Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mnotorious19150Avatar border
TS
mnotorious19150
Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Tim Pembela Prabowo-Gibran, Yusril Ihza Mahendra mengakui bahwa putusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden problematik dan cacat hukum.

Adapun putusan itu menjadi ruang bagi Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) di pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Padahal, usianya belum 40 tahun.

"Betul, itu saya ucapkan sehari sesudah MK mengeluarkan putusan 90 itu. Dan saya mengatakan putusan ini problematik dan mengandung cacat hukum," kata Yusril dikutip dari program GASPOL! Kompas.com yang tayang di kanal YouTube Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Namun, menurut Yusril, putusan itu tidak serta-merta membuat pencalonan cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menjadi tidak sah.

Pasalnya, diktum putusan jelas menyatakan bahwa "berusia paling rendah 40 tahun” bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai berusia paling rendah 40 tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah.

Yusril mengatakan, problematika putusan itu terletak pada kesalahan teknis dalam pembuatan putusan ketika dua orang hakim konstitusi menyatakan memiliki alasan berbeda (concurring opinion).

Menurut Yusril, pendapat dua hakim tersebut lebih tepat dikategorikan sebagai pendapat berbeda (dissenting opinion).

"Saya tunjukkan di mana cacat hukumnya. Saya bilang bahwa ini dissenting opinion yang sebenarnya mereka bukan concurrent. Karena yang dua (hakim) ini yang mestinya itu adalah dissenting tapi dibilang concurrent. Berarti ada kesalahan teknis di dalam pembuatan putusan," ujarnya.

"Nah ini ada implikasinya terhadap diktum keputusan itu sendiri. Ya saya bilang ini ada problematik dan ada cacat hukum di dalamnya," kata Yusril lagi.

Namun, Yusril mengatakan, keputusan perkara nomor 90 itu jelas dari segi kepastian hukum. Oleh karena itu, dia beranggapan pencalonan Gibran tetap sah.

"Putusan bisa saja problematik tapi di diktum putusan jelas. Kepastian itu harus ada dan apakah orang yang di bawah umur 40 tahun dan pernah atau sedang menjabat dalam jabatan yang dipilih dengan pemilu termasuk Pilkada itu boleh menjadi presiden dan wakil presiden, jawabnya boleh. Putusan problematik, itu soal lain," ujar Yusril.

kompas.com

Quote:
Diubah oleh mnotorious19150 19-04-2024 13:07
TheTick
simsol...
simsol... dan TheTick memberi reputasi
2
867
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bingsunyataAvatar border
bingsunyata
#17
Kalau ingin sebuah UU itu awet, sebsa mungkin UU itu dirancang agar bisa fit pada banyak sikon. Ini kita bicara menurut sudut pandang keberadaan negara yang diniatkan bisa mengada selamanya (infinity).
Dimana setiap perubahan UU bisa mengundang terjadinya ketidak stabilan situasi, yang mana bertentangan dengan niat terkait keberadaan negara itu sendiri. 
→ Jangan lupa juga esensi pemilu itu sendiri, terkait keberadaan negara yang mempraktekkannya. Jangan lupa untuk melihat big picture-nya ...

Pada sikon saat ini, dimana nilai harapan hidup rata-rata ada pada nilai sekitaran 70-an mungkin saja nilai 40 dinilai masuk akal.
Tapi bagaimana bila kita berada pada situasi dimana nilai harapan hidup rata-rata ada pada nilai sekitaran 50-60-an ? Usia 20 bisa dianggap telah dewasa dan usia 30 pun sudah bisa dianggap bahwa orang bersangkutan akan memasuki periode paruh waktunya.

...
Bagi anak jurusan tehnik yang praktikum bikin robot ama AI untuk capres-cawapres pada periode berikutnya, ada tambahan materi nih ...





Diubah oleh bingsunyata 20-04-2024 04:34
mnotorious19150
simsol...
simsol... dan mnotorious19150 memberi reputasi
2
Tutup