Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

YenieSue0101Avatar border
TS
YenieSue0101
Review Cerpen 'Clara' dalam Buku Iblis Tak Pernah Mati


Judul : Clara (dalam buku Iblis Tidak Pernah Mati)
Penulis : Seno Gumira Ajidarma

Baca juga : Menyimak Obrolan Hantu Kekinian

Clara. Adalah judul ke tujuh yang saya baca dari total enam belas judul cerpen yang terangkum dalam buku ini. Sungguh, tidak ada prasangka apa pun saya terhadap judul ini. Pada mulanya.

Kenyataannya, dari ketujuh judul tersebut, Clara justeru yang paling berkesan. Ia menggemparkan, menegangkan, mengharukan, membuat bulu-bulu tubuh meremang. Ini kisah terkeji, tersadis yang membuat saya terus-menerus menahan amarah dari awal sampai akhir. Saya berkali harus berhenti membaca di tengah kalimat hanya untuk menghela napas, menggigil ngeri, terkadang jengkel, bahkan merasa merana. Entahlah. Mungkin saya terlalu menghayati.

Cerpen ini berkisah tentang seorang perempuan etnis Tionghoa bernama Clara, yang menjadi korban rudapaksaan (saya rasa, cerita ini berkiblat pada kerusuhan 98 di Jakarta). Mengambil sudut pandang orang pertama, di mana yang menjadi pencerita adalah seorang oknum polisi. Mungkin. Dilihat dari cuplikan berikut :

"Barangkali aku seorang anjing. Barangkali aku seorang babi--tapi aku memakai seragam. Kau tidak akan pernah tahu siapa diriku yang sebenarnya." Halaman 83.

Tokoh aku menceritakan kejadian yang didengarnya dari tokoh Clara, perempuan yang diselamatkannya setelah dirudapaksa bergilir oleh pemuda-pemuda brutal pembuat kerusuhan. Selanjutnya dia memaparkan kembali penuturan Clara, berikut dialog-dialognya.

"Saya ambil HP saya, dan mendengar pesan papa : 'Kalau kamu dengar pesan ini, mudah-mudahan kamu sudah sampai di Hong Kong, Sydney, atau paling tidak Singapura. Tabahkanlah hatimu, Clara. Kedua adikmu, Monica dan Sinta, telah dilempar ke dalam api setelah dirudapaksa. Mama juga dirudapaksa, lantas bunuh diri, melompat dari lantai empat. Barangkali Papa akan menyusul juga ..." halaman 93.

Membaca ini membuat saya menangis. Bagaimana mungkin papanya mengharap Clara selamat sampai luar negeri sementara gadis berambut merah itu dicegat di jalanan, dikeroyok dua puluh lima pemuda brutal dan dirudapaksa beramai-ramai. Nelangsa!

Pada akhirnya kemarahan saya semakin meledak-ledak karena tokoh aku, si pencerita yang merupakan oknum berseragam yang menemukan dan menginterogasi korban, tak benar-benar menyelamatkannya. Seperti pada kutipan di atas, tokoh aku menyebut dirinya anjing, babi. Memang benar, perbuatan dia selanjutnya telah menjadikannya binatang!

"Kulihat dia melangkah ke sana. Dalam cahaya lampu, lekuk tubuhnya tampak menerawang. Dia sungguh-sungguh cantik dan menarik, meskipun rambutnya dicat warna merah. Rasanya aku juga ingin merudapaksanya ...." halaman 95.

Cerpen bernuansa brutal ini sukses mengaduk-aduk perasaan saya sebagai pembaca. Penulis seperti ingin memaparkan bahwa kejahatan tidak hanya dilakukan oleh 'orang jahat', tetapi seorang pelindung atau penegak hukum pun bisa melakukannya. Penulis berhasil menggambarkan Indonesia seperti Indonesia yang semestinya.

Terima kasih untuk Seno Gumira Ajidarma telah menyuguhkan kisah ini. Lagi-lagi karyanya membuat saya terpukau. Tidak salah saya menjadi penggemar tulisan-tulisan beliau.

Nantikan review selanjutnya. 😊😊
Diubah oleh YenieSue0101 06-03-2019 14:32
3
2.6K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan