theonetaAvatar border
TS
theoneta
19 Film Indonesia yang Diajukan Untuk Seleksi Nominasi Penghargaan Oscar









Academy Awardsmemberi kesempatan untuk film dari negara lain agar hadir sebagai nominator Film Berbahasa Asing Terbaik. Academy Awards (Oscar) tahun ini saja dihadiri 92 negara partisipan yang mengajukan film terbaiknya, perlahan-lahan daftar film tersebut mulai tersisih satu per satu sehingga bisa dipastikan hanya menyisakan 5 film yang layak untuk masuk nominasi Oscar. Film Indonesia sendiri tentu saja dipilih oleh Persatuan Produser Film Indonesia untuk mendapat kesempatan lolos seleksi sebagai nominator Oscar untuk Kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Sejak tahun 1987, Film Indonesia sudah mulai diajukan untuk bisa berpartisipasi dalam proses seleksi nominasi Oscar pada tahun 1987. Tercatat dari tahun 1987 hingga tahun 2017, sudah19 film yang diajukan untuk masuk dalam proses seleksi nominasi Oscar. Berikut ini adalah daftar dari film Indonesia yang diajukan untuk masuk kategori nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik untuk Penghargaan Oscar.








1. Naga Bonar - 1987



Film Naga Bonar merupakan film pertama yang diajukan untuk masuk dalam proses seleksi nominasi penghargaan Oscar. Film yang diarahkan oleh Sutradara M.T. Risyaf ini menceritakan seorang pencopet yang mendapat peluang menyebut dirinya "Jenderal" saat ikut dalam pasukan kemerdekaan Indonesia di Sumatera Utara.

Pada awalnya Naga bonar yang diperankan oleh Paman Dedi Mizwar ini hanya sekedar untuk mendapat kemewahan hidup sebagai seorang Jenderal. Namun, akhirnya Naga Bonar justru menjadi tentara pejuang sungguhan dan memimpin Indonesia dalam peperangan bersama pasukannya. Artis lain yang turut berperan dalam film ini adalah Kirana yang diperankan oleh Nurul Qomaril Arifin, lalu ada Bujang yang diperankan oleh aktor Afrizal Anoda dan karakter Emak yang diperankan oleh Nenek Roldyah Matulessy.

Film Naga Bonar diajukan untuk masuk proses seleksi nominasi Oscar tahun 1987. Namun sayangnya,Film ini gagal bersaing dengan para kontestan lainnya sehingga tidak lolos dalam proses seleksi nominasi Oscar.






2. Tjoet Nja' Dhien - 1988



Tjoet Nja' Dhien yang rilis tahun 1988, diajukan sebagai kontestan nominasi Oscar untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik untuk Penghargaan Oscar. Film yang menceritakan biografi sejarah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia tahun 1988 disutradarai oleh Eros Djarot. Film ini dibintangi para artis legenda seperti Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Slamet Rahardjo yang merupakan kakak dari sang sutradara berperan sebagai Teuku Umar, Piet Burnama yang berperan sebagai Panglima Laot, dan Paman Rudy Wowor yang berperan sebagai Veltman.

Film Tjoet Nja' Dhien berhasil memenangkan Piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia dan merupakan film Indonesia pertama yang tayang di Festival Film Cannes tahun 1989. Namun, film ini juga tidak mampu bersaing dengan kontestan Film dari Negara lain. Film Tjoet Nja' Dhien tidak lolos proses seleksi nominasi Oscar.






3. My Sky, My Home (Langitku, Rumahku) - 1990



Jika film Tjoet Nja' Dhien diarahkan oleh sang adik, Eros Djarot. Kali ini sang kakak Slamet Rahardjo yang menempati kursi sutradara untuk film Langitku, Rumahku, sedangkan sang adik, Eros Djarot sebagai produser. Film yang menceritakan tentang persahabatan Andri yang diperankan oleh Banyubiru, anak orang kaya yang ditinggal oleh ibunya, sementara ayah dan kakaknya sebagai orang yang sibuk dengan rutinitasnya masing-masing.
Kesepian membuat Andri iri pada Gempol, anak dari seorang penjual kertas bekas, yang seolah bebas dan tanpa aturan. Karena Gempol ingin sekolah, ia sering mengintai ke dalam ruangan dan dianggap sebagai pencuri tapi Andri justru menolongnya. Sejak saat itu, persahabatan antara Andri dan Gempol terjalin. Ketika Gempol terpisah dari keluarganya karena penggusuran lahan, mereka nekat pergi ke Surabaya untuk mencari nenek Gempol. Keluarga Andri panik dan sibuk mencari kemana perginya Andri.

Film ini banyak meraih nominasi dalam Festival Film Indonesia untuk kategori Skenario, Sutradara, Editing, Fotografi, Suara, Musik, Pemeran Pembantu Pria yang diperankan oleh aktor Pitrajaya Burnama, dan Pemeran Pembantu Wanita yang diperankan oleh Aktris, Suparmi. Film ini juga meraih Piala Citra untuk kategori Penata Aartistik Terbaik.
Keberhasilan film Langitku, Rumahku ternyata belum juga mampu meloloskan film ini untuk masuk dalam nominasi Oscar.






4. Mer's Lips (Bibir Mer) - 1992



Tidak mudah memang memahami film ini hanya sekedar melihat judulnya saja. Film karya sutradara Arifin C. Noer yang rilis tahun 1992 ini mengisahkan tentang Jodi (diperankan oleh paman Tio Pakusadewo) yang kecewa dengan kekasihnya Maria yang diperankan oleh Aktris cantik Bella Esperance Lee karena gelagat 'lip-service' (pandai bermulut manis) sebagai pelayan sebuah salon sehingga banyak pelanggan salonnya yang rela antri berdatangan.

Mbak Yani yang diperankan oleh istri sang sutradara (Jajang C. Noer), pemilik salon yang berusia setengah baya, memiliki hubungan baik dan luas dengan masyarakat kalangan atas. Diam-diam Mbak Yani ternyata punya hubungan istimewa dengan seorang pengusaha besar, Lukito. Seiring berjalannya cerita, hubungan antar-tokoh dalam film mulai terbongkar. Di bagian akhir cerita, Maria ternyata buah cinta antara Mbak Yani dengan Lukito.

Film berdurasi 95 menit ini diajukan untuk masuk proses seleksi nominasi Oscar dan jawabannya tetap sama, Film Bibir Mer gagal lolos dalam proses seleksi nominasi Oscar.







5. Leaf on a Pillow (Daun di Atas Bantal) - 1998



Judul film mungkin terdengar sederhana tapi siapa sangka film ini bakal diajukan untuk proses seleksi nominasi Oscar. Judulnya yang terdengar sederhana merujuk pada bantal daun milik Asih yang sering diperebutkan oleh Kancil, Heru dan Sugeng, Daun di Atas Bantal merupakan judul film yang merepresentasikan impian masing-masing dari Asih, Heru, Kancil dan Sugeng. Tapi film ini bukan bertema kebahagiaan, melainkan sebuah tragedi.
Penonton dihadapkan pada kesulitan hidup dari para tokohnya. Rangkaian kejadian tragis menggambarkan potret apa adanya tentang kehidupan jalanan. Film yang disutradari oleh Paman Garin Nugroho ini belum mampu lolos seleksi nominasi Oscar sebagai Film Berbahasa Asing Terbaik.






6. Sri - 1999



Paman Marselli Sumarno bertindak sebagai sutradara untuk film Sri yang rilis tahun 1999 silam. Sri, yang diperankan oleh Rina Ariyanti seorang gadis desa, disunting oleh bangsawan tua bernama Hendro yang diperankan oleh RMT Ronosuripto. Kehidupan Sri yang awalnya miskin, merasa terangkat derajatnya dengan kemampuannya sebagai penari istana, Sri menghabiskan hidupnya untuk mengabdi pada suami yang ternyata seorang penjudi, peminum dan sebenarnya tidak peduli dengan istri dan anaknya. Sri menjalankan bisnis batik rumah tangganya. Pengabdian Sri itu tampak sekali saat Dewa Maut yang diperankan oleh Sardono W. Kusumo hendak mencabut nyawa Hendro yang tidak berdaya melawan sakitnya di tempat tidur. Sri selalu mencari cara untuk menunda pencabutan nyawa tersebut, menggunakan jasa dukun untuk menyembuhkan suaminya.

Film yang bertema kematian ini rupanya belum mampu lolos masuk nominasi Oscar untuk mewakili Indonesia.






7. Ca-bau-kan - 2002



Film adaptasi Novel karya penulis Indonesia Remy Sylado yang terbit tahun 1999 dengan judul Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa. Film bergenre drama romantis ini mengangkat budaya Tionghoa Peranakan di Hindia Belanda dan Indonesia, cerita yang berlatar belakang sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1930-an, zaman pendudukan Jepang tahun 1940-an, hingga pasca-kemerdekaan tahun 1960. Nia DiNata bertindak sebagai sutradara, penulis naskah, dan produser untuk film ini.

Film Ca-bau-kan pertama kali ditayangkan secara internasional dalam Festival Film Asia Pasifik tahun 2002 dan kemudian dalam Festival Film Palm Springs tahun 2003. Film berdurasi 120 menit ini juga gagal masuk nominasi Oscar.






8. The Stringless Violin (Biola Tak Berdawai) - 2003



Sekar Ayu Asmara bertindak sebagai sutradara, produser, dan penulis skenario untuk film Biola Tak Berdawai. Film ini dibintangi oleh para artis Indonesia seperti Dicky Lebrianto, Jajang C Noer, Nicholas Saputra dan Ria Irawan. Film Biola tak berdawai mengisahkan tentang Renjani (ria irawan), seorang penari balet berbakat namun impiannya harus pupus di tengah jalan akibat pengalaman buruk yang dialami oleh Renjani. Renjani menjadi korban pemerkosaan dan menyebabkannya hamil. Namun renjani memutuskan untuk mengaborsi kandungannya tersebut. Untuk bisa melupakan masa lalunya yang pahit, Renjani memutuskan untuk pergi dan tinggal di yogyakarta.

Belajar dari masa lalunya yang kelam, Renjani bersama Mbak Wid (Jajang C. Noer) mendirikan sebuah rumah asuh untuk terpinggirkan. Di rumah asuh tersebut, perlahan Renjani kembali menemukan semangat dan harapan hidupnya yang selama ini hilang ditelan oleh masa lalunya.

Film Biola Tak Berdawai menyusul ketujuh film sebelumnya yang juga gagal lolos masuk nominasi Oscar.






9. Gie - 2005



Film biografi tentang kehidupan Soe Hok Gie yang dibesarkan oleh keluarga keturunan Tionghoa yang tidak terlalu kaya dan bertempat tinggal di Jakarta. Sejak remaja, Gie sudah mengembangkan bakat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh cendekiawan kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan sifatnya yang peduli dengan orang lain serta tanah airnya ternyata membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidak-adilan dan memimpikan Indonesia yang memiliki keadilan dan kebenaran yang murni. Film ini diadaptasi dari buku berjudul Film Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie. Filmnya disutradarai oleh Riri Riza, hingga bulan Desember tahun 2005 sebanyak 350.000 orang telah menonton film arahannya ini.

Berbekal kemenangan 3 penghargaan di ajang Festival Film Indonesia untuk kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau), film ini juga tidak berhasil lolos untuk dinominasikan dalam penghargaan Oscar.






10. Love for Share (Berbagi Suami) - 2006



Berbagi Suami, begitulah judul film yang kembali disutradari oleh Nia Dinata, sebelumnya Nia sudah mengarahkan film Ca-bau-kan yang diajukan untuk masuk seleksi nominasi Oscar. Film Berbagi Suami terbagi menjadi 3 buah cerita yang mengacu pada kisah tentang Poligami, cinta, dan kesetiaan. Cerita pertama dibuka dengan cerita Salma (diperankan oleh Ibu Jajang C.Noer), seorang dokter yang dipoligami oleh suaminya, politikus. Cerita kedua adalah cerita Siti (diperankan oleh Shanty), seorang perempuan yang datang dari desa ke kota dan dipoligami oleh supir produksi film bernama Pak Lik (diperankan oleh aktor Lukman Sardi). Cerita ketiga diwakili oleh seorang tionghoa bernama Ming (diperankan oleh Dominique) yang dijadikan istri simpanan oleh Koh Abun (Tio Pakusodewo). 3 cerita yang saling berhubungan ini kemudian dipadukan oleh sang sutradara dan menjadikannya sebuah narasi yang bagus dan dapat dinikmati.

Percobaan kedua dari sutradara Nia Dinata ini sepertinya masih belum mampu mewakili Indonesia untuk lolos dalam seleksi nominasi Oscar.






11. Denias, Singing on the Cloud - Denias Senandung Di Atas Awan (2007)



Siapakah Denias yang dimaksudkan dalam film ini?. Denias adalah seorang anak suku pedalaman Papua yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Film ini diangkat berdasarkan kisah nyata seorang anak Papua yang bernama Janias. Film ini menampilkan keindahan Provinsi Papua yang berhasil diabadikan dengan begitu indahnya. Kesulitan dan perjuangan Denias dalam meraih cita-citanya pun tergambar dan diceritakan dengan baik dalam film yang diarahka oleh sutradara John de Rantau.

Film Denias Senandung Di Atas Awan ternyata belum mampu berhasil lolos seleksi nominasi Oscar untuk perhelatan tahun 2008.







HOT THREAD #19
Diubah oleh theoneta 22-03-2018 19:47
linusasurAvatar border
jaleesa331Avatar border
abram945Avatar border
abram945 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
272.5K
525
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan