Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

LepoxAvatar border
TS
Lepox
Komunikasi Tidak Beretika Lebih Berbahaya daripada Koruptor
Sedikit tersentak dengan apa yang dinyatakan oleh pengamat politik yang mengiring persepsi masyarakat dengan menyatakan bahwa :
"Komunikasi Tidak Beretika Lebih Berbahaya daripada Koruptor"

dan sebagai orang yang awam mengenai teori komunikasi yang baik dan benar, saya coba sediki untuk memberikan pendapat, mohon maaf jika saya salah dalam berkomunikasi yang tidak santun ini.. emoticon-Smilie

Berikut kutipan pernyataan sang pengamat di kompas.com :

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Emrus Sihombing menyesalkan adanya pembenaran dari masyarakat soal bahasa toilet yang dilontarkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam wawancara bersama Kompas TV. Emrus mengatakan, ada pandangan yang membenarkan ucapan kasar dilontarkan salam acara televisi selama itu ditujukan kepada koruptor.

Pendapat Saya :

(Selama Ini tidak ada yang membenarkan, kami menyatakan perang terhadap koruptor , bukan berarti membenarkan kata - kata kasar yang terlontar itu benar, tetapi maling tetaplah maling, dan entah di negeri antah berantah mana yang menyambut maling dengan sopan bahkan diberi karpet merah)

"Menurut saya itu pandangan orang yang belum tahu teori komunikasi. Justru saya berpendapat komunikasi tidak beretika jauh lebih berbahaya daripada koruptor," ujar Emrus kepadaKompas.com, Rabu (25/3/2015).

Pendapat saya :

(Mungkin itu menurut anda yang sudah paham dan pakar dalam teori komunikasi Dan bukan praktek , Talk less do more, dalam komunikasi itu lebih melihat konteks dan objek apa yang dibicarakan, bukan subjek pak, tidak ada orang yang sedang berkomunikasi mengenai kesedihan, tapi dia malah tertawa, dan tidak ada orang yang akan menjadi sopan bertemu dengan koruptor, jika dia melihat dan merasakan aspek yang ditimbulkan )[/I]

Emrus mengomentari hal tersebut dari aspek keilmuwan. Menurut dia, perilaku manusia dibentuk dari sebuah komunikasi. Dia mengibaratkan, jika ada bayi yang baru lahir diletakkan dalam lingkungan orang jahat, bayi tersebut akan tumbuh sebagai orang jahat. Hal ini karena proses komunikasi yang dijalani bayi itu adalah untuk menjadi penjahat pula.

Pendapat Saya :
(Lagi - Lagi menurut anda, secara komunikasi tidak akan merubah orang menjadi jahat apalagi koruptor, yang merubah dia adalah prilaku yang dicontohkan, karena seseorang itu lebih tanggap melihat secara visual, daripada mendengarkan secara audio, jadi tidak ada korelasi antara komunikasi yang salah menjadikan orang seseorang menjadi penjahat. karena tidak ada yang dapat menjamin seseorang yang satun bertutur kata tetapi baik dalam berprilaku, dan tidak ada yang menjamin juga baik dalam berprilaku akan santun dalam berbicara, tapi jika boleh memilih saya lebih baik sopan dalam berprilaku dan tidak santun dalam bertutur kata dengan orang - orang yang munafik yang hanya bisa berbicara dengan sopan tapi penjahat) talk less do more...

Emrus menyesalkan sikap Ahok (sapaan Basuki) yang mengucapkan kata kotor dalam live wawancara televisi. Menurut Emrus, Ahok merupakan seorang pemimpin yang memiliki tugas mendidik dan mengayomi masyarakatnya. Dengan berucap seperti itu, kata Emrus, dikhawatirkan bahasa toilet menjadi lazim digunakan.

Pendapat Saya :
( memang lazim digunakan pak, tapi itu hanya digunakan kepada para penjahat, bukan pejabat yang lebih mementingkan rakyatnya daripada kedudukannya, mungkin sang pengamat kalau dirampok dijalan, akan berkata : mohon maaf jangan dirampok yah, pleaseee, heheheeh.... atau mungkin bapak pengamat yang terhormat ini, tidak pernah marah dan mengucapkan kata2 kasar dalam hidupnya, jika demikian emoticon-2 Jempol )

Hal ini karena sudah ada contoh langsung dari seorang pemimpin. Hal inilah yang ia nilai lebih berbahaya dari koruptor. Seorang koruptor bisa langsung dihukum jika terbukti korupsi sementara berkomunikasi dengan tidak beretika bisa dicontoh masyarakat banyak dan menjadikannya budaya baru.

Pendapat Saya :

(Budaya baru, darimana, dali hongkong.... hehehe, inget Indonesia itu Bhineka Tunggal Ika, dan cara berkomunikasi kita berbeda, contoh daerah sumatra dan jawa sangat berbeda, begitu pula, kalimantan, sulawesi, dan papua ) tetapi apakah kita marah ketika cara komunikasi itu berbeda, atau mungkin kita akan marah ketika prilaku yang tidak sopan) entahlah... emoticon-Smilie

Menurut Emrus, ada dua model pemikiran yang beredat di masyarakat mengenai hal ini, yaitu lebih baik seseorang berkata kotor dan kasar selama ia memerangi korupsi daripada seseorang yang berkata santun akan tetapi justru melakukan korupsi.

"Pilihan itu menyesatkan. Kenapa? Karena menafikkan bahwa ada pilihan ketiga, yaitu memberantas korupsi tapi tegas dan sopan," ujar Emrus.

Pendapat Saya :

( Selama Saya Hidup, Pilihan itu cuma hanya ada dua, tidak ada pilihan yang ketiga dan abu2, contoh : Baik atau Buruk, Hidup atau mati, Kaya atau miskin, entah apa ada pilihan yang sedang, atau mati suri, entahlah, itu hanya masalah persepsi kita saja, dan terlalu subjektif untuk menilainya, dan sekali lagi saya mulai binggung untuk mencari di negeri mana yang memberantas korupsi dengan sopan, china sebagai negara yang perekonomiannya sama dengan indonesia 10 - 20 tahun yang lalu, dan sekarang menjadi salah satu negara dengan perekonomian yang terhebat, kenapa bisa china menjadi hebat, karena mereka memberantas korupsi tidak dengan sopan, tapi dengan nyawa, yaitu hukuman mati ) apakah ini termasuk dengan komunikasi yang sopan...??

Emrus mengatakan, pemberantasan korupsi lebih baik dilakukan dengan sikap yang tegas dan santun.

Pendapat Saya :

( Silahkan Bapak Berpendat, tetapi saya juga boleh berpendapat, atau bahkan kami, yang menyatakan bahwa korupsi tidak hanya bisa diberantas oleh cara komunikasi yang satun, tetapi dengan prilaku yang tegas dengan menghukum mati para koruptor)

Analogi yang mengagumkan dari sang gubernur :

Ahok bahkan bercerita, ada salah seorang yang mengirimkan dialog kepadanya.

"Ada orang satu kirim dialog, kalau kamu naik bus terus tiba-tiba ada tukang malak, minta jam tangan, dompet semua sama kalian, terus ada satu pemuda langsung berdiri maki-maki tuh orang dengan bahasa kotor, terus ada anak-anak di bus itu," cerita Ahok.

"Terus yang pegang anak-anak akan bilang apa, 'eh lu yang maki-maki turun dong, kita rela ini duit diambil si pemalak. Kamu turunin si pemalak apa yang maki-maki? Pemalak kan. Makanya, ini logika, lihat konteksnya ya," tutup Ahok.

Sumber :

http://megapolitan.kompas.com/read/2...campaign=Kknwp

http://www.suara.com/news/2015/03/25...nter-perempuan

"Setiap Manusia Bisa Berpendapat, termasuk Saya, Anda, Kalian Dan Kami, Tapi Hanya Segelintir Orang yang Bisa Membuat Pendapat Tersebut Menjadi Terealisasikan Untuk Kepentingan Orang lain, Bukan Kepentingan Pribadi "

Dan Sang Gubernur, termasuk segelintir Orang yang Membuktikan dengan sebuah karya, merealisasikan sebuah kebijakan untuk Publik, untuk masyarakat, dan untuk orang yang mau bekerja keras membuktikan dirinya pantas untuk mendapatkan posisi, bukan untuk mereka yang malas, tidak disiplin, tukang tidur, tapi mau pendapatan yang besar,,,,,,

" Buktikan Dengan Sebuah Karya, Jangan Hanya Berbicara "

Terima kasih.
Lepoxbraker

Diubah oleh Lepox 25-03-2015 07:42
0
1.5K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan