Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Survei: kaum muda kian menjauhi radio

BERAGAM | Sumber informasi kian banyak. Konten berupa suara tak hanya dari pesawat radio AM dan FM.
Untuk orang kota besar, katakanlah Jabodetabek, waktu paling pas untuk mendengarkan siaran radio mungkin saat mengemudi atau menumpang mobil.

Untuk pendengar Sonora FM selama jam lalu lintas ramai, boleh jadi pendapat itu benar.

Hal yang sama barangkali berlaku untuk pendengar Elshinta yang ingin mendapatkan info jalan maupun diskusi dalam News and Talk.

Akan tetapi saat orang tak berada di jalan, interaksi di kedua stasiun itu, dan stasiun lainnya, masih terjadi. Pendengar menelepon dari rumah dan tempat kerja. Untuk kaum muda, bisa dari kampus.

Ada pula bentuk interaksi lain, tapi bukan berupa siaran langsung percakapan telepon pendengar dan penyiar. Misalnya di Radio Dangdut Indonesia: ada acara interaktif yang berbasis Twitter, yakni To Twit, pukul 16.00 -20.00, bersama Kong Jaing dan Aina Titta.

Baiklah, radio masih didengarkan. Persoalannya siaran macam apa yang disimak?

Jika berwujud siaran dalam pesawat radio penerima, termasuk radio dalam ponsel (tetapi bukan siaran pengaliran melalui aplikasi), pendengarnya dari kaum muda cenderung turun.

Lihat saja infografik yang merujuk Statistik Pemuda Indonesia 2015, yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, November 2016.

Sumber data BPS adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2015. Survei itu mencakup sejuta sampel di 510 kabupaten dan kota di semua provinsi.

Usia mereka, kawula muda yang menjadi responden, berada dalam rentang 16 sampai 30 tahun.

Oh, apa tadi, kawula muda? Istilah itu muncul pertengahan 1970-an dari radio Prambors Jakarta, lalu menyebar secara nasional.

Begitulah, ada masa ketika radio sangat mewarnai keseharian termasuk bahasa. Generasi yang mengalami Proklamasi Kemerdekaan akrab dengan slogan radio "sekali di udara tetap di udara" --- padahal siarannya belum tentu 24 jam.

Kemudian generasi sesudahnya mengenal bumbu slogan stasiun "... atau di mana pun suara kami dapat didengar". Jangkauan pancar yang jauh, terdengar oleh provinsi sebelah, bahkan hingga ke negeri jiran, bisa menjadi kebanggaan.

Kini setelah kuku siaran radio tak menancap di kuping dan benak kaum muda, karena pilihan media kian kaya, khazanah kebahasaan apa lagi yang akan berjejak lama?
jadi yang nyiptain istilah Kawula Muda itu adalah Temmy Lesanpura.
— Prambors Radio (@Prambors) September 11, 2014


Sumber : https://beritagar.id/artikel/infogra...menjauhi-radio

---

Baca juga dari kategori INFOGRAFIK :

- Pengakuan penjarah toko di Penjaringan

- Kenapa Ahok enggan mundur dari pencalonannya?

- Kenapa gelar perkara terbuka kasus Ahok dipersoalkan?

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
5.8K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan