Entah dari mana bermula, sebuah ekspedisi table coralterjadi. Inilah catatan tentang menemukan Damaika Table Coral (Acropora sp.)

Damaika table coral

Kiriman gambar table coralyang terdapat di Jepang menjadi topik obrolan. Dia menanyakan apakah ini indah? Saya yang awam tentang terumbu karang langsung tertarik karena merasa ini hal baru yang seru untuk dipelajari.


Acropora sp.

Flyer yang penuh dengan gambar bermacam terumbu karang dengan jenis table coral dilingkari. Ternyata ini sudah menjadi targetnya.



Dia mengatakan akan mengeksplorasi perairan Indonesia untuk mencari table coral yang lebih indah dari di Jepang, dan tentu harus belum ditemukan dan dipublikasikan para penyelam lainnya. Indonesia kaya dan memiliki luas terumbu karang 18% dari luas terumbu karang dunia, tentu penjelajahan akan sangat menarik.

Rencana biaya disusun, menunggu beberapa hari hingga mendapatkan 11 penyelam yang setuju ikut serta. Ditambah 3 anak buah kapal, Ekspedisi Damaika Table Coral pun dimulai.



Sinyal seluler hilang timbul. Titik lokasi phinisi terkirim tidak teratur. Rencana tujuan perairan kepulauan selanjutnya melalui diskusi telepon terbatas, hasil briefing luring tim, dan progres harian yang tidak lancar.
Mengapa begitu? Tentu saja karena saya tidak di sana, berada dan berjarak jauh dari ekspedisi itu.


Kiriman-kiriman video dan foto yang menurut saya sudah indah, tetapi berbeda seperti yang diharapkannya.

Hari ke hari, saya hanya bisa berharap semua berjalan baik. Hidup di laut, berbasah air bergaram, luka, lecet, dan cedera saat menyelam dengan kekerapan tinggi, mengatur logistik, memimpin dan mengorganisasi tim tentu tidak mudah. Ditambah intrik cinta lokasi yang rawan hadir di situasi live on board (LOB)tentu menguras emosi.



Hari ke 12, dua hari kurang dari 14 hari yang ditargetkan, dia berkabar phinisi bertolak pulang, dan permintaan maaf tidak berhasil menemukan table coral yang sesuai diinginkan.

Saya kecewa? Tidak untuk Damaika Table Coral. Hanya bersedih untuknya karena harapannya tidak tercapai. Namun, bukankah live on board menikmati lautan dan kehidupan bawah laut, singgah menginjakkan kaki di pulau-pulau tak tersentuh di antara 17 ribu pulau di Indonesia, menjelajah selat, dan bercengkerama dengan teman-teman sambil terapung adalah pengalaman yang jarang terjangkau? Itu saja sudah tak ternilai.

Dua hari kemudian, phinisi merapat di pangkalan tempat awal bertolak. Mengucap syukur dan tim berpisah.

Apakah ekspedisi berakhir? Ternyata tidak. Petualangan itu yang justru mengobarkan jiwa pemenang seperti dia. Semangatnya membuat saya sangat mendukung. Yakin bahwa jauh di dasar laut sana, ada table coral menawan yang menunggu untuk diberi nama sebagai Damaika. Layaknya Salvador Dali, karang yang dinamai nama pelukis aliran surealis itu.

Belum lepas letih, belum sembuh cedera, selang seminggu sejak ekspedisi, dia terbang ke suatu tempat yang dirahasiakan, ditambah perjalanan darat yang panjang. Saya sama sekali tidak mendesak ingin tahu. Biarkan itu menjadi rahasia yang berharga buat dirinya.

Penyelaman terbanyaknya, 8 scuba dive dan 2 free dive dilakukan dalam satu hari saja. Terbayar sudah. Damaika Table Coral (Acropora sp.) tersematkan di titik koordinat itu. Sendiri, dan tinggi. Terjaga dari eksplorasi. Tak ada divers yang ke sini.


Sendiri, dan tinggi. Terjaga dari eksplorasi.



Bukan indah, ini menakjubkan.

Dia menyimpannya untuk hari ini.

Dia, sahabatku.


Referensi, gambar, dan video: v_damaika instagram| catatan pribadi