dita633Avatar border
TS
dita633
Anak Privilese, Belum Tentu Suka Gaya Hidup Mewah
Privilese atau dalam bahasa inggris dikenal dengan Priviledgemerupakan hak istimewa yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, dan tidak dimiliki oleh pihak lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, privilese ini datang dari orangtua yang terpandang atau bisa juga pengaruh dari orang yang tinggal di Kota besar. Nah yang jadi pertanyaan privilese itu apakah faktor keturunan dari orangtua? Ataukah memang pembawaan karakter si anak?

Jika dilihat sekilas memang ada benarnya juga anak yang privilese itu keturunan dari orangtuanya. Latar belakang orangtua yang kaya atau mungkin punya jabatan ditambah lagi suka hidup mewah pasti akan menjadi role model bagi anak untuk meniru orangtuanya.

Tapi tahukah kamu? Tidak semua privilese itu sama. Contohnya saya sendiri. Sebelumnya maaf bukan berarti sombong ya hehehe.  Disini saya cuma mau berbagi pengalaman, silahkan ambil dari sisi positifnya saja.

Saya terlahir dari keluarga yang cukup berada. Dari kecil apa yang saya inginkan selalu ada. Ayah saya bekerja sebagai kontraktor dan Ibu saya bekerja di instansi pemerintah. Siapa sih yang nggak kenal Ayah saya? Memang sih bukan pejabat yang terkenal, tapi relasi Ayah cukup lumayan. 

Singkat cerita, saya mulai tumbuh dewasa. Mulai kenal dengan lawan jenis. Terbukti meskipun saya terlahir dari keluarga privilese, namun tidak pernah yang namanya gaya hidup hedon. Sombong dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh orangtua saya juga nggak pernah. Bagi saya lebih nyaman hidup seperti sekarang ini. Lebih tampil apa adanya.

Disisi lain, saya mempunyai adik cewek. Nah adik saya itu entah mungkin dari kecil memang meniru orangtua saya atau bagaimana saya juga nggak tau. Intinya adik saya selalu mengikuti orangtua saya. Suka gaya hidup mewah dan banyak gengsinya.

Kesimpulannya, privilese tidak bisa dipastikan apakah itu faktor keturunan keluarga atau memang watak dari anak itu sendiri. Bagi saya sebaiknya anak yang tumbuh dari keluarga privilese, dididik supaya bisa hidup bermasyarakat dengan baik,  jangan sampai anak terbiasa dimanja namun membentuk pola pikir yang salah ketika dewasa.***
ondapriatna
bang.toyip
bukhorigan
bukhorigan dan 5 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
adrifebriAvatar border
adrifebri
#8
Almarhum bokap dan nyokap dulu dua2nya berkarir di perusahaan swasta.
Nyokap berkarir puluhan tahun di oil and gas asing, bokap pundah pindah di migas, banking, retail, recording, dsb.

Gue di taon 80-90-an udah alhamdulillaah ke luar negeri : Singapore, KL, Hongkong, Tokyo, LA, Melbourne. Nginep di sana pun di hotel bintang 5 (Mandarin, Marriott, Shangri-La, Regent, dsb.), karena fasilitas kantor nyokap.

Kalo abang gue (gue hanya dua bersaudara) sih gengsian, kalo beli barang maunya yg mewah dan bermerk.
Kebalikan dengan gue, kalo gue mah beli fungsi, bukan beli merk. Kalo kata tante Ida Kusumah, "Makan tu merknya..." emoticon-Big Grin
Gue lebih memilih hidup sederhana aja, toh semua kebutuhan alhamdulilaah terpenuhi.
Gue punya dan maen medsos juga mostly untuk politik2an dan nonton reels doang emoticon-Big Grin

Semua memang kembali ke karakter tiap2 orang, kok.

Gue juga ada sedokur yg doyan pamer, padahal pamernya bo'ongan. Barangnya ngga punya, tapi pura2 punya.
Ada lagi yg merongrong keluarga untuk bisa pamer, walhasil ortu dan sedokur kandungnya harus berkorban demi satu anak yg pengen bisa pamer.
bang.toyip
bang.toyip memberi reputasi
1
Tutup