Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

harrywjyyAvatar border
TS
harrywjyy
Gubernur Bali Larang Pelajar Nonton Upin dan Ipin, Ternyata Ini Alasannya!

Sumber Gambar

Tontonan kartun merupakan tontonan yang sudah sewajarnya ditonton anak-anak. Ceritanya yang dikemas simpel mampu membuat anak memahami jalan cerita dengan mudah ketimbang film pada umumnya. Apalagi ditambah dengan visualnya yang menarik dan lucu membuat anak semakin betah menonton kartun macam ini.

Selain itu, kartun juga dapat menjadi tontonan yang dapat mendidik anak dan menambah wawasan anak yang menontonnya. Tentu hal seperti inilah yang membuat anak semakin ter-upgrade. Untuk itu, kita perlu mengawasi tontonan apa yang sedang disaksikan oleh anak-anak kita supaya nantinya anak kita bisa semakin mendapat input yang positif.

Salah satu tontonan anak yang sudah lama mewarnai televisi Indonesia adalah Upin dan Ipin. Kartun asal Malaysia ini telah lama tayang di Indonesia dan menemani masa-masa kecil banyak orang dengan kisahnya yang lucu namun juga memberikan pendidikan yang bagus. Sehingga tak jarang para orang tua membiarkan anak mereka menonton kartun ini.


Sumber Gambar

Dengan segala keberhasilannya, kartun ini pun bertahan lama dan terus tayang di televisi dengan berbagai episodenya. Lebih sukses dari kartun-kartun Malaysia lainnya yang pernah masuk ke Indonesia. Apalagi adanya pesan moral di setiap kisahnya menambah poin plus dari kartun ini. Akan tetapi, ada satu pihak yang malah melarang kartun ini.

I Wayan Koster atau Gubernur Bali asal PDIP dikabarkan melarang pelajar menonton kartun Upin dan Ipin. Hal itu disampaikan karena menurutnya dengan tidak menonton Upin dan Ipin maka bisa menjaga nilai-nilai budaya Bali dengan segala tradisinya. Mengingat Upin dan Ipin adalah kartun Malaysia, mungkin Koster takut anak-anak jadi lupa dengan adat istiadat Bali.

Bahkan Koster tak ragu menyebut bahwa Upin dan Ipin ini adalah kartun tidak jelas. Lebih baik fokus memproduksi dan melestarikan tradisi kita dan tanah Bali yang mana memiliki banyak kekayaan untuk itu. Ia lebih menyarankan agar pelajar menonton Jayaprana yang bisa menjadi inspirasi dalam menjalankan kehidupan menjadi lebih baik.


Sumber Gambar

Menurut Koster karya-karya anak bangsa merupakan sumber daya yang dimiliki oleh Bali dalam pembangunan ke depannya. Sehingga ke depannya, di generasi berikutnya Koster tidak ingin Bali kehilangan karakternya sebagai tempat yang berbudaya. Ia meminta untuk menekan penetrasi budaya luar yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup anak-anak di Bali.

Teknologi dan Globalisasi boleh berkembang, akan tetapi Koster mengingatkan untuk tidak kehilangan budaya Bali. Jadi jelas bahwa alasan Koster melarang Upin dan Ipin karena takut kartun itu dapat mempengaruhi anak-anak muda yang pada akhirnya bisa menghilangkan budaya Bali itu sendiri. Alasan yang masuk akal sebetulnya.


Sumber Gambar

Akan tetapi, jika memang itu alasannya maka tidak hanya Upin dan Ipin. Melainkan tayangan dan tontonan dari luar negeri yang tidak ada kaitannya dengan budaya Bali harusnya dilarang juga. Ya, mungkin Bali ingin menjadi provinsi yang eksklusif dan terus mempertahankan budaya. Bila itu alasannya, maka masuk akal keputusan ini dibuat.

Namun, apakah dengan melarang kartun semacam ini dapat berpengaruh besar? Mengingat kadang pejabat kita hanya asal melarang saja, tapi penerapannya di lapangan sangat minim. Tidak ada tindak lanjut dan akhirnya hanya wacana semata. Apakah Koster juga sama seperti itu? Perlu ada tindak lanjut lebih dalam ke masyarakat jika ingin melestarikan budaya daerah mereka.

emoticon-2 Jempol

Jadi menurut kalian, haruskah Upin dan Ipin dilarang dengan alasan melestarikan budaya? emoticon-Bingung (S)

Sumber: Link Referensi 1, Link Referensi 2
Tulisan dan Narasi Pribadi


emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan
sontoloyo81
goeltom25338186
indrastrid
indrastrid dan 10 lainnya memberi reputasi
11
5K
297
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ganguroboyAvatar border
ganguroboy
#15
perasaan kebanyakan episode upin ipin itu cuma bercerita soal keseharian mereka, pertemanan mereka, disitu juga ada karakter dari Indonesia kan yg namanya Susanti, ada juga yg dari etnis Tionghoa si Mei Mei, ada yang dari etnis India si Jarjit, ada yang bapaknya kaya si Ehsan, ada yang pintar berdagang si Mail ada yang lemot si Fizi, kakaknya Upin Ipin yang galak si Kak Ros, Neneknya yang penyayang si Opah, Atuk Dallang, Uncle Ah Tong, Abang Salleh, Uncle Muthu.

Harus dipahami memang animasi Upin Ipin ini diciptakan sebagai platform untuk promote jargon 1Malaysia, dan juga sebenarnya promote kultur moral Islam dan Melayu yang kental ("nah pikiran buruk saya sebenarnya mungkin ini alasan si Pak Gub itu ga begitu suka sama animasi ini ya karena memang dunia berbeda kalau dibandingkan dengan tradisi Hindu dan Bali itu sendiri hehehe tapi ini just my personal guess lho ya") di dalam banyak episodenya, bahkan animasi ini juga sudah ada jurnal ilmiahnya (silahkan dibaca link dibawah).

https://core.ac.uk/download/pdf/38816974.pdf

Jadi animasi Upin Ipin ini jauh dari kata tidak jelas, segmen pasarnya jelas dan di produksi secara serius. Ini sebenarnya harus jadi pembelajaran buat animator di Indonesia untuk bisa memproduksi yang serupa tapi dengan kekhasan Indonesia dengan kualitas yang jauh lebih baik tentunya.

Diubah oleh ganguroboy 23-08-2023 00:17
rachmanitara754
tiyoz
tiyoz dan rachmanitara754 memberi reputasi
2
Tutup