Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gutssyAvatar border
TS
gutssy
Lagi-Lagi Unitlink Makan 'Tumbal', Ada yang Merasa Dirampok

Bloomberg Technoz, Jakarta - Viral video seorang nasabah salah satu perusahaan asuransi yang mengeluhkan unitlink, kembali menyentakkan publik. Di media sosial TikTok, video yang diunggah oleh akun @Indriandhiny itu memicu kehebohan karena pengakuannya yang merasa ditipu oleh perusahaan penyedia asuransi.

“Dirampok sama bank sekelas BUMN,” demikian tulis akun TikTok itu dalam video yang sudah mendapat likes lebih dari 200.000 akun itu dan dikomentari lebih dari 25.000 komentar.

Indriandhiny menulis dalam captionnya, “Hati-hati kalau ditawari asuransi Axa Mandiri sama Bank Mandiri nanti uangnya dirampok.” Dalam video terlihat seorang perempuan, diduga pemilik akun, menangis di depan pintu kantor sebuah bank. 
Setelah ditelusuri, pemilik akun bernama asli Dini Indriani yang merupakan warga Bandung, Jawa Barat itu, mengaku sebagai nasabah PT Axa Mandiri Financial Services (Axa Mandiri) sejak 2017 sampai 2022, bersama suaminya Arba Alfarisi. Suami-istri itu mengaku rugi Rp 40 juta dari kepesertaan di produk yang memberikan dua fitur tersebut.

Arbi mengaku tidak mendapatkan penjelasan dari customer service Bank Mandiri tentang unitlink ketika pertama kali memutuskan membeli. Setiap bulan, tabungan Arbi dipotong Rp 350.000 untuk premi yang ia beli, lalu Rp 350.000 untuk sang istri dan Rp 500.000 untuk sang anak. Setelah kepesertaan 5 tahun, ia mengajukan tutup polis karena uang tabungannya terus dipotong. 

Padahal, asuransi bukanlah produk tabungan. Asuransi adalah produk jasa keuangan yang menawarkan jasa proteksi terhadap risiko-risiko finansial yang mungkin terjadi karena kejadian sakit, kecelakaan ataupun kematian.
Sedangkan unitlink merupakan produk yang lebih rumit dibandingkan asuransi biasa. Unitlink memiliki fitur investasi sehingga jauh lebih sophisticated di mana banyak mispersepsi bahwa investasi yang ditanam di produk itu tidak memiliki risiko layaknya produk tabungan. Inilah yang memicu banyak kasus terkait unitlink.

Produk Berisiko, Minim Edukasi

Kisruh unitlink terakhir yang pecah di media sosial itu menambah daftar panjang berbagai skandal yang menimpa industri asuransi, lebih khusus lagi terkait unitlink. Istana pun sampai bersuara. 

Presiden Joko Widodo dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2023 yang digelar awal Februari lalu mengungkapkan, ada banyak aduan masyarakat yang sampai padanya terkait asuransi unitlink.

"Rakyat itu hanya minta satu sebetulnya, uang saya balik. Karena saya waktu ke Tanah Abang ada yang nangis-nangis, ceritanya juga kena itu. Waktu di Imlek juga sama, nangis-nangis itu juga. Di Surabaya, nangis-nangis itu juga,” cerita Jokowi, seperti dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden, 6 Februari 2023. 

Catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), seperti dimuat di kanal Sikapi Uangmu, dalam 10 tahun terakhir produk unitlink telah mencetak pertumbuhan hingga 10.000%, jauh meninggalkan asuransi konvensional yang hanya mampu tumbuh 380%. Namun, keluhan terhadap unitlink juga semakin menggunung. 

Pada 2019, OJK menerima aduan sekitar 360 terkait unitlink. Setahun kemudian, jumlah aduan melonjak 65%. Beberapa nasabah asuransi unitlink yang merasa dirugikan bahkan mengadu dan melaporkan juga ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Menyusul semakin banyaknya keluhan terkait unitlink, OJK akhirnya tergerak untuk melakukan evaluasi. Tahun lalu, regulator sektor keuangan itu merilis Surat Edaran OJK Nomor 5/SEOJK.05/2022 tentang Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) alias unitlink.

Aturan itu menuntut perusahaan asuransi untuk meregistrasi ulang produk unitlink mereka, membenahi transparansi dan memperbaiki penerapan etika pemasaran di lapangan. Aturan itu memberikan waktu adaptasi pada perusahaan asuransi selama setahun. Masa transisi adaptasi itu berakhir bulan ini.

Insurance Broker dan Financial Planner Freddy Pieloor menilai, langkah OJK membenahi kisruh unitlink tidak akan terlalu banyak berdampak pada masyarakat. Pasalnya, dari awal produk unitlink ini memang problematis bagi konsumen. “Unitlink itu produk untuk kepentingan perusahaan asuransi dan agen, bukan untuk konsumen. Tidak ada untungnya bagi konsumen,” tegas Freddy.

Masyarakat, menurut Freddy, perlu kritis dengan menghindari produk-produk keuangan bermasalah supaya tidak semakin banyak muncul kerugian.

Di berbagai media sosial, ada banyak sekali kelompok nasabah yang merasa menjadi korban unitlink. Di Facebook, misalnya, ada fanpage Lentera Asuransi Indonesia yang dirintis oleh Freddy, berisi ribuan orang yang mengaku merasa dirugikan juga oleh produk unitlink tersebut.

Kebanyakan keluhan masyarakat yang merasa jadi korban unitlink bermuara pada kekecewaan terkait dana premi yang telah disetorkan. Setoran premi yang diharapkan bisa tumbuh sebagai investasi, nyatanya tidak berkembang bahkan merugi sehingga nasabah merasa kehilangan uang.

Dana investasi di unitlink yang hilang sejatinya tidak bisa dilepaskan dari karakteristik unitlink sebagai produk investasi yang juga memiliki fitur asuransi. Sebagai produk investasi, unitlink memiliki risiko penurunan nilai investasi, bahkan sangat mungkin terjadi nilai investasi habis karena performa aset dasar unitlink anjlok.

Data Infovesta Utama menunjukkan, sepanjang 2022 kinerja unitlink terbilang buruk. Tingkat imbal hasil atau return rate unitlink saham atau equity unitlink tercatat minus 3,62%. Sedangkan unitlink campuran atau balanced unitlink turun 0,42%. Hanya unitlink pendapatan tetap (fixed income unitlink) yang mampu tumbuh positif 0,11%.

Bagi pengelola unitlink, tahun 2022 lalu merupakan tahun yang buruk. Produk asuransi ini belum bisa memberikan imbal hasil  maksimal. Berdasarkan data Infovesta, cuma imbal hasil unitlink pendapatan tetap yang masih bisa positif sepanjang 2022 di level 0,11%. Sementara, imbal hasil unitlink saham -3,62% dan unitlink campuran -0,42%.

Karena kompleksitas produk hibrida ini, pada akhirnya membuat banyak kalangan “merasa terjebak” dan galau, apakah akan terus melanjutkan berinvestasi di produk tersebut atau menulis polis saja dengan konsekuensi kerugian yang sudah di depan mata.

“Saya ikut unitlink dari 2011, sampai sekarang jumlah saldonya tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh sales-nya. Mereka dulu bilang setelah 8 tahun akan tinggi hasilnya, malah jauh banget sekarang sangat sedikit [hasilnya]. Jadi bimbang mau berhenti atau tidak,” ungkap salah seorang nasabah asuransi unitlink dari perusahaan asuransi terkenal yang enggan disebut namanya.

Seorang nasabah unitlink lain juga menghadapi dilema serupa. “Duit di unitlink ini sebenarnya saya harapkan bisa untuk bekal hari tua karena saya percaya sekali dengan nilai investasi yang akan saya dapatkan. Tapi, ternyata tidak sesuai harapan dan sepertinya saya akan tutup saja,” ceritanya.

Bila Terlanjur Beli

Banyak nasabah unitlink yang terjebak kegalauan apakah hendak menutup polis atau melanjutkan saja. Bila menghentikan atau membatalkan polis, banyak nasabah yang bimbang mengingat premi yang dibayarkan sudah cukup besar. Sebaliknya bila melanjutkan polis, nasabah juga banyak yang melihat kinerja unitlink tidak sesuai harapan. Uang yang diinvestasikan ternyata merugi, dan lain sebagainya.

Freddy berpendapat bila kepesertaan unitlink Anda baru sebentar, dua atau tiga tahun, sebaiknya Anda tutup atau batalkan polis saja. “Karena produk ini memang salah dari awal, sebaiknya segera keluar secepatnya,” tegasnya. 
Bila Anda membutuhkan produk asuransi, kata Freddy, lebih baik langsung membeli produk asuransi tradisional yang lebih efektif memberikan proteksi. Dari sisi premi juga jauh lebih ekonomis.

Hal yang sama berlaku bila Anda ingin berinvestasi, tempatkan dana di produk investasi. Misalnya ke reksa dana secara langsung alih-alih ke unitlink. Sebagai perbandingan, bila Anda berinvestasi ke reksa dana melalui manajer investasi, Anda cukup dikenakan biaya subscription, redemption dan management fee juga custody fee.

Sebaliknya, bila berinvestasi di reksa dana melalui unitlink yang dilansir oleh perusahaan asuransi, selain biaya-biaya di atas, kata Freddy, Anda juga akan terkena biaya untuk perusahaan asuransi. “Biayanya banyak dan jelas lebih mahal dibanding langsung berinvestasi di reksa dana atau produk investasi lain,” kata Freddy.


Artikel asli: Lagi-Lagi Unitlink Makan 'Tumbal', Ada yang Merasa Dirampok
areszzjay
jiresh
essholl
essholl dan 3 lainnya memberi reputasi
0
2.2K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kangteknikAvatar border
kangteknik
#6
Unitlink ini adalah produk paling menipu menurut gw, bayangin aja duit lo dipake buat trading, kalo untung bagi 2 klo buntung derita lo. Mending ktauan trading sendiri atau masukin reksa dana. Skrng trading udh gampang koq punya smartphone jg udh pada bs daftar
qavir
antiketek
antiketek dan qavir memberi reputasi
2
Tutup