Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kekereyeupAvatar border
TS
kekereyeup
Cangkir & Kopi
Cangkir yang berguna adalah cangkir yang belum terisi

Senja di awal oktober, aku dan kamu dalam satu ruangan, saling duduk berjauhan. Kamu ingat? Kita pernah dekat, kita pernah hangat, kita pernah menjadi kita setahun lalu. Kini kita seperti dua orang asing yang secara random bertemu di sebuah ruang tunggu. Basa-basi-bisu, canggung, kita linglung. Lalu kulihat sebuah buku yang cukup menarik, buku dengan cover tebal berwarna hitam terlihat diantara tumpukan buku-buku filsafat, buku ilmu komunikasi dan juga novel-novel dewi dee lestari. “mantra...”


Dalam buku hitam itu, ada sebuah kutipan sederhana namun buatku sangat manis, sangat filosofis. “cangkir yang berguna adalah cangkir yang belum terisi” Ah, ibarat hati saja gumamku. “hei yas, coba baca deh kutipan ini” ucapku mencairkan suasana, kamu pun menoleh dan membaca kutipan tersebut “cangkir yang berguna adalah cangkir yang belum terisi. Maksudnya?” aku pun berdecak “ckck, gimana sih katanya kamu suka filsafat. Ini filosofinya dalem banget” kamu terlihat kebingungan lalu memintaku menjelaskan. 
“ehm... secara garis besar, ini berhubungan dengan situasi kita. Ayolah, masa ngga ngerti” aku sedikit merengek, “cangkir yang berguna adalah cangkir yang belum terisi. Lalu bagaimana jika dalam cangkir tersebut masih berisi setengah? Apa yang bakalan kamu lakuin? bakal kamu buang atau tetap kamu minum?” tanyaku padamu.  “hmm... aku minum lagi, kalau itu minuman sisa aku” jawabmu. “bagaimana kalau itu minuman sisa orang lain sedangkan kamu mau isi cangkir itu dengan minuman punya kamu?” tanyaku lagi. “ya aku buang dulu lah isinya” jawabmu mantap. “udah gitu apalagi?” tanyaku lagi dan lagi. “cangkirnya aku isi minuman punya aku” kamu menjawab dengan agak malas, mungkin kamu menganggap obrolan kita tentang cangkir hanya sebagian dari celotehan absurd-ku. Hey tuan koleris! Kau salah, ini adalah obrolan berat khusus para penggila filosofi.

Kita terdiam kembali selama dua menit. Dua menit paling panjang dalam sejarah. “emmmh... kalo misal sisa minuman di cangkir itu adalah minuman yang berwarna, dan setelah kamu buang isinya, tapi masih ada sedikit sisa warna di cangkir itu gimana?” tanyaku membuka obrolan yang sempat terhenti 120 detik. “apasih ke? Kok obrolan kita ngga nyambung gini? Kita disini, aku dan kamu, khususnya aku, mau bicara tentang kita. Kenapa jadi tentang cangkir? Absurd banget” kamu terlihat kesal. “ini... ada hubungannya dengan kita yas” aku memalingkan wajah. “jelasin!” jawabmu ketus.

“Anggap aku, hati aku, sebagai sebuah cangkir, cangkir yang pernah di isi oleh minuman punya kamu, Cuma air. Anggap itu adalah perasaan kamu sama aku dulu, hati aku terisi tapi hambar. Lalu, cangkir yang kamu isi air, tiba-tiba tumpah, kesenggol gitu, cangkirnya aga retak tapi masih bisa di pakai. Anggap aja itu pas kita putus, aku patah hati. Hehe. Lalu ada orang lain yang mengisi cangkir itu, dengan minuman lain yang lebih berwarna, masih tersisa setengah, tapi udah ngga di minum lagi, udah keburu basi. Anggap aja itu, pas momen dimana hati aku keisi sama seseorang yang ngasih perasaan lebih sama aku, perasaan yang sedikit lebih berwarna, tapi endingnya dia pamit pergi. Lalu. Tiba-tiba kamu datang lagi, liat cangkir yang masih ada sisa minuman milik orang lain, dan kamu mau isi cangkir itu sama minuman kamu. Terus kamu buang isinya, tapi walau udah kamu buang isinya, masih ada sisa-sisa warna minuman di cangkir itu, anggap aja itu pas kamu coba deketin aku lagi, dan aku masih ada sedikit perasaan sama orang terdahulu. Dan kalau kamu isi cangkir itu Cuma dengan air bening lagi, kamu tau apa? Minuman di cangkir itu bakalan keruh. Kecampur antara air bening sama sisa minuman berwarna. Yang artinya, kalo kamu datang lagi, minta balikan sama aku, tapi kamu ngasih perasaan yang hambar lagi ke aku. Hati aku ngga bisa nerima kamu seutuhnya, aku bakalan masih inget sama orang terdahulu yang ngasih perasaan lebih dari kamu ke aku . dan hubungan kita ngga bakalan berjalan dengan baik. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, minuman apa yang bakal kamu isi di cangkir biar si warna sisa itu hilang ga keliatan, ga berbekas?”


Dan kamu pun berkata dengan nada sedikit tinggi “astagaaaa, kok berbelit-belit banget ke. Filosofinya keren sih, tapi...” lalu aku memotong ucapan kamu “ngga ada tapi-tapi. Jawab dulu. Kamu mau isi sama apa?” “minuman yang lebih pekat lah, yang bisa samarin sisa warna minuman sebelumnya, atau bahkan hilangin warna sisa itu sampe ngga berbekas” jawabmu yakin. “minuman apa?” aku penasaran. “kopi hitam tanpa gula, kesukaan kamu” jawabmu singkat tanpa bertele-tele. Jawaban singkat yang membuatku yakin walau mungkin tidak sepenuhnya.
“Kita itu apasih?” tanyamu. Aku tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan itu. Padahal dulu, aku menjawab pertanyaan dengan mudahnya -kau adalah jawaban atas semua pertanyaan- tapi, untuk kata kita saat ini, aku bingung. konyol memang, Waktu berjalan begitu cepat, aku dan kamu berubah dengan hebat. “beri aku sebuah makna yas, makna aku buat kamu, makna kita buat kamu, biar aku bisa jawab pertanyaan kamu” ucapku. “air mengalir seperti air” jawabmu lirih. “ah apaan itumah kutipan di buku ini, ga asik banget sih” aku mendumel sambil menunjuk buku hitam dengan cover seorang mentalis terkenal. “ya itulah, perasaan aku mengalir dengan jujur” kamu tersenyum. “Maknanya itu? Ah berarti perasaan kamu sekarang cuma terbawa suasana, terbawa arus air” lalu kamu pun menatap aku dengan pandangan aneh “gak gitu ke. Kamu orangnya cepat menyimpulkan ya. Skip aja dulu, mau kopi? Aku bikinin” akupun mengangguk dan tersenyum, mirip kucing genit yang mengemis ikan tuna pada tuannya.

Senja, gerimis, kopi, dan juga kamu tentunya. Kita merekam sebuah kenang yang sederhana tapi aku pastikan akan sulit kita lupa. “kopi itu Magic ya...” celotehku, “Kopi magic di kedai sunny side? Hey non, kamu sedang menyeruput kopi buatan mas yaser yang terkenal seantero Kosan, jangan bawa-bawa kopi kedai lain. Mas tersinggung” ucapnya ketus, lalu kita tertawa bersama. “bukan, maksudku. Kopi itu magic, ajaib! Kopi bisa menghangatkan kembali dua orang yang sudah lama menjadi dingin” ucapku. “maksudnya kita?” tanyamu, aku pun hanya tersenyum menyiratkan sebuah jawaban ya. “kamu tau? Aku ini setia seperti kopi. Hehe” “maksudnya?” tanyamu heran. “seperti setianya kopi yang ditinggal lama, dia masih saja memberikan rasa yang sama walau sudah menjadi dingin” ucapku lirih, “kamu emang apa-apa di filosofiin, apa apa di puitisin. Dasar melankolis” ucapmu, lalu mengacak-ngacak rambutku gemas.

“kita bikin usaha bareng yuk? Kedai kopi. Aku yang jadi barista kamu yang manager kedai nya” katamu, penuh semangat. “haha kayak di filosofi kopi gitu? Kamu jadi ben dan aku jadi jody? modal dari mana buat bikin kedai kopi? Ah mimpi” aku menggerutu. “semua berawal dari mimpi ke” ucapmu penuh yakin “kalo gitu, mending kamu banyakin tidur sana” akupun tertawa. “ya ampun ini cewe, kita rintis dari awal lah, kopi gerobak gitu. Nanti aku yang cari modal, kamu yang kelola. Gimana?” lalu aku menimpali “belajar dulu cara nyeduh kopi yang bener deh, yang enak”. “lah yang kamu minum sekarang emang gak enak?” “biasa aja...” timpalku “biasa aja tapi habis?” kau terlihat heran lalu kitapun tertawa bersama, lagi. Dan hari-hari kita selanjutnya tidak jauh dari kopi dan tawa. Ini adalah bahagia, kurasa.
Diubah oleh kekereyeup 01-09-2018 16:46
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan