Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lowbrowAvatar border
TS
lowbrow
Masjid Muhammadiyah Usai Sholat tak Ada Dzikir dan Doa Berjamaah, Ini Alasannya


Salah satu praktik ibadah yang dianggap lain dari Muhammadiyah adalah tidak ada dzikir dan doa berjamaah usai sholat. Dzikir dan doa dilakukan secara sendiri-sendiri oleh jamaahnya dan tidak dengan suara keras apalagi menggunakan speaker.

Maka tak heran masjid-masjid yang dikelola Muhammadiyah cenderung "sepi" sebelum atau sesudah sholat fardu.

Memang, ada banyak sekali perbindangan dan perbedaan pendapat di antara umat Islam dalam perkara dzikir berjamaah Dalam situs resminya Muhammadiyah menjelaskan, dzikir berjamaah dengan mengeraskan suara, apalagi disiarkan oleh TV, hal itu menjadi perselisihan pendapat di kalangan ulama.

Sebagian ulama memakruhkan bahkan mengharamkan dzikir yang cara pelaksanaannya seperti itu, dengan alasan berlawanan dengan isi firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surah Al A’raf ayat 205 dan Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu. Selain itu dzikir dan doa bersama-sama usai sholat tidak pernah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di samping juga mengganggu konsentrasi orang yang sedang shalat misalnya.

Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [QS. al-A’raf (7): 205]

Di dalam Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: Hai manusia, kecilkan suaramu, sebab kamu tidak menyeru kepada orang yang tuli da jauh, melainkan kamu menyeru kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia bersamamu. [HR. Muslim]

Dalam hadist Rasulullah lainnya diterangkan di antara orang yang mendapat naungan Allah dari terik panas matahari di hari kiamat ialah orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi sepi sehingga mengalir air matanya. Imam asy-Syafi’i dalam kitab al-Um juz I halaman 150 menyatakan yang artinya: “Saya mengutamakan para imam dan makmum berdzikir sesudah shalat dengan suara pelan, kecuali apabila imam menghendaki supaya dzikirnya itu dipelajari makmum. Di kala yang demikian itu barulah dzikir dikeraskannya. Tetapi setelah dirasakan bahwa makmum telah mengetahui (hafal), maka kembali lagi dzikir itu dibaca pelan”.

Alasan yang dipergunakan Imam asy-Syafi’i, yaitu surat al-Isra’ ayat 110:

Artinya: Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu seru, dia mempunyai Al-asmaaul-husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. [QS. al-Isra’ (17): 110]

Bagi sebagian ulama yang membolehkan dzikir berjamaah dengan suara keras, berargumentasi dengan beberapa hadits yang sebenarnya bersifat umum tidak menerangkan tentang kaifiatnya dibaca keras. Karena itu Menurut Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, cara terbaik bagi kita adalah kembali kepada praktik yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ulama salaf, yaitu secara pelan-pelan dan dilakukan sendiri-sendiri. Hal ini karena doa itu adalah ibadah, maka jangan dimasukkan rekayasa pikiran dan model-model yang tidak ada tuntunan kaifiyatnya.

https://kurusetra.republika.co.id/po...-ini-alasannya

bukan.bomat
bukan.bomat memberi reputasi
-1
2.1K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
pembela.tuhanAvatar border
pembela.tuhan
#12
ada ulama yg memakruhkan bahkan mengharamkan
Dan ada ulama yg menghalalkan bahkan mengutamakan

Bnyk kok perkara ky gini,nama nya jg agama by request
judogal
yoss19
yoss19 dan judogal memberi reputasi
0
Tutup