dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Teka-teki Eksodus, Mengapa Gunung Sinai Berada di Daerah Mesir?
Teka-teki Eksodus, Mengapa Gunung Sinai Berada di Daerah Mesir?

Musa di Gunung Sinai.


Nationalgeographic.co.id—Hingga saat ini, lokasi Gunung Sinai yang menjadi situs penting bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, masih menjadi perdebatan para sejarawan.
Dilansir dari Ancient Origins, kata ‘Sinai’ dan ‘Horeb’ tidak dikenal dalam catatan Mesir. Semenanjung di antara Terusan Suez sekarang, dan perbatasan kuno Mesir di Sungai El Arish, dikenal dalam sejarah Mesir sebagai 'Mafkat', yang berarti 'tanah pirus', karena batu berharga ini telah ditambang di sana sejak awal sejarah.
Dalam Alkitab, Sinai adalah gunung di mana Musa diberikan Kitab Taurat oleh Tuhan. Karena gunung ini diperkirakan berada di semenanjung sebelah timur Mesir, maka semenanjung tersebut juga diberi nama Sinai. “Namun, ini hampir pasti merupakan sebuah kesalahan,” tulis Annette Duckworth dalam laman Ancient Origins.
Referensi pertama tentang gunung yang kita sebut 'Sinai' tercatat dalam Keluaran tiga, yang merupakan kisah Musa dan semak yang terbakar. 
Tidak diragukan lagi bahwa peristiwa ini terjadi di Midian, yang terletak di pantai timur Teluk Aqaba, jauh dari semenanjung yang disebut Sinai. Musa sedang merawat domba-domba mertuanya dan membawa mereka ke "sisi gunung yang jauh, ke padang gurun".
Gunung ini disebut sebagai 'Horeb', tetapi Kamus Alkitab Bergambar, yang diterbitkan oleh Tyndale, mengidentifikasi Horeb dan Sinai sebagai satu kesatuan.
Mungkinkah 'Horeb' adalah nama orang Midian dan 'Sinai' adalah nama Ibrani yang muncul belakangan. Kita tidak tahu.
Mungkin juga nama 'Sinai' berasal dari nama dewa bulan 'Sin', ”tetapi jika dewa ini pernah memiliki hubungan dengan daerah ini, agaknya informasi ini telah hilang,” tulis Duckworth

Musa di Gunung Sinai oleh Jean-Léon Gérôme

Di semak yang menyala, Tuhan mengarahkan Musa untuk pergi ke Mesir. Musa diberi tahu bahwa ketika ia telah membawa bangsa Ibrani keluar dari Mesir, ia harus membawa mereka untuk menyembah Tuhan di gunung ini. 
Ini adalah kesempatan ketika Musa diberikan bagian pertama dari Kitab Taurat oleh Tuhan, dan kita diberitahu bahwa ini terjadi di 'Gunung Sinai'.
Lantas benarkah bahwa Gunung Sinai berada di Midian Kuno? Dengan bukti ini, kita dapat menyimpulkan bahwa ‘Gunung Sinai’ berada di Midian.
Hal ini dikonfirmasi oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada orang-orang Galatia, 4:25, di mana ia menyatakan bahwa Hagar mewakili Sinai "di Arab", di mana Tuhan memberikan dalil kepada Musa, yang menegaskan posisi geografis gunung ini.
Midian kuno sekarang sebagian besar berada di Arab Saudi, dengan sebagian kecil di Yordania. Ada keyakinan dalam tradisi Arab bahwa 'Gunung Sinai', adalah gunung yang sama dengan gunung yang sekarang dikenal sebagai Jebel Larz di Arab Saudi.
Sekali lagi, Kamus Alkitab Bergambar mengatakan bahwa Sinai dulunya diperkirakan berada di Midian, namun sekarang tidak pasti.
Jika Gunung Sinai berada di Midian kuno, siapa yang menetapkan bahwa gunung tersebut berada di semenanjung sebelah timur Mesir?
Secara umum diyakini bahwa Helena, ibu dari Kaisar Konstantinus pertama, yang juga seorang Kristen, sangat tertarik untuk mengidentifikasi situs-situs Alkitab. 
Ia mengira telah mengidentifikasi gunung 'Semak yang Terbakar' dan mendirikan sebuah rumah religius di dasarnya, yang kemudian dikembangkan oleh Kaisar Yustinianus menjadi biara St Catherine.
Setelah gunung tersebut diidentifikasi sebagai Sinai, akhirnya semenanjung tersebut dinamai sesuai dengan namanya.
"Kamu Tidak Akan Pernah Melihat Orang Mesir Lagi" Eksouds 14:13. 
Dalam Eksodus, bangsa Ibrani menyadari bahwa mereka sedang dikejar-kejar oleh bangsa Mesir dan mereka ketakutan.
Tuhan berkata kepada Musa, katakan kepada bangsa itu bahwa 'orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan pernah kamu lihat lagi, selama-lamanya'.
Janji ini cukup jelas. Jadi setelah Keluaran, orang Mesir tidak akan bisa mengganggu orang Ibrani lagi, karena mereka tidak akan pernah melihat mereka lagi. Ke mana orang Ibrani dapat pergi ke tempat di mana mereka tidak akan pernah melihat orang Mesir lagi?
Dengan melihat peta, kita dapat melihat bahwa semenanjung yang dikenal sebagai Sinai berbatasan dengan Mesir.
Faktanya, Mesir telah menguasai dan terus menguasai semenanjung ini sepanjang sejarah. Pegunungannya di sebelah tenggara telah ditambang oleh Mesir untuk tembaga dan pirus selama ribuan tahun, dan mereka terus melakukannya.
Tentara Mesir melakukan perjalanan melintasi semenanjung ini secara konstan dalam perjalanan menuju Kanaan yang tunduk pada kekuasaan Mesir.
Orang Ibrani mengembara selama 40 tahun, dan mereka adalah kelompok orang yang sangat besar, jadi jika mereka tidak pernah bertemu dengan orang Mesir, mereka tidak mungkin tinggal di daerah ini.
Di sisi lain, jika kita mengikuti pemikiran bahwa mereka menyeberang ke Midian yang terletak di pantai timur Teluk Aqaba, seperti yang dikatakan oleh Alkitab bergambar sebelumnya, mereka tidak akan pernah melakukan kontak dengan orang Mesir.
Air Memberikan Petunjuk Saat Orang Ibrani Mengembara di Padang Gurun
Bangsa Ibrani merupakan kelompok raksasa yang mengembara dalam panasnya padang gurun selama 40 tahun bersama kawanan domba dan ternak mereka. 
Semenanjung yang disebut Sinai ini memiliki akses yang sangat terbatas terhadap air, hanya hujan musiman yang mengisi beberapa sungai kecil yang ada di sana.
Kita diberitahu bahwa Tuhan menyediakan air secara ajaib dua kali, dalam keadaan darurat, tetapi secara umum tidak banyak air yang bisa didapat. 
Jika kita melihat gurun pasir Yordania dan Arab Saudi saat ini, yang meliputi Midian kuno, prospek untuk menemukan air yang cukup sepertinya tidak lagi menjanjikan.

Akan tetapi, tidak demikian halnya. Faktanya, ada sumber air bawah tanah yang sangat besar di bawah gurun ini bahkan hingga hari ini. Kota Aqaba menggunakan ini sebagai sumber air, dan Arab Saudi menggunakannya untuk menanam sayuran di padang pasir.
Air tersebut berasal dari lelehan salju di pegunungan di sebelah utara dan terakumulasi dalam lapisan batuan selama ribuan tahun.
Ada kemungkinan bahwa permukaan airnya juga jauh lebih dekat ke permukaan selama migrasi orang Ibrani ketika belum disadap oleh kota-kota besar yang kehausan seperti sekarang.
Badan air ini dulu dan sekarang masih sangat luas dan akan tersedia bagi orang-orang untuk mengaksesnya dari sejumlah sumur, dengan mudah memasok kebutuhan mereka selama 40 tahun.
Bagaimana Para Budak Mencapai Teluk Aqaba Sebelum Orang Mesir?
Mungkinkah para budak telah mencapai pantai barat Teluk Aqaba (salah satu cabang Laut Merah) sebelum disusul oleh orang Mesir?
Kita tahu dari catatan Eksodus bahwa para budak Ibrani membawa gerobak untuk mengangkut orang tua dan muda. Orang-orang dewasa itu sangatlah kuat.
Mereka telah menjadi budak, diharuskan melakukan pekerjaan yang sangat berat tanpa henti. Yang lemah di antara mereka tidak akan selamat. 
Mereka meninggalkan Mesir setelah berkumpul di Sukot, yang diyakini sebagai benteng Tharu (Tjaru), karena ini adalah satu-satunya jembatan besar untuk menyeberangi kanal yang membentuk perbatasan ke Mesir, di persimpangannya dengan semenanjung yang disebut Sinai. 
Di lokasi tersebut tentara menyeberang ketika memasuki semenanjung. Jarak dari lokasai ini ke pantai Nuweba di pesisir Teluk Aqaba adalah 167 mil (269 km).
Ada catatan tentang Moshe Dyan, Jenderal militer Israel, pada akhir tahun 1900-an, melakukan penyeberangan serupa dengan berjalan kaki dengan anak buahnya dalam waktu 6 hari. 

Musa menimba air dari batu karang, oleh Francoise Perrier.

Rincian Paskah Pertama
Naskah Keluaran 12 sangat informatif. Ini adalah kisah tentang Paskah pertama yang berlangsung selama tujuh hari dan selama itu, semua roti yang dimakan adalah roti tidak beragi.
Pada malam ketika mereka meninggalkan Mesir bersama Musa, para budak baru saja menyantap hidangan bergizi berupa daging domba panggang, sebanyak yang mereka mau.
Sekarang mereka diperintahkan untuk segera pergi. Hari sudah malam. Ayat 34 mengatakan bahwa mereka mengambil adonan mereka sebelum mengembang. 
Cukup untuk tujuh hari. Ini menjadi aturan Paskah agar malam ini dan perjalanan ini dikenang. Domba panggang, lalu tujuh hari roti tidak beragi; pasal 12:15.
Mereka melakukan perjalanan di malam hari melintasi semenanjung, dipandu oleh 'tiang api' yang Tuhan sediakan. Mereka makan dan tidur di siang hari yang terik, lalu melanjutkan perjalanan saat malam tiba.
Mereka menyeberangi Teluk Aqaba (Laut Merah) pada malam ketujuh dan sampai di pantai Midian saat fajar menyingsing.

Musa membelah Laut Merah.

Bagaimana mungkin Teluk Aqaba menjadi tempat penyeberangan Laut Merah?
Teluk Aqaba memiliki luas sekitar 11 mil (17,7 km). Ada sebuah pantai besar di sisi Mesir yang disebut 'Nuweba' di mana orang-orang berkumpul setelah melewati lorong-lorong sempit di antara gunung-gunung besar di semenanjung Sinai.
“Yang lebih menarik dan relevan adalah fakta bahwa Teluk Aqaba merupakan bagian dari persimpangan antara lempeng benua Asia dan Afrika,” tulis Duckworth
Persimpangan ini membentang ke selatan dari lembah Yordania, menuruni Teluk Aqaba, dan berlanjut ke Lembah Celah Besar di Afrika timur. Jadi, secara logis kita mungkin mengharapkan pergerakan seismik terjadi di sini. Hal itu terjadi hingga hari ini.

Kisah Keluaran menunjukkan adanya aktivitas seismik di tempat lain. Wabah kegelapan 'yang dapat dirasakan' bisa jadi disebabkan oleh abu dari aktivitas gunung berapi di Pulau 'Thera' di sebelah utara Mesir di Laut Tengah.
Telah terjadi letusan-letusan kecil di sana selama berabad-abad, menyebabkan penduduk Thera dan Kreta - bangsa Filistin - meninggalkan pulau-pulau mereka yang berbahaya dan menetap di tempat lain.
Dan ada kemungkinan bahwa ledakan besar terakhir di Pulau Thera terjadi saat bangsa Ibrani hendak menyeberangi Laut Merah pada tahun 1446 SM. 
Ledakan itu akan mengacaukan seluruh wilayah. Dan tempat bertemunya lempeng benua merupakan titik pergerakan yang paling mungkin terjadi.
Kembalinya air laut yang menenggelamkan Firaun dan tentaranya, terdengar sangat mirip dengan tsunami. Baru-baru ini sebuah artikel  menjelaskan tentang tsunami setinggi 4 meter yang terjadi di Teluk Aqaba pada tahun 1990-an serta merusak desa di pantai Nuweba.

https://nationalgeographic.grid.id/r...mesir?page=all
0
1.1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
nujinzAvatar border
nujinz
#1
Kadesh Barnea/Barnuwa nama nya mirip dg tanduk Banua di Sumut. Madyan/Midian nma nya mirip dg Medan di Sumut. Mesir nma nya mirip dg Samosir di Sumut. Paran mirip nama nama daerah di Sumatera Utara yaitu Paran Padang, Paran Julu, Paran Dolok. Bukit ThurSina/Sinai nma nya mirip dg gunung Sinabung Sumut.
0
Tutup