabku, sambil membalas jabatan tangannya.
"Loh, kok kamu yang datang mana Tofa?"
"Tofa nggak bisa datang, jadi aku yang datang deh."

Dari pertemuan singkat itu, dia bercerita kalau hape yang dipakai Tofa itu hape dia. Ada rasa bahagia seketika menghampiri. Apa ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama? Kita mulai intens berkomunikasi lewat telfon juga sms. Diapun mengajak bertemu setelah 3 hari kita saling sapa lewat dunia maya.

Hari ini kebetulan sekolah libur. Abi mengajak ketemu di sebuah taman kota. Berbeda dengan pertemuan sebelumnya, hari ini kuputuskan untuk menemui Abi sendiri. Tanpa menunggu lama, Abi pun datang. Dia juga sendiri.

"Udah lama nunggu?"
"Enggak ko', baru nyampe juga."
"Duduk di sana yuk," ajaknya sambil menunjuk sebuah bangku.
"Iya deh, ayo," jawabku dengan semangat.
Kami pun berjalan beriringan menuju sebuah bangku taman itu. Jangan tanya perasaanku saat ini! Deg-degan yang tak biasa.

"Ehm, aku mau ngomong serius sama kamu Nay."
"Ya udah, ngomong aja."
"Kamu mau nggak, jadi pacarku?" ucapnya dengan tatapan mata tajamnya.

Netra kita saling tatap, entah seperti ada yang menari-nari di sana.
"Gimana, ko' diem?" tanyanya lagi.
"Eh, iya."
"Iya apa?"
"Iya, mau jadi pacar kamu," jawabku dengan tersipu.

Seketika dunia terasa indah. Bunga bunga cinta bertebaran dimana-mana. Inikah yang dinamakan jatuh cinta? Rasanya memang nano-nano, tak bisa di jelaskan dengan kata.

Hariku kini penuh suka. Pertemuan demi pertemuan kita nikmati dengan penuh cinta. Hingga suatu hari minggu, tak biasa dia mengajakku pergi ke sebuah pantai.

"Kok tumben mainnya jauh Mas?"
"Iya Dek, Mas pengin ngabisin waktu hari ini disini bersamamu."
"Kan besok-besok masih bisa?"
"Mas maunya sekarang," jawabnya sedikit berat.

Entah, aku merasa ada yang disembunyikannya.
Hari ini berlalu begitu cepat, bersamanya semua begitu indah.

Dan benar saja, itu adalah hari terakhir kita bertemu sebelum dia pergi. Saat sedang bahagianya merasakan jatuh cinta, mengenal cinta. Namun, karena keadaan dia meninggalkanku. Di tinggal pas lagi sayang-sayangnya memang sakit, teramat sakit.


By:Manajemen cahaya cinta

Masih teringat jelas moment itu. Saat dimana pertama kali jatuh cinta. Aduhay memang rasanya. Sayang seribu sayang, bahagiaku tak berlangsung lama. Cukup 10 hari kebersamaan itu. Sebelum dia memutuskan pergi merantau ke Negeri orang.

Cukup sekali tatap bisa membuatku jatuh cinta padanya. Namun, untuk melupanya butuh waktu yang sangat panjang. Semua kenang tentangnya masih tertata rapi jauh di relung hati.

Raganya memang telah hilang tujuh purnama lalu, namun namanya masih terukir indah dalam singgasana hati ini. Pesona tentangnya tak lekang oleh waktu. Bukan aku tak ingin lupakannya. Sungguh, aku t'lah berusaha menghapusnya.

Keberuntungan sepertinya belum berpihak padaku. Karena hingga kini, rindu itu masih ada untuknya. Senyumnya masih saja membayangi hari-hariku. Mimpi tentangnya menjadi kebahagiaan tersendiri buatku.

Ini perdana bikin cerpen gaes. Membuat dialog itu berat, seberat rindu Dilan ke Milea. Diriku nggak kuat, biar Dilan aja ya.

Coretan IAf, 17 Maret 2019.

BelajarBersamaBisa

Spoiler for akhir kisah ini:
Diubah oleh idaalfaqieh 07-05-2019 12:15
hvzalfAvatar border
embunsuciAvatar border
RexHTPAvatar border
RexHTP dan 16 lainnya memberi reputasi
15
4.4K
154
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan