Salah satu cara tim utama EA memoles tampilan FIFA 19 adalah dengan bekerja keras dengan engine Frostbite.

Frostbite adalah engine yang dikembangkan tim EA DICE (sekarang dipegang oleh Frostbite Labs). engine ini yang mengendalikan seluruh permainan di FIFA. Pada 2017, fifa pindah dari engine lama mereka (Ignite) ke frostbite engine untuk game terbaru mereka saat itu FIFA 18, awalnya untuk mengadopsi sistem yang mampu menerjemahkan grafis seperti pencahayaan dan cuaca.

“The ultimate aim has always been to have two TVs next to each other where one is playing a real game and one is playing FIFA and you can’t tell the difference," Samuel Rivera (gameplay producer).

“In this second year, the gamers will really start to see the power of the engine. The first year was reasonably challenging but now we’ve really been able to improve on it,”  Matthew Prior (creative director).

Rivera adds: “Through a process called dual shading, we’ve been able to take this game to the next level of visuals.


"The players look alive, the stadiums look alive and closer to the real life stadiums. This second year we’ve had time to polish things - and we’ve had a lot of engineers spending time on checking and fine-tuning the running of the game.”

Itu berarti bahwa orang banyak sekarang berperilaku dengan cara yang berbeda dan stadion diterangi berbeda tergantung pada keberadaan mereka secara geografis. Orang-orang di Amerika Latin dimandikan sinar matahari yang hampir mencuci warna-warna sementara alasan Eropa sedikit murkier dengan perasaan atmosfer yang lebih berat.

Tentu saja, itu semua menjadi bagian dari latar belakang saat para pemain sedang bertarung di lapangan, tetapi itu tetap merupakan sentuhan yang bagus.