jonioktoraAvatar border
TS
jonioktora
Ada Unsur "ZEN" Dalam Seni Menyemimbangkan Batu
Gambar Ilustrasi, sumber google.

Batu yang semula berserakan di sungai mulai ia tumpuk membentuk menara. Rahmat Apandi (30) sempat membuat geger warganet setelah aksinya membuat batu bersusun di Sungai Cidahu, Kampung Pasirdoton, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Sukabumi viral di media sosial pada awal Februari lalu.

Orang-orang yang terkejut menyangka itu adalah fenomena supernatural. Batu yang sejatinya merupakan karya seni itu lantas dihancurkan karena masyarakat resah.

Padahal jika mau belajar, tanpa perlu meditasi atau memakai jalur supernatural sekali pun, masyarakat pedesaan biasa juga bisa melakukannya. Tumpukan batu yang menjulang sempurna itu adalah hasil dari seni keseimbangan batu atau sering di sebut rock balance yang dapat dilakukan oleh semua manusia.

Ada sebuah unsur yang digunakan dalam penyusunan bebatuan, yaitu zen. Namanya memang sedikit asing di telinga masyarakat awam, tapi begitu populer di kalangan mereka yang aktif bermeditasi atau beryoga.

Zen adalah sebuah keadaan ketika manusia terbebas dari gangguan. Saat itu, manusia sedang berada dalam kondisi tenang. Hal itu terjadi karena manusia melepaskan tekanan yang terjadi di sekitarnya.

Zen merupakan kata dalam bahasa Jepang yang menjadi salah satu aliran Budha Mahayana. Bermula dari China, Zen diperkenalkan di Jepang pada abad ke-12. Selanjutnya zen memiliki sebuah pengaruh kultural yang begitu besar di masyarakat Jepang. Zen menjadi hal perlu diketahui bila seseorang ingin mengenal Rock Balancing lebih dalam.

Manusia hanya fokus pada satu hal sehingga bisa merasakan kedamaian. Ketika kedamaian itu dirasa, maka manusia akan mengirimkan energi positif.

Seperti halnya meditasi, selama menyusun batu pikiran manusia haruslah fokus dan tenang. Manusia harus mengosongkan pikiran supaya batu tersebut bisa tersusun sempurna. Manusia akan fokus mencari cara bagaimana batu tersebut tidak runtuh dalam sekejap.

Selain itu, zen juga memiliki sebuah filofosi tentang impermanence (ketidakkekalan), yaitu dunia ini adalah fana. Meskipun manusia sadar batu-batu tersebut nantinya juga akan jatuh, fokus masihlah menjadi kewajiban. Saat menyusun batu manusia diingatkan, tidak ada yang abadi dan menyusun batu hanyalah niatan untuk meninggalkan jejak.

Ketika manusia menyusun batu dan dalam keadaan zen, ia akan menjadi satu dengan alam. Ia menjadi tahu batu mana saja yang cocok ditumpuk. Oleh karena itu, bukan menjadi hal yang mengherankan bila banyak batu dapat disusun menjulang dengan indah meskipun berbeda ukuran, massa, dan bentuk
Diubah oleh jonioktora 10-04-2018 08:09
0
2.8K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan