ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Bedanya (dan Bahayanya) Tiktok Shop Dibanding yang Lain


Beberapa hari yang lalu saya membuat thread tentang Tiktok Shop. Seperti yang bisa diprediksi, ada yang pro dan ada yang kontra. Banyak yang bilang bahwa Tiktok Shop adalah bagian dari perubahan jaman dan tak bisa dilawan. Statement ini memang benar, tapi juga salah.

E-Commerce seperti Tokopedia dan Shopee memang sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Ada banyak UMKM yang ikut memindahkan pasar mereka ke online dan menemukan kesuksesan tersendiri di sana. Meski demikian, Tiktok Shop sama sekali berbeda dengan platform E-Commerce lain. Kenapa?

Karena Tiktok adalah sosial media, bukan E-Commerce!



Tiktok adalah sebuah layanan hosting video berdurasi pendek yang berasal dari Tiongkok. Keberadaan sosial media ini memang sangat populer sampai-sampai menjadi platform paling banyak dikunjungi di dunia. Keberadaan Tiktok memang sah-sah saja sebagai hiburan, tapi saat Tiktok masuk ke dunia E-Commerce semua jadi berbeda.

Ada peraturan pemerintah yang meregulasi agar toko online memprioritaskan barang-barang lokal, tapi peraturan ini tidak mengikat Tiktok karena Tiktok adalah sosial media. Akibatnya barang apa pun bisa muncul terus menerus di laman depan Tiktok tanpa campur tangan pemerintah. Hal inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh Tiktok.



Siapa yang mengatur apa yang akan tampil di beranda Tiktok? Tentu saja yang mengatur adalah Tiktok itu sendiri. Dan dari mana Tiktok berasal? Dari Cina. Dengan kata lain, kenapa Tiktok harus menampilkan produk UMKM lokal jika mereka bisa menjual barang-barang buatan Cina sebanyak mungkin.

Tiktok memegang kuasa di sini. Mereka yang memilih konten mana yang akan tampil di beranda dan tentunya mereka akan memprioritaskan barang-barang dari negara mereka sendiri. Hasilnya apa? Kita sebagai penonton pun akhirnya membeli (impor) barang-barang buatan Cina. Kenyataan inilah yang akhirnya membuat UMKM goyah.

Apa lagi yang membuat UMKM goyah? Algoritma.



Jika di toko online lain kita harus mencari barang yang kita butuhkan, di Tiktok semua disajikan kepada kita. Di toko online lain semua dapat kesempatan karena pembeli mencari dan memilih, tapi di Tiktok calon pembeli akan ditawari satu per satu sampai akhirnya mereka membeli. Di Tiktok, pembeli tidak mencari melainkan menawari.

Lalu bagaimana cara Tiktok menawarkan barang? Tentunya dengan konten yang muncul di beranda. Bagaimana cara agar sebuah video bisa FYP? Betul, punya penonton yang banyak. Di sinilah masalah kedua terjadi yakni artis-artis ikut berjualan di Tiktok.



Bayangkan jika ada artis dan orang biasa yang menjual barang yang sama dengan cara yang sama, kira-kira mana yang lebih banyak ditonton? Tentunya artis dengan segudang fans, pengalaman, dan peralatan akan langsung mendominasi Tiktok. UMKM kecil yang mungkin tak pernah melakukan live streaming pun cuma bisa gigit jari.

Di sinilah masalah sebenarnya dari Tiktok Shop. Masalahnya bukan digitalisasi atau perubahan jaman, masalahnya adalah keberpihakan dari Tiktok itu sendiri. Algoritma tiktok membuat yang kaya makin kaya dan yang miskin tambah miskin. Itulah yang akhirnya terjadi jika kita mencampur algoritma sosial media dengan lahan bisnis menengah ke bawah.



Jika dilihat dari sudut pandang pembeli, Tiktok Shop memang sebuah anugrah. Meski demikian kita harus sadar bahwa murahnya barang-barang di Tiktok tak akan bisa berlangsung selamanya. Saat Tiktok berhenti bakar duit maka semua akan kembali seperti semula dan kita yang sudah terbiasa dengan barang murah akan mengeluh dan marah-marah.

Lalu apakah menutup Tiktok Shop keputusan yang tepat? Entahlah, tak pernah ada jawaban yang seratus persen pasti di dunia ini. Mungkin jika pemerintah menaikkan pajak dan membuat regulasi ketati, Tiktok Shop mungkin bisa menjadi pemasukan baru bagi APBN.

Namun, satu hal yang pasti, digitalisasi memang tak bisa dihindari. UMKM benar-benar harus bersiap akan perubahan ini karena jika tidak itu berarti mati.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.

sumursumur
tiyoz
asbunasbun
betmenkasro236
betmenkasro236 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.1K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
adelanggaAvatar border
adelangga
#8
Jika alasannya adalah karena TikTok itu sosmed, apakah berarti berjualan di Facebook juga tidak boleh?
0
Tutup