Kualitas Ganja Aceh Terbaik di Dunia, DPRA: Bisa Sembuhkan Banyak Penyakit


Ilustrasi tanaman ganja yang tumbuh subur di kawasan Aceh Besar

16 Desember 2023, 11:16 WIB

Banda Aceh — Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), M Rizal Falevi Kirani, menyebutkan ganja Aceh merupakan ganja dengan kualitas terbaik di dunia, sehingga penting dilegalisasi untuk kebutuhan medis karena bermanfaat menyembuhkan banyak penyakit.

“Saya pikir tingkat kepentingannya (untuk segera dilegalisasi) kita tahu bahwa ganja di Aceh ini selalu menjadi ganja nomor satu di dunia. Ini kan ada banyak jenis penyakit yang bisa disembuhkan dengan ganja,” kata Falevi kepada HabaAceh.id, Sabtu (16/12).

Menurut Falevi, persoalan legalisasi ganja medis sudah siap secara konseptual maupun aplikatif. Pihaknya jauh hari juga sudah membahasnya secara komprehensif dengan Pemerintah Aceh.

Namun, kata dia, pembahasan legalisasi ganja untuk kebutuhan medis masih harus menunggu selesainya revisi Undang-Undang (UU) narkotika di DPR RI sebab di undang-undang tersebut status ganja masih di level satu.

“Jadi itu sangat tergantung ke revisi undang-undang narkotika oleh teman-teman DPR RI di Komisi III. Cuma kemarin hasil koodinasi kami dengan teman-teman DPR RI juga sudah masuk Prolegnas, tinggal kita menunggu,” ujarnya.

Falevi mengungkapkan, secara hirarki perundangan-undangan pihaknya DPR Aceh tidak bisa langsung menetapkan rancangan qanun legalisasi ganja medis menjadi qanun karena bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi, yakni UUD 1945.

“Dalam konteks ini kita menunggu revisi undang-undang narkotika. Begitu selesai langsung kita bahas. Jadi tidak harus mengulang dari awal kita,” jelasnya.

“InsyaAllah kita di Komisi V sudah duluan siap untuk membahas itu, cuma persoalannya ada di pusat yang belum selesai,” lanjutnya.

Falevi menyampaikan, salah satu tujuan raqan legalisasi ganja untuk kebutuhan medis tersebut bermaksud menjadikan Aceh sebagai pilot project pemanfaat ganja di bidang medis.

“Khusus kita bicara tentang medis tidak bicara lain. Ini yang kita formulasikan, sehingga bahan bakunya sudah ada kenapa kita tidak membuat sendiri (obat berbahan baku ganja),” ucapnya.

Falevi berharap legaliasi ganja untuk kebutuhan medis akan segera disahkan sehingga pemanfaatan ganja di Aceh akan lebih terarah. Bahkan, kata dia, berdasarkan komunikasi bersama Komisi III DPR RI qanun itu segera disahkan tahun depan.

“Kalau tahun depan tidak selesai, kita bilang DPR RI memang cemen. Indonesia akan menjadi negara komsumtif selalu, tidak pernah menjadi negara produktif. Di saat negara lain sudah bicara produktif terhadap ganja medis, kita masih negara komsumtif,” katanya.

Falevi menambahkan, manfaat ganja sebagai bahan baku medis sudah banyak digunakan di berbagai negara. Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar Indonesia bisa menjadi negara produktif, tidak hanya terpaku sebagai negara konsumtif.

“Berapa banyak sekarang pasien yang menderita epilepsi, menderita tumor, kanker yang bisa disembuhkan obat bius, yang bisa digunakan dengan bahan bakunya ganja. Berapa banyak uang yang kita habiskan untuk membelanjakan obat untuk pasien-pasien penderita seperti itu. Nah ini yang harus diformulasikan,” pungkasnya.

https://www.habaaceh.id/news/kualita...kit/index.html.