Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fundayhohoAvatar border
TS
fundayhoho
::Tim Nasional Indonesia:: - Part 5
THREAD TIM NASIONAL INDONESIA

Garuda di Dadaku




SOCCER ROOM GENERAL RULES
Read This Before Posting


Spoiler for Rules:



TAMBAHAN


Quote:


NB (Nurdin Balid): jangan ngepost dulu gan.... ane mau nambahin post lagi....
rendycuex
hikarinosenshi
papua.merdeka
papua.merdeka dan 25 lainnya memberi reputasi
24
528.7K
32.3K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
mabdulkarimAvatar border
mabdulkarim
#9345
Cerita Legenda Timnas: Dibayar Uang Saku, Susah Bertemu Presiden

Muhammad Robbani - Sepakbola
Selasa, 18 Apr 2023 22:20 WIB

Rully Nere hingga Robby Darwis hadir dalam diskusi Refleksi 93 tahun PSSI yang digelar oleh PSSI Pers awal pekan ini. Foto: Dok. PSSI Pers
Jakarta - Nasib pesepakbola Indonesia dari kompetisi Perserikatan dan Galatama sangat berbeda dibanding masa kini. Dibayar hanya dengan uang saku, susah bertemu Presiden RI.
Hal ini dikisahkan Rully Nere, Robby Darwis, dan Toyo Haryono yang hadir dalam diskusi Turun Minum PSSI Pers: Refleksi 93 Tahun PSSI di Jakarta, Senin (17/4/2023). Rully Nere dan Toyo Haryono banyak menghabiskan waktunya di Galatama, Robby Darwis di Perserikatan.

Galatama (1979-1994) adalah kompetisi semi-profesional yang diikuti oleh berbagai klub yang identik dengan korporasi atau pengusaha. Ada Semen Padang, Petrokimia Putra, Krama Yudha Tiga Berlian.

Sedangkan Perserikatan adalah kompetisi tradisional yang sudah berjalan sejak 1931-1994 dan diisi klub-klub lokal yang identik dengan pembiayaan pemerintah daerah.

Dikisahkan jebolan Perserikatan-Galatama tersebut, kondisi pesepakbola dulu tak seperti saat ini. Memang sepakbola sudah populer di Indonesia, tapi menggantungkan hidup dari sepakbola bukan hal yang bisa diandalkan.

"Fanatisme daerahnya luar biasa cukup fantastis. Saya sering juga liat tim Galatama ikut kompetisi yang cukup luar biasa. Pengalaman yang saya rasakan waktu itu dari perserikatan, pemain sudah matang, topnya di situ tidak ada pemain asing, lokal semua," kata Robby Darwis.

"Kalau saya sih, selama dapat dua emas SEA Games (1987 dan 1991) susah sekali ketemu presiden. Selama itu cuma sekali salaman. Ucapan-ucapan doang dulu. Sekali ketemu presiden (sewaktu) pelepasan SEA Games 1987. Jadi beda. Kalau sekarang kan ditonton pemerintah, antusias juga. Tapi tetap itu jadi motivasi, itu kebanggaan kita mewakili Merah putih," ujarnya menambahkan.

Kondisi yang lebih baik dialami Rully Nere. Maklum ia banyak berpindah-pindah klub yang berkompetisi di Galatama. Sistem pembayarannya sudah mendekati profesional, meski belum ada pakem penggajian tetap.

Rully Nere tercatat pernah membela Warna Agung, Yanita Utama, Krama Yudha Tiga Berlian, dan Pelita Jaya. Ia juga sempat membela klub kampung halamannya Persipura, lalu hijrah ke klub Perserikatan Persidja (Persija Jakarta).


"Tahun 1977 saya (berkompetisi) di Perserikatan, Persipura. Kemudian tahun 1978 hijrah ke Jakarta untuk memperkuat Persidja. Waktu itu ada lima klub lima besarnya perserikatan, sangat fanatik. PSMS, Persidja, Persebaya, PSM, dan Persiraja mungkin. Persib belum termasuk waktu itu," tutur Rully Nere.

