Ulama terkenal Mesir, Salem Abdel Galil, menyatakan tak akan menarik ucapannya soal umat Kristen dan Yahudi yang ia sebut kafir yang tak akan masuk surga dan siap menghadapi sidang tanggal 24 Juni.
Salem Abdel Galil, ulama terkenal Universitas al-Azhar dan mantan wakil menteri agama dan waqaf, dituntut oleh kelompok Kristiani dan juga perwakilan dari media menyusul ucapannya di televisi Mehwar.
Dalam acara di TV, Abdel Galil mengkritik ulama Muslim lain yang menyebut Kristen dan Yahudi sebagai "mereka yang percaya" dan menambahkan bahwa non-Muslim adalah "kafir" yang tidak akan masuk surga.
"Mereka percaya pada Yesus dan Musa, dan tak percaya (Nabi) Muhammad," katanya dalam saluran TV, yang telah mengajukan permintaan maaf kepada publik.
Abdel Galil mengatakan ia menyebutkan apa yang tercantum dalam Alquran dan tidak akan menarik ucapannya.
"Saya tidak akan menarik ucapan saya ... dan ucapan saya diinterpretasikan di luar konteks ... saya tidak menghasut orang untuk menyerang," kata Abdel Galil kepada wartawan BBC Indonesia, Endang Nurdin, melalui telepon dari Kairo.
Namun ia mengatakan ia salah menggunakan kata terhadap non-Muslim yang ia sebutkan "ajaran yang tak sesuai", dan "seharunya menggunakan kata bukan jalan yang tepat."
Abdel Galil akan disidang dengan tuduhan "penghinaan agama" minggu terakhir Juni.
"Dakwaan yang dikenakan terhadap saya elastis dan banyak orang yang menggunakannya," tambah Abdel Galil.
Kementerian Agama melarang Abdel Galil berkhotbah
Melalui akun Facebooknya Kamis (10/05) lalu, Abdel Galil telah menyatakan permintaan maafnya dengan menulis, "Seperti yang dianggap sebagian orang menyakiti umat Kristen, saya minta maaf telah menyebabkan orang tersinggung."
"Pandangan agama bahwa keyakinan non-Muslim tak sesuai, sama saja dengan mereka yang menganggap agama kami tak sesuai," katanya.
Pernyataan ini dibagikan lebih dari 9.500 kali dengan lebih 5.000 komentar, sebagian mengkritik dan sebagian membela.
"Siapa yang bisa diuntungkan dengan pernyataan seperti ini," tulis seorang pengguna, dan "Jangan ikut campur keyakinan orang lain," tulis yang lain.
Ada pula yang mengkhawatirkan pernyataan ulama terkenal ini dapat berdampak jauh dengan menulis, "Kesalahan seperti ini dapat menimbulkan perang."
Dalam pernyataan di Facebook, Abdel Galil mengutip surat Ali Imran ayat 85 yang berbunyi, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."
Kementerian Agama dan Waqaf yang mengontrol masjid-masjid di Mesir mengatakan Abdel Galil tidak akan diizinkan untuk memberikan khotbah Jumat sampai ia menarik komentarnya.
Naguib Gobrail, kuasa hukum dan aktivis Kristen Koptik Mesir, yang mengajukan tuntutan kepada Abdel Galil, mengatakan pernyataannya "mengancam persatuan Mesir."
Sementara Samir Sabri, kuasa hukum dari pihak media juga mengajukan tuntutan ke pengadilan "untuk mencegahnya tampil di media manapun."
Kontroversi ini muncul di tengah seruan kepada institusi Muslim di Mesir agar mengambil langkah tegas terhadap kelompok ekstremis menyusul pengeboman gereja.
Pengebom bunuh diri dari kelompok yang menyebut diri Negara Islam atau ISIS, menewaskan puluhan pemeluk Kristen Koptik di tiga gereja pada Desember dan April lalu.
Kelompok ini mengancam akan melakukan serangan lagi terhadap komunitas Koptik yang terdiri dari 10% dari 92 juta jiwa penduduk Mesir.
Pada bulan Januari lalu, Abdel Galil juga menimbulkan kontroversi setelah mengklaim bahwa Nabi Muhammad akan menikah dengan Maria, ibu Nabi Isa di surga.
sumber