Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

FW1983Avatar border
TS
FW1983
Anies soal Polusi Udara: Dari Cerobong PLTU Terbawa Angin ke Jakarta



Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan merespons soal polusi udara di Jakarta. Anies mengatakan polusi itu dibawa dari hasil industri di sekitar Jakarta.

"Kalau Anda perhatikan polusi udara ada hari-hari di mana polusi itu tinggi sekali, ada hari-hari polusi tidak tinggi, karena aktivitas di Jakartanya sama setiap hari," ujar Anies dalam acara 'Desak Anies' di Pos Bloc, Jakarta, Selasa (15/8/2023).

Anies mengatakan salah satu penyebab polusi di Jakarta ialah polutan dari PLU yang terbawa angin ke Jakarta. Namun, lanjut Anies, polusi itu tak hanya di Jakarta, tapi juga ke Lampung dan Banten, namun tidak ada sensor yang menangkap polusi udara.

"Kok bisa situasi itu terjadi? Sesungguhnya yang terjadi, selain polutan dari dalam aktivitas dalam kota, juga polutan yang diakibatkan dari kegiatan di luar kota Jakarta. Apa itu? Banyak pembangkit listrik tenaga uap yang kemudian cerobongnya menghasilkan polutan. Ketika arah anginnya bergerak ke arah Jakarta, maka dia tertangkap oleh sensor," terangnya.

"Angin bergerak ke Lampung, bergerak ke Banten, di sana nggak ada sensor, jadi tidak muncul menjadi problem. Saya merasa di seluruh Indonesia harus dipasang sensor polusi udara sehingga kita mengetahui kualitas udara bukan hanya di Jakarta, tetapi berbagai wilayah yang dekat dengan wilayah industri. Industri apa pun supaya kita bisa melindungi seluruh rakyat," sambung Anies.

Eks Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan sensor pendeteksi polusi tidak mahal.

"Alat itu tidak terlalu mahal. Jangan sampai kita seperti kasus COVID kemarin ketika ditanya bagaimana kasus COVID-nya, alhamdulillah tidak ada. Kenapa? Karena tidak ada testing, apa kualitas udara di semua tempat kita baik, ya, kalau nggak ada sensor dan monitor kita akan merasa baik," jelas Anies.

Anies menawarkan solusi agar semua kota nantinya memiliki alat pengukur kualitas udaranya sendiri. Kedua, harus dimulai juga transisi pembangkit energi tak terbarukan menuju energi terbarukan.

"Jadi menurut saya ke depan nomor satu semua kota harus memiliki alat ukur kualitas udara. kemudian yang kedua harus dimulai secara serius transisi dari pembangkit energi tak terbarukan menuju energi tergantikan," kata dia.

Solusi Anies selanjutnya adalah penggunaan fasilitas umum yang berbasis listrik. Dan terakhir, menurut Anies, harus diperbanyak daerah hijau di setiap perkotaan.

"Keempat, memperbanyak paru-paru kota di semua wilayah perkotaan. Itu contoh road map yang bisa kita kerjakan," tuturnya.

Anies mengatakan salah satu penyebab polusi di Jakarta ialah polutan dari PLU yang terbawa angin ke Jakarta. Namun, lanjut Anies, polusi itu tak hanya di Jakarta, tapi juga ke Lampung dan Banten, namun tidak ada sensor yang menangkap polusi udara.

"Kok bisa situasi itu terjadi? Sesungguhnya yang terjadi, selain polutan dari dalam aktivitas dalam kota, juga polutan yang diakibatkan dari kegiatan di luar kota Jakarta. Apa itu? Banyak pembangkit listrik tenaga uap yang kemudian cerobongnya menghasilkan polutan. Ketika arah anginnya bergerak ke arah Jakarta, maka dia tertangkap oleh sensor," terangnya.

"Angin bergerak ke Lampung, bergerak ke Banten, di sana nggak ada sensor, jadi tidak muncul menjadi problem. Saya merasa di seluruh Indonesia harus dipasang sensor polusi udara sehingga kita mengetahui kualitas udara bukan hanya di Jakarta, tetapi berbagai wilayah yang dekat dengan wilayah industri. Industri apa pun supaya kita bisa melindungi seluruh rakyat," sambung Anies.

Eks Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan sensor pendeteksi polusi tidak mahal.

"Alat itu tidak terlalu mahal. Jangan sampai kita seperti kasus COVID kemarin ketika ditanya bagaimana kasus COVID-nya, alhamdulillah tidak ada. Kenapa? Karena tidak ada testing, apa kualitas udara di semua tempat kita baik, ya, kalau nggak ada sensor dan monitor kita akan merasa baik," jelas Anies.

Anies menawarkan solusi agar semua kota nantinya memiliki alat pengukur kualitas udaranya sendiri. Kedua, harus dimulai juga transisi pembangkit energi tak terbarukan menuju energi terbarukan.

"Jadi menurut saya ke depan nomor satu semua kota harus memiliki alat ukur kualitas udara. kemudian yang kedua harus dimulai secara serius transisi dari pembangkit energi tak terbarukan menuju energi tergantikan," kata dia.

Solusi Anies selanjutnya adalah penggunaan fasilitas umum yang berbasis listrik. Dan terakhir, menurut Anies, harus diperbanyak daerah hijau di setiap perkotaan.

"Keempat, memperbanyak paru-paru kota di semua wilayah perkotaan. Itu contoh road map yang bisa kita kerjakan," tuturnya.

Selain itu, fenomena lain adalah soal lapisan inversi di wilayah urban saat musim kemarau. Dia mengatakan fenomena itu menyebabkan kecenderungan udara lebih dingin di lapisan bawah.

"Sehingga itu mencegah udara itu untuk naik dan terinversi itu juga penjelasan mengapa di Jakarta itu kelihatan keruhnya di bawah dibanding di atas, di mana perkotaan kita hidup bersama," katanya.


SUMBER



Mari Kita Berdoa Bersama Menurut Agama & Kepercayan Saya!




:mudik
nomorelies
nomorelies memberi reputasi
1
985
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
saoyuanAvatar border
saoyuan
#10
Solusinya pak? Suruh berangkat jam 2 dini hari? emoticon-Malu (S)

Perbanyak jalur sepeda? Gak efektif. Mang luas Jakarta brp km2 sampe jalur sepeda penting? emoticon-Ngakak (S)

Apalagi sih solusi dia saat jadi gubernur di Jakarta dlm hal polusi udara selain 2 hal diatas? emoticon-Malu (S)
0
Tutup