"Dulu kalau juara (kami senang karena) dapat piala, sekarang kan kalau juara dapat duit (hadiah besar). Dulu semua melalui proses, kalau di perserikatan kita kalau lagi latihan baru dapat uang saku, tidak seperti sekarang (digaji). Di Galatama itu semi pro jadi kita dibayar bulanan. Saya juga waktu itu masih SMA, jadi ditanggung," ucapnya.

"Yang saya alami saat juara SEA Games 1987 waktu itu sama kapten Alm Ricky Yakob, kami (Timnas) menghadap Mas Sigit Soeharto. Kalau sekarang, belum juara juga duitnya. Mungkin zamannya berbeda. Jadi ya kebanggaan kita bisa main buat Merah-Putih, waktu juara SEA Games '87, kami cuma dapat Rp 1 juta per orang dan sampai sekarang yang juara itu dapat 100 ribu per bulan dari Yayasan Supersemar untuk tim yang juara di '87 dan '91," kenangnya.


Toyo Haryono. Foto: Dok. PSSI Pers

Rully Nere. Foto: Dok. PSSI Pers
Meski dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada, nyatanya sepakbola Indonesia cukup bisa bersaing di pentas internasional. Misalnya kiprah Timnas Indonesia yang nyaris lolos ke Piala Dunia 1958 dan 1986, ada juga Krama Yudha dan Pelita Jaya yang sempat menjadi semifinalis Asian Club Championship (cikal-bakal Liga Champions Asia).

Dan tentu saja menjadi juara SEA Games, gelar terakhir yang diraih Timnas Indonesia. Setelah itu, belum ada lagi kejuaraan yang berhasil dimenangi Garuda, kiprah klub Indonesia di pentas Asia juga makin merana.

"Di SEA Games, latihan tiga kali cukup luar biasa. Banyak yang kabur karena tak kuat program Anatoli Polosin (pelatih Timnas Indonesia saat itu). Pasti kami naik gunung, lari di gunung. Kami latihannya ke Malang. Gunung juga, fisik terus,"kata anggota Timnas Indonesia peraih medali emas SEA Games 1991.

"Semua serba fisik. Jadi waktu pertandingan di Manila (SEA Games 1991) itu modal fisik. Tapi taktik kalah dari Thailand. Tapi karena fisik, kita menang dan dapat semifinal adu penalti, final juga. Jadi memang yang dipegang Polosin itu fisik," ujarnya.

"Itu pengalaman yang cukup apa ya? Tapi karena suatu kebanggaan untuk nasional, kita tidak memikirkan apa-apa. Hasilnya didapat di SEA Games 1991."

Glorifikasi Macan Asia
Taring sepakbola Indonesia yang cukup menjanjikan di masa itu tak jarang membuat terciptanya penyematan 'Macan Asia'. Meski di kalangan sejarawan, istilah itu masih diperdebatkan karena dianggap hanya glorifikasi dan klaim semata.

"Kalau dari media luar, saya belum menemukan. Kami mengira itu kan pujian dari orang luar, tapi bisa saja dari kita (Indonesia) karena saya belum menemukan arsipnya," tutur pegiat sejarah olahraga Indonesia, Dimas Wahyu Indrajaya.

"Bisa jadi (Macan Asia jargon dari Soekarno), karena masa itu Soekarno hadir di beberapa event, meresmikan sesuatu, mungkin jargon-jargon dari Macan Asia mungkin dari Bung Karno sendiri, tapi saya belum nemu (sumbernya)," ucap lulusan Ilmu Sejarah Universitas Indonesia itu.


https://sport.detik.com/sepakbola/li...temu-presiden.
Banyak yang kabur emoticon-Big Grin
g4zza
clafelallerizu
kakidal27
kakidal27 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup