TB Simatupang: Syukurlah Tentara dan Rakyat Kita Belum Pintar Hingga Terus Semangat Berjuang Padahal Agresi Militer 2 Belanda Kuasai Yogyakarta itu Artinya Republik Indonesia sudah Kalah!
























Sing penting yakin!



Sebuah ungkapan yang mungkin tak ada seorang pun orang pintar baik itu profesor atau doktor yang pernah mengucapkan atau yang senada dengannya, saya yakin itu!

Kata mujarab yang jadi pelecut semangat perjuangan bahkan sekalipun tak menggunakan senjata secanggih musuhnya tapi keyakinan adalah hal utama dalam berperang, atau mungkin juga ketidakpintaran pun bisa jadi penentunya?

Orang pintar itu nggak sama dengan mereka yang tidak pintar apalagi jika suasana dalam keadaan berperang, bisa dilihat sejarahnya dulu sewaktu perang dunia kedua contoh dikedua sisi blok yang bertentangan yang pertama Prancis ketika tiba tiba digempur oleh Blitzkrieg Jerman dengan taktik yang tak mereka perhitungkan sama sekali, Maginot Line nggak ada artinya karena Jerman menyerang lewat hutan Ardennes hingga kewalahan maka apa boleh buat akhirnya Prancis pun dengan cepat menyerah dan atau cerita pasukan Jerman pimpinan Jenderal Paulus di Stalingrad karena sudah pasti akan meraih kekalahan ya akhirnya lebih baik menyerah.

Karena Prancis diisi oleh jenderal jenderal pintar macam Petain dan Gamelin ataupun Jenderal Jerman yang bahkan menolak berjuang sampai mati arahan pemimpin besar mereka sendiri, Adolf Hitler!





















Itu nggak bakal berlaku jika mereka belum pintar sebagaimana perjuangan rakyat dan tentara Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari serbuan tentara penjajah Belanda yang bersenjata lengkap, berpasukan khusus yang terlatih dan notabene adalah salah satu negara pemenang perang dunia kedua.


Ada bagusnya juga nggak pintar ya Gan?


Padahal menurut pengamat militer siapapun pasti bakalan mengatakan kalau keberhasilan tentara Belanda menduduki ibukota Yogyakarta saat itu artinya Republiken sudah kalah!

Namun dijelaskan oleh TB Simatupang dalam buku Laporan dari Banaran, bersyukurlah kita harus sangat bersyukur kala itu sebagian besar rakyat dan tentara kita belum pintar hingga beliau menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana keyakinan dan militansi rakyat Indonesia lah penyelamat republik ini walau Soekarno dan pembesar lainnya sudah ditangkap dan kekuasaan Indonesia dinyatakan telah habis namun rakyat tak mengerti?

Faktanya adalah TB Simatupang tak pernah melihat kala bergerilya kepelosok pelosok daerah, dari desa ke desa tak satupun ia dapatkan keluhan, kegentaran dan pesimis dari para pejuang dan rakyat, mereka selalu optimis tutur beliau!


"pasti suatu saat perang berakhir dan kita menang!"





















Menurut TB Simatupang dikarenakan tentara dan rakyat itu sama sekali tak pernah mendengar atau membaca pendapat ahli hukum maupun militer tentang bagaimana dan kapan saat suatu negara dinyatakan kalah dalam perang hingga mereka terus saja melakukan perang gerilya.


Merdeka atau mati!


Merdeka itu kita hidup dan menang sedangkan kalau kalah berarti kita mati jadi selama kita masih hidup artinya kita belum kalah, yok serbu

Pun dijelaskan pula oleh AH Nasution dalam buku Soedirman-Tan Malaka dan Persatuan Perjuangan bahwa kondisi saat itu pejuang dan rakyat sama sekali tak bisa membaca situasi dan kondisi yang sebenarnya, apalagi rakyat berjuang bukanlah sekedar demi Soekarno dan Hatta atau pemerintahan juga TNI bukanlah alat pemerintah jadi keberhasilan Belanda pada sore 19 Desember 1948 menaklukan Ibukota Republik Indonesia seperti tidak ada artinya apa apa buat rakyat kita.

Justru itulah pelecut semangat bahwa asing telah masuk kawasan mereka, ibarat induk ayam pun bakalan teladung seekor singa jika berani main main ke wilayah mereka apalagi sampai mau ganggu anaknya


"narasi dan opini sendiri"



Tulisan Sendiri:

@amekachi

Sumber Tulisan

Sumber Gambar: Penelusuran Gambar Google

Lawannya nggak ngerti menang atau kalah ya bingung lah ente mister