Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

l4d13putAvatar border
TS
l4d13put
Makam Dipa Nusantara Aidit Yang Sebenarnya
Makam Dipa Nusantara Aidit Yang Sebenarnya


Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, ketua Comite Central PKI ini dieksekusi mati pada tanggal 23 November 1965, 2 bulan pasca operasi G30S. DN Aidit berhasil ditangkap di tempat persembunyiannya pada tanggal 23 November pukul 2 dini hari di rumah Kasim alias Harjomartono di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah (Tidak jauh dari Stadion Manahan kota Solo).

Jika dinalar, sangat mustahil sekali mengeksekusi mati DN Aidit di kota Boyolali atau kabupaten Boyolali, mengingat daerah tersebut adalah basis PKI yang sangat kuat. Apalagi selisih waktu penangkapan dan peristiwa G30S hanya terpaut 3 bulan, tentu saja PKI masih sangat kuat. Apalagi jarak kota Solo ke kota Boyolali adalah sekitar 30 km. Dengan kondisi jalan pada saat itu yang masih jelek dan sempit, tentu rawan disergap musuh.

Banyak gosip yang mengatakan D.N. Aidit dieksekusi dan dimakamkan di kota Boyolali, di bekas markas Batalyon Infanteri 444. Ini jelas ngawur banget, markas Batalyon 444 itu bukan di kota Boyolali, tapi di daerah Kleco, kota Solo. Meskipun demikian, dulu saat Batalyon 444 masih bernama Batalyon Sudigdo, Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan agar Batalyon Sudigdo dipindahkan dari Wonogiri ke Cepogo, di lereng gunung Merbabu (sekitar 15 km arah barat dari kota Boyolali).

Letkol Untung Syamsuri saat perang kemerdekaan pernah menjadi anggota Batalyon Sudigdo (masih berpangkat Sersan Mayor). Dan sebelum menjadi Komandan Yonif 454/Banteng Raiders, Letklol Untung juga pernah menjadi Komandan Kompi di Batalyon 444..

Jadi jika memang D.N Aidit dimakamkan di sumur yang berada pada markas Batalyon 444, maka ada 2 lokasi yang diduga menjadi makam D.N Aidit:

1. Di bekas markas Batalyon Sudigdo yang berada di daerah kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali.

Saya pribadi sangat meragukan isu-isu yang mengatakan D.N. Aidit dieksekusi di daerah kota Boyolali, 'kota dan kabupaten Merah'. Nah, apalagi kalo lokasinya di daerah Cepogo, kabupaten Boyolali dimana di daerah itu adalah basis PKI yang sangat kuat. 

Bahkan 15 tahun sebelum G30S, daerah Cepogo merupakan basis pemberontak MMC (Merapi-Merbabu Complex) yang juga berideologi komunis dan merupakan kelompok pemberontak yang diorganisir Batalyon Sudigdo. 

Ketika September 1948 meletus Peristiwa Madiun, Gubernur Militer Kolonel Gatot Soebroto memperoleh informasi, batalyon Sudigdo disusupi komunis, ”Pak Gatot memerintahkan Letnan Kolonel Slamet Rijadi, Komandan Brigade V, untuk membersihkan anggota Batalyon Sudigdo yang terlibat pemberontakan PKI di Madiun.”

Letkol Slamet Rijadi menggeser Mayor Soedigdo ke Cepogo, lereng Gunung Merbabu.  Di lereng gunung Merapi-Merbabu inilah, Mayor Sudigdo membentuk MMC (Merapi-Merbabu Complex) .

2. Di bekas markas Batalyon 444 yang berada di daerah Kleco, kota Solo.

Menurut saya di sinilah lokasi dimana D.N Aidit dieksekusi dan dikubur di sumur. Meskipun masih ragu karena batalyon ini pro-PKI, tapi ini tempat yang masuk akal. Pada saat D.N. Aidit dieksekusi, markas Batalyon 444 (sudah berganti nama menjadi Batalyon K) sedang kosong karena Batalyon K sedang ditugaskan di Kalimantan Selatan. Batalyon K mengamankan wilayah Kalimantan Selatan dalam operasi yang dikenal dengan nama Operasi Dwikora yang mencakup tugas teritorial.

Daerak Kleco ini berada tidak jauh dari Jl. Brigjen Slamet Riyadi, kota Solo. Di bagian barat kota Solo. Daerah ini adalah tempat yang masuk akal untuk melakukan eksekusi karena berada tak jauh dari lokasi penangkapan serta terletak di pinggir kota Solo

Kronologi Penangkapan DN Aidit

Tanggal 22 November 1965, Dipa Nusantara Aidit ditangkap di tempat persembunyiannya di rumah Kasim alias Harjomartono di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah. Usai pelarian panjang pasca peristiwa 30 September 1965, aparat militer akhirnya menangkap pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) ini.

Pada hari penangkapannya itu, Aidit sempat menikmati kopi dan rokok. Bahkan, saat akan dibawa, Aidit sempat meminta rokok.

"Boleh ya rokok ini saya bawa," kata Aidit.

Lalu, seorang tentara yang menangkapnya menjawab.

"Bawa saja rokok itu. Nanti buat rokok-an bersama Gatot Subroto," katanya menyiratkan bahwa Aidit akan segera menyusul Jenderal Gatot Subroto yang telah meninggal pada tahun 1962.

Pasca penangkapan, Aidit dibawa ke Loji Gandrung. Di sana, seorang tentara berpangkat mayor sempat mencoba mengambil alih penangkapan Aidit. Namun, upaya itu ditolak oleh Komandan Brigade 4 Infanteri Kolonel Yasir Hadibroto.

Sesuai dengan perintah Jenderal Soeharto, Yasir kemudian memerintahkan anak buahnya, Mayor ST untuk mencari sumur tua tak berair. Di sumur kering itulah kelak hidup Aidit berakhir di hadapan regu tembak.

Saat akan dieksekusi, Aidit sempat mengingatkan para aparat militer bahwa dirinya adalah seorang Menko dalam Kabinet Dwikora.

"Tahu kamu artinya apa seorang Menko? Seorang Wakil Ketua MPR Sementara kemari? Apa ini sumur? Untuk apa?" katanya kepada Kolonel Yasir Hadibroto. Namun gertakan Aidit kali ini tidak berpengaruh.

Pertanyaan Aidit itu kemudian dijawab oleh Yasir.

"Saya mengerti pak, dan kalau bapak mau tahu sumur ini untuk apa? Ini buat bapak. Bapak tahu bukan kalau Pak Yani juga dimasukan sumur seperti ini?" kata Kolonel Yasir Hadibroto, kepada Aidit.

Sadar ajal semakin mendekat, Aidit kemudian meminta waktu untuk berpidato.

"Jangan tergesa-gesa, saya mau pidato dulu," kata Aidit.

Diakhir pidatonya, Aidit lalu berteriak "Hidup PKI!"

Seruan itu menjadi seruan Aidit yang terakhir, sebab sejurus kemudian, peluru langsung menyusup ke balik daging-dagingnya.

Setelah roboh dihantam timah panas, jasad Aidit kemudian dimasukkan ke sumur tua, persis seperti nasib pahwalan revolusi yang gugur dimasukkan ke sumur Lubang Buaya.

Di atas jasad Aidit, para tentara menimbun sejumlah batang pisang, kayu-kayu kering, tanah, lalu membakarnya untuk menghilangkan jejak Aidit.

Jumlah tentara yang terlibat dalam eksekusi mati DN Aidit adalah empat orang, ditambah dua kopral pengemudi Jeep. Ketika detik-detik eksekusi, tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa Aidit ditembak mati, termasuk tentara Brigade.

Tempat-tempat lainnya yang diduga menjadi makam D.N Aidit

1. Lodji Gandrung

Pasca penangkapan, Aidit dibawa ke Loji Gandrung yang berada di Jalan Slamet Riyadi juga. Di sana, seorang tentara berpangkat mayor sempat mencoba mengambil alih penangkapan Aidit. Namun, upaya itu ditolak oleh Komandan Brigade Kolonel Yasir Hadibroto.

Sesuai dengan perintah Jenderal Soeharto, Yasir kemudian memerintahkan anak buahnya, Mayor ST untuk mencari sumur tua tak berair. Di sumur kering itulah kelak hidup Aidit berakhir di hadapan regu tembak.

Orang mengenalnya dengan nama Lodji Gandrung. Awalnya, Rumah Dinas Walikota Solo ini adalah rumah pribadi seorang pengusaha perkebunan asal Belanda, Johanes Agustinus Dezentje (1797-1839). Ia menikahi seorang wanita pribumi Raden Ayu Cokrokusumo, salah seorang kerabat Raja Susuhunan Paku Buwono IV.

Nama Lodji Gandrung yang disematkan pada bangunan ini karena awalnya sering digunakan untuk pesta dansa berpasangan diiringi musik layaknya pasangan yang sedang gandrung-gegandrungan (baca : jatuh cinta). Pada masa-masa setelah kemerdekaan, bagunan ini digunakan sebagai Markas Militer Brigade V Slamet Riyadi. Tak hanya itu, Lodji yang terletak di jantung Kota Solo ini juga menjadi saksi saat Jendral Gatot Soebroto melakukan perundingan guna menyusun taktik untuk menyerang Belanda yang membonceng NICA pada 1948-1949 untuk merebut kembali daerah kekuasaannya. Untuk mengenang jasa Jenderal Gatot Subroto, tepat di halaman depan Lodjie Gandrung masih terpasang patung Jenderal Gatot Subroto. Satu kamar khusus Lodjie Gandrung diberi nama Kamar Sukarno, untuk mengenang Presiden Sukarno saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Solo pada tahun 1961. Tapi sayang, ruangan ini tak diperbolehkan untuk mengambil gambar.

2. nDalem Doyoatmojo

nDalem Doyoatmojo dulunya pernah dihuni oleh seorang penguasa Jepang di Solo semasa penjajahan Jepang, Funa Biki. Setelah itu berpindah kepemilikan ke seorang Tionghoa Kwik Tjie Gwan, sampai akhirnya beralih kepemilikan lantaran dibeli oleh konglomerat Solo, Setiawan Djodi.

Bangunan ini adalah bekas kantor Kodim. Pada saat berpindah tangan ke Setiawan Djodi, Kantor Kodim Surakarta menempati kantor yang baru di daerah Kerten Solo. Sekitar tahun 2004, gedung ini kembali diambil alih kepemilikannya oleh Nur Harjanto Doyoatmojo dan dikembalikan ke bentuk aslinya. Hingga saat ini resmi menjadi kediaman pribadinya yang diberi nama nDalem Doyoatmojo. Bangunan megah ini terdiri dari dua lantai, dengan pilar-pilar yang kokoh, khas bangunan kolonial. Balkon dan halamannya yang luas cukup teduh dengan rimbunan pepohonan yang tinggi.

3. SMPN 15 Surakarta
Bangunan yang berada tak jauh dari Bekas Kodim ini berada tepat diseberang jalan depan Stadion R.Maladi, masih di jalan Slamet Riyadi juga. SMPN 15 Surakarta yang ternyata dulunya merupakan sebuah nDalem bernama Purwonegaran. Menurut penjaga sekolah, Pak Samino, sebelum menjadi SMPN 15 Surakarta, sekolahan ini pernah digunakan untuk ST atau sekolah teknik. Bagian nDalem yang saat ini menjadi kantor guru tersebut masih menunjukkan sisa-sisa arsitektur rumah jawa yang terdiri dari pendhopo, paringgitan, dan nDalem.

Tepat disamping bangunan ini terdapat lorong-lorong yang menghubungkannya dengan halaman belakang. Uniknya, kawasan sekolahan ini masih terdapat penyulingan air jaman dulu berupa batu. Total ada 4 sumur tua yang berada di kawasan ini. 4 sumur inilah yang sekarang masih dimanfaatkan oleh pihak sekolah untuk memenuhi kebutuhan air sekolahan. Tapi satu diantaranya sudah ditutup.Tak banyak data mengenai siapa Pangeran Purwonegoro ini. Hanya identitas Kampung Purwonegaran lah yang menjadi penanda bahwa kawasan ini dulunya menjadi kediaman resmi Pangeran Purwonegoro.

Apakah 1 sumur yang ditutup ini makam D.N Aidit?


Bersambungg....... (lanjut nanti malem ya)

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/D.N._Aidit
https://news.okezone.com/read/2017/0...gga-teriak-pki
https://id.wikipedia.org/wiki/Brigade_Infanteri_6
https://id.wikipedia.org/wiki/Bataly..._Infanteri_411
http://serikatnews.com/letkol-untung...tiwa-g30s-pki/
https://id.wikipedia.org/wiki/Untung_Syamsuri



Diubah oleh l4d13put 03-04-2018 16:49
0
8.9K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan