- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[KOMBAT MERDEKA] LetKol Mochammad Sroedji
TS
fatille
[KOMBAT MERDEKA] LetKol Mochammad Sroedji
SELAMAT DATANG
AGAN & SISTA
AGAN & SISTA
Quote:
Halo agan & sista..
Ketemu lagi sama sama ane, ini adalah Thread KOMBAT kedua ane, kali ini ane akan mengingatkan kembali pada seorang pahlawan dari daerah ane yang jarang diketahui masyarakat, siapa beliau? Langsung scroll kebawah aja..
Ketemu lagi sama sama ane, ini adalah Thread KOMBAT kedua ane, kali ini ane akan mengingatkan kembali pada seorang pahlawan dari daerah ane yang jarang diketahui masyarakat, siapa beliau? Langsung scroll kebawah aja..
Quote:
Spoiler for foto..:
Quote:
Letkol Mochammad
Sroedji, pahlawan dari kota Jember yang
dulunya seorang mantan Komandan
Brigade III Divisi I.
Lahir di Bangkalan Madura pada tanggal 1 Februari 1915, putra dari pasangan Bapak H. Hasan dan Ibu Hj. Amna. Istrinya bernama Hj. Mas Roro Rukmini dan memiliki 2 putra 2 putri. Beliau merupakan sosok yang luar
biasa, luar biasa peduli, luar biasa
semangatnya, luar biasa kegigihannya.
M. Sroedji muda bersekolah di
Hollands Indische School (HIS) yang
kemudian membawanya menjadi Pegawai
Jawatan Kesehatan di RS Kreongan Jember
atau yang sekarang menjadi RS Paru,
M. Sroedji pernah mengikuti Pendidikan
Perwira Tentara PETA di Bogor. Setelah
lulus, M. Sroedji ditugaskan menjadi
komandan kompi untuk Karesidenan Besuki
- Batalyon 1 Kencong – Jember.
Sebagai seorang komandan, beliau sangat
pantas untuk diteladani karena dalam
keseharian beliau mencerminkan seorang
manusia yang sederhana, mudah
bercengkerama dengan orang-orang
disekitarnya, tutur katanya mampu
memotivasi banyak orang, dan sebagai kepala
keluarga beliau juga luar biasa, ketika dalam
perjuangan beliau tak pernah lupa dengan
keluarganya meski terpisah jarak yang jauh.
Pada bulan September 1945
sampai dengan Desember 1946, beliau
berturut-turut dilantik sebagai Komandan
Batalyon 1 Resiman IV Divisi VII TKR yang
berdomisili di wilayah Kencong, Jember.
Pengalaman di Medan Tempur Pada tahun
1946, M. Sroedji dikirim ke front
pertempuran di daerah Karawang dan
Bekasi Propinsi Jawa Barat. Pada Januari
1947 sampai dengan April 1948, M. Sroedji
menjadi Komandan Resimen Minak Koncar sekaligus Komandan Divisi VII Surapati. Mei 1948 hingga memasuki 1949, M. Sroedji menjadi Komandan Resimen 40 Damarwoelan pada Divisi VIII. Resimen 40 Damarwoelan kemudian berubah nama menjadi Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur.
Ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, Sroedji diangkat sebagai komandan SGAP (Staf Gabungan
Angkatan Perang) karena dianggap
mumpuni di posisi tersebut. Tugasnya
adalah menumpas pemberontakan PKI di
daerah Blitar. Kemudian, pada 18
September 1948, M. Sroedji memimpin
anak buahnya bertempur melawan PKI di
Blitar sampai tumpas. Dalam operasi di
Blitar tersebut, M. Sroedji dan pasukannya
menuai sukses. Gejala akan
datangnya serangan Belanda telah nampak.
Belanda mangkir dari isi kesepakatan
perjanjian Renville. Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik Indonesia harus mengosongkan wilayah-wilayah yang dikuasai TNI. Tidak terkecuali dengan pejuang dan rakyat Jember. Terhitung sejak Januari 1948, hijrah massal mulai dilaksanakan. Para pejuang, rakyat biasa, pegawai dan Resimen 40 Damarwoelan melakukan Hijrah. Mereka mengungsi(hijrah) ke Blitar. Waktu terus bergulir, beban konsumsi dan akomodasi seluruh anggota resimen semakin membengkak. Pada akhirnya, kesemua itu ditanggung oleh Komandan
Sroedji. Wingate Action Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur mengadakan Wingate Action (dari daerah Blitar ke daerah Besuki) menuju jalur Lumajang - Klakah - Jember - Banyuwangi.
Wingate Action tersebut berlangsung selama 51 hari. Menempuh perjalanan panjang, dengan jarak sekitar 500 km. Sepanjang perjalanan, Brigade Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur mengalami banyak pertempuran. Puncak pertempuran terjadi pada 8 Februari 1949
di Desa Karangkedawung, Mumbulsari,
Jember.
LetKol Mochammad Sroedji gugur dalam usia yang tergolong muda (34 tahun) setelah berhari-hari dikejar pasukan Belanda pada
pertempuran maut di desa Karang Kedawung,
Jember, route gerilya beliau berawal dari Desa Manggisan (Tanggul), menyusuri lereng barat Argorpuro, ke Sukorejo (Bangsal), sampai Sumber Rejo (Ambulu), Tempurejo, terakhir di Karang Kedawung (Mumbul Sari) selama 3 hari 3 malam.
Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman
Umum Kreongan bukan di Taman Makam Pahlawan, ini adalah wasiat beliau yang ingin
dimakamkan berdampingan dengan rakyat
Indonesia yang juga ikut berjuang dengan
membela para tentara gerilya tanpa pamrih. Makam Beliau di atas bukit dengan cungkup yang lumayan
menonjol dibanding makam yang lain.
Sroedji, pahlawan dari kota Jember yang
dulunya seorang mantan Komandan
Brigade III Divisi I.
Lahir di Bangkalan Madura pada tanggal 1 Februari 1915, putra dari pasangan Bapak H. Hasan dan Ibu Hj. Amna. Istrinya bernama Hj. Mas Roro Rukmini dan memiliki 2 putra 2 putri. Beliau merupakan sosok yang luar
biasa, luar biasa peduli, luar biasa
semangatnya, luar biasa kegigihannya.
M. Sroedji muda bersekolah di
Hollands Indische School (HIS) yang
kemudian membawanya menjadi Pegawai
Jawatan Kesehatan di RS Kreongan Jember
atau yang sekarang menjadi RS Paru,
M. Sroedji pernah mengikuti Pendidikan
Perwira Tentara PETA di Bogor. Setelah
lulus, M. Sroedji ditugaskan menjadi
komandan kompi untuk Karesidenan Besuki
- Batalyon 1 Kencong – Jember.
Sebagai seorang komandan, beliau sangat
pantas untuk diteladani karena dalam
keseharian beliau mencerminkan seorang
manusia yang sederhana, mudah
bercengkerama dengan orang-orang
disekitarnya, tutur katanya mampu
memotivasi banyak orang, dan sebagai kepala
keluarga beliau juga luar biasa, ketika dalam
perjuangan beliau tak pernah lupa dengan
keluarganya meski terpisah jarak yang jauh.
Pada bulan September 1945
sampai dengan Desember 1946, beliau
berturut-turut dilantik sebagai Komandan
Batalyon 1 Resiman IV Divisi VII TKR yang
berdomisili di wilayah Kencong, Jember.
Pengalaman di Medan Tempur Pada tahun
1946, M. Sroedji dikirim ke front
pertempuran di daerah Karawang dan
Bekasi Propinsi Jawa Barat. Pada Januari
1947 sampai dengan April 1948, M. Sroedji
menjadi Komandan Resimen Minak Koncar sekaligus Komandan Divisi VII Surapati. Mei 1948 hingga memasuki 1949, M. Sroedji menjadi Komandan Resimen 40 Damarwoelan pada Divisi VIII. Resimen 40 Damarwoelan kemudian berubah nama menjadi Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur.
Ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, Sroedji diangkat sebagai komandan SGAP (Staf Gabungan
Angkatan Perang) karena dianggap
mumpuni di posisi tersebut. Tugasnya
adalah menumpas pemberontakan PKI di
daerah Blitar. Kemudian, pada 18
September 1948, M. Sroedji memimpin
anak buahnya bertempur melawan PKI di
Blitar sampai tumpas. Dalam operasi di
Blitar tersebut, M. Sroedji dan pasukannya
menuai sukses. Gejala akan
datangnya serangan Belanda telah nampak.
Belanda mangkir dari isi kesepakatan
perjanjian Renville. Sebagai hasil Persetujuan Renville, pihak Republik Indonesia harus mengosongkan wilayah-wilayah yang dikuasai TNI. Tidak terkecuali dengan pejuang dan rakyat Jember. Terhitung sejak Januari 1948, hijrah massal mulai dilaksanakan. Para pejuang, rakyat biasa, pegawai dan Resimen 40 Damarwoelan melakukan Hijrah. Mereka mengungsi(hijrah) ke Blitar. Waktu terus bergulir, beban konsumsi dan akomodasi seluruh anggota resimen semakin membengkak. Pada akhirnya, kesemua itu ditanggung oleh Komandan
Sroedji. Wingate Action Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur mengadakan Wingate Action (dari daerah Blitar ke daerah Besuki) menuju jalur Lumajang - Klakah - Jember - Banyuwangi.
Wingate Action tersebut berlangsung selama 51 hari. Menempuh perjalanan panjang, dengan jarak sekitar 500 km. Sepanjang perjalanan, Brigade Brigade III Damarwoelan Divisi I T.N.I. Jawa Timur mengalami banyak pertempuran. Puncak pertempuran terjadi pada 8 Februari 1949
di Desa Karangkedawung, Mumbulsari,
Jember.
LetKol Mochammad Sroedji gugur dalam usia yang tergolong muda (34 tahun) setelah berhari-hari dikejar pasukan Belanda pada
pertempuran maut di desa Karang Kedawung,
Jember, route gerilya beliau berawal dari Desa Manggisan (Tanggul), menyusuri lereng barat Argorpuro, ke Sukorejo (Bangsal), sampai Sumber Rejo (Ambulu), Tempurejo, terakhir di Karang Kedawung (Mumbul Sari) selama 3 hari 3 malam.
Spoiler for makam beliau..:
Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman
Umum Kreongan bukan di Taman Makam Pahlawan, ini adalah wasiat beliau yang ingin
dimakamkan berdampingan dengan rakyat
Indonesia yang juga ikut berjuang dengan
membela para tentara gerilya tanpa pamrih. Makam Beliau di atas bukit dengan cungkup yang lumayan
menonjol dibanding makam yang lain.
Quote:
Itulah riwayat singkat LetKol Mochammad Sroedji, karena sumber tentang beliau terbatas jadi segitu thread kombat ane, terima kasih sudah mampir kemari, sekian dari ane, mohon maaf bila ada kesalahan kata..
JAS MERAH
Spoiler for sumber:
Diubah oleh fatille 22-08-2016 14:46
0
3K
Kutip
26
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan