yellowmarkerAvatar border
TS
yellowmarker
Jadi Minoritas di Sekolah, Siswi Kelas 2 SD Karawang Dipaksa Pakai Jilbab dan Dibully

Jumat, 7 Juli 2023 15:45 WIB
Ilustrasi siswi SD korban bullying dan kampanye stop bullying

Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Ign Prayoga

TRIBUNTANGERANG.COM, KARAWANG - Aksi intoleransi terjadi di sebuah SD negeri di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Seorang siswi kelas dua SD yang jadi minoritas di sekolahnya, dipaksa mengenakan jilbab.

Siswi tersebut juga di-bully oleh kepala sekolah dan para guru.Bahkan dia mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh rekan-rekannya.

Sikap intoleransi karena beda keyakinan ini diungkap akademisi dan pegiat media sosial Ade Armando lewat akun Twitter @adearmando61.

Menurut dia, intoleransi tersebut tersebut terjadi di SDN Jomin Barat II, Cikampek, Kabupaten Karawang.

Korban adalah siswi kelas dua berinisial B. Dia dipaksa memakai jilbab oleh pihak sekolah. Sementara pada keyakinan yang dianut keluarga B, tidak ada keharusan memakai jilbab.

Setelah mengenakan pakaian seperti mayoritas siswi di sekolah, B tetap dibully bahkan dipukul oleh teman-temannya hingga hidungnya berdarah.

Kasus perundungan karena perbedaan agama dan kepercayaan, yang terjadi pada siswi kelas 2 SDN di Jomin Barat ini diungkapkan oleh akademisi dan pegiat media sosial Ade Armando di akun Twitternya @adearmando61.

"Saya ingin berbagi cerita yang saya rasa akan membuat kita semua sedih. Ini berlangsung di sebuah sekolah dasar negeri. SDN II Jomin di Cikampek, Jawa Barat. Di sekolah itu ada seorang anak yang dibully. Anak itu bernama B," kata Ade.

Menurutnya, B adalah seorang anak yang datang dari keluarga penganut penghayat kepercayaan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa.

"B ini masih kelas 2 SD dan karena keyakinannya itu, karena kepercayaannya itu, dia dibully di sekolahnya. Yang mem-bully dia itu mulai dari murid, dan juga guru bahkan kepala sekolah," tambah Ade.

"Dia itu dipaksa oleh kepala sekolahnya untuk mengenakan jilbab dan dia sudah mengenakan jilbab. Tapi tetap juga dibully karena kepercayaannya. Dia dicap kafir, diledek, dicaci maki, bahkan dipukul,"ujar Ade,

Suatu kali, kata Ade, B dipukul oleh rekan-rekannya sehingga pulang ke rumah dengan keadaan hidung berdarah.

"Orang tuanya tentu saja tidak terima. Orangtuanya datang ke sekolah memprotes. Dan guru dan kepala sekolah, sekedar bilang bahwa ah itu biasa kelakuan anak-anak," kata Ade.

Orang tua B, tambah Ade akhirnya mengadu ke dinas pendidikan setempat.

"Didatangilah sekolah itu oleh anggota dari dinas pendidikan. Dan ternyata tidak ada perubahan. Anak itu masih terus dibully, sampai akhirnya orang tuanya terpaksa mengeluarkan anak itu dan pindah ke sekolah lain," kata Ade,

Menurut Ade, dirinya tidak bisa membayangkan betapa jahatnya yang dilakukan para guru dan kepala sekolah serta betapa tertekannya B, siswa perempuan yang masih kelas II SD.

"Saya tidak bisa membayangkan betapa jahatnya apa yang dilakukan oleh para guru dan kepala sekolah dan teman-temannya terhadap B," kata Ade.

"B pasti hidup dalam keadaan yang sangat stres, sangat tertekan dan itu terjadi hanya karena orang-orang di sekitarnya tidak bisa menerima, tidak toleran terhadap apa yang diyakini oleh keluarga B," ujarnya.

Ade berharap kasus serupa seperti ini tidak lagi terjadi terhadap siapapun.

"Pemerintah harus secara tegas menindak guru dan kepala sekolah," katanya.

Guru Radikal

Kasus yang menimpa siswi B di SDN Jomin Barat II ini juga diungkapkan Roger Paulus Silalahi dalam tulisan opininya di situs sintesanews.com.

Roger menyebut dirinya sebagai penggemar Pancasila.

"Saya ingin bercerita mengenai seorang anak kelas 2 SD di SD Negeri Jomin Barat II – Cikampek yang dikorbankan Guru serta Kepala Sekolahnya. Pengorbanan dalam arti yang sebenar-benarnya, yang dialami seorang anak kelas 2 SD bernama B. Korban dari perundungan yang dianggap biasa oleh Kepala Sekolah SDN Jomin Barat II, Cikampek yang bernama Ibu Julaeha, Guru-Guru, dan teman-teman sepermainannya," tulis Roger.

Roger menjelaskan ibunda siswi B yakni D, adalah satu dari sekian banyak perempuan Indonesia yang sangat mencintai budaya Indonesia.

"D memilih berkebaya dalam kesehariannya sebagai wujud cintanya pada Indonesia, sekaligus mengajarkan B untuk mencintai budaya Indonesia. Masuk usia sekolah, B diterima di SDN Jomin Barat II di Cikampek. B senang bisa bersekolah dan punya banyak teman, tapi ada masalah di sekolahnya," tulis Roger.

Menurut Roger, Sekolah Dasar Negeri Jomin Barat II ini ternyata dipimpin oleh Kepala Sekolah dan diisi oleh guru-guru yang radikal.

"B diwajibkan untuk berkerudung alias berjilbab, padahal jelas tercantum di kolom agama pada KTP Ibu siswi B 'Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa',"katanya.

Roger menjelaskan akhirnya B mengikuti aturan, mengenakan jilbab walau terpaksa.

"Tapi masih dirundung, seperti ‘biasa’, dikafirkan, diejek, dibully. Puncaknya terjadi pada tanggal 2 Juni 2023, B hidungnya dipukul oleh temannya hingga berdarah dengan alasan karena B bukan Islam," ujarnya.

Ibu siswi B, lalu mempertanyakan hal ini pada Kepala Sekolah dan Guru Bellva di sekolah.

Namun ditanggapi dengan bahasa; “Itu kenakalan anak-anak, hal biasa, biarkan saja…”.

"Ketika Ibu siswi B tidak bisa menerima hal tersebut, Ibu Kepala Sekolah dan Guru-Guru terkait menantang; 'Laporkan saja ke Dinas'," papar Roger.

Menjawab tantangan tersebut, ibu siswi B melaporkan hal ini ke Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan yang kemudian mengirimkan seorang Inspektur ke sekolah itu.

"Bahkan Persatuan Guru Republik Indonesia yang mendengar adanya laporan terkait hal ini pun sedang meneliti kasus ini," katanya.

Tapi keadaan selepas kedatangan petugas inspektorat, menurut Roger, keadaan bukannya membaik.

Situasi dan kondisi di SDN Jomin Barat II, Cikampek bagi B menjadi semakin tidak dapat diterima.

Kepala Sekolah dan Guru-Guru yang melanggar, bukannya menerima sanksi lalu memperbaiki diri, mereka semakin menjadi.

"Bahkan menganjurkan agar B pindah sekolah. Dengan kata lain mereka 'mengusir' atau 'memaksa' siswi B keluar dari sana,"katanya.

Mengetahui dan mengenal situasi kondisi di Karawang secara umum, orang tua B, akhirnya memutuskan untuk pindah ke kampung halaman yang jaraknya 6 jam dari Cikampek.

"Lokasi pindah sengaja dirahasiakan untuk mencegah keberlanjutan kasus melalui “hubungan hantu ke hantu”. Kepindahan ini demi kesehatan psikis dan perkembangan siswi B, terpaksa diambil sebagai jalan terbaik, walau kesiapan dalam banyak hal sebenarnya tidak ada," kata Roger.

Bahkan menurut Roger, ayah siswi B harus berhenti bekerja dan mencari pekerjaan baru di kampung.

"B harus dicarikan sekolah yang baru, keluarga harus mencari tempat tinggal yang baru, sementara keuangan tidak memungkinkan, tapi harus, tapi tidak ada dana, tapi harus…!," ujarnya.

Lebih dari itu, kata Roger, untuk mencegah keberulangan kasus serupa terjadi pada anak-anak lain, ia meminta Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi sepantasnya tidak diam,

"Bapak Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat pun tidak boleh tinggal diam, bahkan Menteri Agama Gus Yaqut CQ dan Presiden Joko Widodo pun seharusnya dapat menindak secara langsung Ibu Julaeha selaku Kepala Sekolah SDN Jomin Barat II dan Guru-Guru yang terlibat," kata Roger.

"Pecat, bukan dipindahkan, berhentikan, jadikan contoh bagi semua Kepala Sekolah dan Guru di seluruh Indonesia. Negara tidak boleh memberikan gaji dan fasilitas apapun, apalagi dana pensiun kepada pelaku tindak intoleran, pelanggar kesetaraan hak, dan pengkhianat Konstitusi," tegasnya.

Menurut Roger sudah sepantasnya mencabut semua hak guru dan kepsek yang terlibat sebagai ASN.

"Cabut segala hak nya untuk mengajar di manapun di wilayah Indonesia, siarkan secara nasional, bungkam radikalisme. Pilihan bagi semua ASN beraliran radikal dan anti Pancasila, anti Konstitusi seharusnya adalah mematikan pemahaman radikal dan intoleran yang mereka anut, atau mati kelaparan di bumi Pancasila," kata Roger.


Kelas 2 SD itu baru berumur 8 tahun kan ya gaes.
Kok bisa ya. Lebih tepatnya kok masih ada ya.
Kemendikbud tahun lalu kan bilang tak boleh diwajibkan.
Mau komen random tapi kok ada polanya.
KPAI malah ngurusin group chat LGBT SD Hoax.
Eh tapi ya mungkin bukan Hoax juga ya.
Lha umur 8 tahun udah bisa persekusi temannya sendiri tuh.
Ya ada kemungkinan juga udah ada orientasi seksual tersendiri ya.



anyway, nama kepala sekolahnya beneran Julaeha gaes.

Diubah oleh yellowmarker 07-07-2023 16:34
pemukapemuja
viniest
mr.do3
mr.do3 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.6K
107
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
gapatarAvatar border
gapatar
#18
Wah jd ingat kasus pemaksaan bgini di jogja, gubernurnya lsg gercep
pilotproject715
grenademan24
grenademan24 dan pilotproject715 memberi reputasi
-2
Tutup