Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cendolpaitAvatar border
TS
cendolpait
Vaksin MR dan Ancaman Penyakit Bak Kutukan

Sejumlah pelajar berpose, memperlihatkan lengannya usai mendapatkan Imunisasi Campak di sekolah dasar negeri 03 Karanganyar, Sukoharjo, Jawa Tengah, 3 Agustus 2017. Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan secara serentak melakukan Kampanye dan pemberian imunisasi MR kepada anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun sebagai komitmen global untuk membasmi virus campak rubella yang bisa memicu kecacatan dan kematian pada anak. Tempo/Bram Selo Agung
MENU
HOME

NASIONAL

KESRA
Vaksin MR dan Ancaman Penyakit Bak Kutukan
Reporter: Friski Riana
Editor: Juli Hantoro
22 September 2018 09:06 WIB
6410

Sejumlah pelajar berpose, memperlihatkan lengannya usai mendapatkan Imunisasi Campak di sekolah dasar negeri 03 Karanganyar, Sukoharjo, Jawa Tengah, 3 Agustus 2017. Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan secara serentak melakukan Kampanye dan pemberian imunisasi MR kepada anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun sebagai komitmen global untuk membasmi virus campak rubella yang bisa memicu kecacatan dan kematian pada anak. Tempo/Bram Selo Agung

TEMPO.CO, Jakarta - Rendahnya angka pencapaian pemberian vaksin MR (Measles Rubella) di Indonesia membuat Nursiah, 47 tahun angkat bicara. Putri keduanya menjadi contoh bagaimana jahatnya virus campak dan rubella jika menyerang manusia.

Ia pun membawa sang anak ke berbagai forum. Saat hadir di diskusi tentang dampak campak dan rubella, Selasa 18 September lalu, Syakilla Soraya, 8 tahun, terlihat kurus. Tak seperti anak seusianya, Syakilla juga tak bisa berbicara. Ia juga tak bisa mendengar, matanya menderita katarak.
Nursiah berkisah, saat hamil Syakilla ia menderita demam dan campak dan rubella


"Saya terkena rubella saat usia kandungan dua bulan. Saya awalnya tidak tahu itu rubella. Yang saya tahu campak karena keluhan merah-merah di kulit," kata Nursiah dalam diskusi Forum Merdeka Barat, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Selasa, 18 September 2018.

Betapa hancur hati perempuan 47 tahun itu saat putri keduanya itu lahir dengan keadaan tidak bisa mendengar, memiliki katarak pada mata, dan kelainan jantung.
MENU

HOME

NASIONAL

KESRA
Vaksin MR dan Ancaman Penyakit Bak Kutukan
Reporter: Friski Riana
Editor: Juli Hantoro
22 September 2018 09:06 WIB
6410

Sejumlah pelajar berpose, memperlihatkan lengannya usai mendapatkan Imunisasi Campak di sekolah dasar negeri 03 Karanganyar, Sukoharjo, Jawa Tengah, 3 Agustus 2017. Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan secara serentak melakukan Kampanye dan pemberian imunisasi MR kepada anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun sebagai komitmen global untuk membasmi virus campak rubella yang bisa memicu kecacatan dan kematian pada anak. Tempo/Bram Selo Agung

TEMPO.CO, Jakarta - Rendahnya angka pencapaian pemberian vaksin MR (Measles Rubella) di Indonesia membuat Nursiah, 47 tahun angkat bicara. Putri keduanya menjadi contoh bagaimana jahatnya virus campak dan rubella jika menyerang manusia.


Ia pun membawa sang anak ke berbagai forum. Saat hadir di diskusi tentang dampak campak dan rubella, Selasa 18 September lalu, Syakilla Soraya, 8 tahun, terlihat kurus. Tak seperti anak seusianya, Syakilla juga tak bisa berbicara. Ia juga tak bisa mendengar, matanya menderita katarak.

Baca juga: Menkes Nila Moeloek: Aceh Daerah Terendah Capaian Vaksin MR

Nursiah berkisah, saat hamil Syakilla ia menderita demam dan campak dan rubella.


"Saya terkena rubella saat usia kandungan dua bulan. Saya awalnya tidak tahu itu rubella. Yang saya tahu campak karena keluhan merah-merah di kulit," kata Nursiah dalam diskusi Forum Merdeka Barat, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Selasa, 18 September 2018.

Betapa hancur hati perempuan 47 tahun itu saat putri keduanya itu lahir dengan keadaan tidak bisa mendengar, memiliki katarak pada mata, dan kelainan jantung.

Nursiah, warga Aceh, di Kementerian Komunikasi dan Informatika, 19 September 2018. Nursiah memiliki seorang anak penderita rubella. Tempo / Friski Riana

Bahkan, kata Nursiah, tetangganya menyebut Syakilla terkena kutukan. "Masyarakat tidak tahu rubella seperti apa. Saya juga awalnya tidak tahu. Setelah tes rubella, ternyata positif. Saya baru tahu," katanya.

Nursiah memilih tak menyerah pada keadaan. Selama 8 tahun ia bersama Syakilla mengikuti berbagai terapi. Anaknya pun menjalani operasi di sejumlah rumah sakit.

"Operasi jantung sudah, mata sudah, ya sekarang tinggal terapi. Kemungkinan sembuhnya kecil," kata dia getir.

Rubella yang merenggut masa depan putrinya itu berawal saat ia tinggal di Desa Blang Pulo, Banda Aceh. Saat itu ada seorang anak tetangganya yang terkena campak. Meski ia sudah imunisasi, tapi tetap tertular karena sudah mewabah di sana.

Nursiah tak ingin anak dan ibu yang lain mengalami apa yang ia hadapi saat ini. Sebab itu dia menyayangkan sikap pemerintah Aceh yang menunda pemberian vaksin MR (Measles Rubella) untuk anak-anak. "Apa mau anak-anak Aceh seperti anak saya Syakilla?" kata dia.

Sebelumnya, Pelaksana tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah menginstruksikan penundaan pelaksanaan pemberian vaksin MR untuk menunggu stempel halal. "Kami sudah menginstruksikan kepada Dinas Kesehatan untuk teruskan kepada kabupaten/kota agar menunda pelaksanaan imunisasi rubela," kata Nova Iriansyah di Banda Aceh, Selasa, 7 Agustus 2018 lalu.

Baca juga: MUI: Vaksin MR Haram, tapi Boleh Digunakan

Namun Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh mengeluarkan pernyataan bahwa vaksin MR bisa diberikan dalam kondisi darurat.

"Terkait vaksin rubella, kita sepakat vaksin itu haram karena mengandung babi. Namun dalam kondisi terpaksa penggunaan vaksin ini diperbolehkan," ujarnya setelah mengikuti rapat konsultasi terkait dengan vaksin MR di Aula Meuligoe Wakil Gubernur Aceh, Rabu, 19 September 2018.

Aceh merupakan provinsi dengan capaian terendah penggunaan vaksin MR. "Capaian untuk vaksinasi MR di Aceh masih sangat rendah, baru sekitar 7 persen dari data terakhir yang saya terima," kata Menteri Kesehatan Nila F Moeloek di Yogyakarta, 14 September 2018.

Kini Aceh mulai membolehkan vaksin MR diberikan. Hanya saja pemerintah mewanti-wanti agar tidak ada pemaksaan bagi orang tua yang menolak anaknya diberi imunisasi MR.

Dampak Luar Biasa Rubella

Menteri Nila F Moeloek mengungkapkan bahwa dampak luar biasa yang bisa terjadi pada anak penderita rubella adalah kecacatan. "Mata anak lahir katarak, tidak bisa melihat, tuli, radang otak, jantung. Mereka hidup, tapi dengan kecacatan," kata Nila.

Menurut dia, sudah cukup banyak negara yang berhasil mengatasi campak rubella. Sedangkan Indonesia belum bebas dari campak rubella karena jumlah kasusnya sangat banyak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.


semoga semua pihak sadar bahwa itu semua itu bukan kutukan/:mewek/
0
1.4K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan