Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adivaazzahraAvatar border
TS
adivaazzahra
Kenapa Fokus Pendidikan Terus? Karena Ini ...
Dokpri


Assalamu'alaikum, selamat malam, Agan dan Sista. Semoga malam ini Agan dan Sista selalu berada dalam lindungan Allah Swt., aamiin. Teruntuk kamu yang sedang galau, semoga segera kembali bersemangat dan ceria. Aamiin. Teruntuk yang sedang terkena musibah banjir di Makassar dan sekitarnya, tetap bersabar dan jaga kesehatan serta keselamatan keluarganya. Semoga Allah segera mengangkat musibah yang diberikan kepada kita. Sekiranya musibah itu Allah kirimkan untuk mengingatkan kita agar senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya, karena apalah kita ini tanpa-Nya.

Hem, tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini aku mau sedikit keluar dari zona review buku. Kali ini, aku mau bahas tentang motivasi sekaligus curhat kayaknya. Berhubung kali ini aku lagi ngerjain tesis yang bahas tentang itu. Jadi, sekalian saja dibuatkan di sini juga, biar otak enggak terasa penuh. Oh iya, minta doanya, ya, semoga pendidikanku kali ini berjalan lancar dan baik-baik saja.

Ya, akhir-akhir ini aku sering banget dengar orang yang mengatakan, "Perempuan, kok pendidikan terus? Nanti calonnya insecure, loh." Kalimatnya enggak selalu demikian, sih, tetapi maknanya mengarah ke sana. Enggak sekali dua kali aku dapati kalimat seperti itu.

Ya, awalnya memang agak nyesek, ada rasa tidak terima dan sebagainya. Tetapi lama-lama jadi santai dan tidak peduli sama apa yang orang lain katakan, toh ... perjalanan ini aku yang lalui. Aku yang rasakan dan aku juga yang tahu, mana yang membuatku merasa nyaman dan aman.

Kalau ada yang bilang, "Kan, sudah sarjana. Ngapain lanjut lagi? Kamu itu perempuan." Hem, ya kenapa kalau aku perempuan? Toh, aku juga punya hak yang sama dengan laki-laki untuk memiliki pendidikan. Lagi pula, enggak semua perempuan punya kondisi yang sama. Ada perempuan yang keluarganya adalah penganut nikah muda, ada yang keluarganya anti dengan nikah muda. Target usia menikah ada, tapi nanti setelah puas dengan dunia pendidikan, setelah puas menjelajahi pekerjaan, mencari pengalaman dan sebagainya.

Tidak sedikit perempuan yang memiliki keluarga yang menentang nikah muda. Alasannya, ada banyak ditemui di lingkungan tempat tinggalnya yang nikah muda, tapi hanya bertahan 3 bulan dan selesai. Terus, setelah itu selalu menyudutkan yang memilih untuk fokus pendidikan dan cari pengalaman di usia yang sama dengan si dia yang sudah bercerai di usia mudanya. Selalu berkata, "Emang beda kalau orang beruang dan cerdas dengan yang enggak."

Menjawab hal ini, aku jadi pengin nulis di sini tentang apa yang bikin aku di usia sekarang, saat teman-temanku sekolahku silih berganti sebar undangan dan aku masih semangat untuk terus belajar dan berjuang di dunia pendidikan, dunia kampus. Di antara alasan yang membuatku termotivasi ada beberapa.

1. Aku Bukan Anak Orang Kaya/Berduit

Ya, kehidupan kami awalnya untuk makan nasi 3x sehari itu susah sekali. Aku masih ingat, di masa kecil, aku kadang sampai enggak bisa bangun dari tempat tidur, bahkan buat balik badan juga sudah tidak kuat karena lapar yang teramat. Di masa seperti itu, siapa yang peduli? Hidup jauh dari keluarga, kebetulan Ibu adalah orang Jateng yang diboyong sama Ayah ke Sulawesi dengan kondisi yang ternyata jauh dari kota, di pelosok sana. Hidup di kebun, tanpa tetangga, tidak ada yang peduli kami hidup bagaimana.

Orang-orang banyak yang meremehkan, sampai lulus SMA, orang-orang selalu menganggap aku gak akan bisa kuliah dan akan langsung menikah. Tapi tidak, aku punya mimpi. Di kepalaku bukan hanya tentang nikah. Aku belajar dari pengalaman orang tua yang sudah susah, selalu diremehkan karena tidak punya uang, tidak punya pendidikan, dan tidak punya keluarga. Bapak punya saudara di Sulawesi, tapi anggap saja tidak ada karena kami bukan keluarga berduit.

Sekarang kan, orang hanya akan dianggap kalau ia punya uang banyak. Jadi, ya karena sering diremehkan dan dianggap tidak mampu. Walau berat, aku sebagai anak sulung harus bisa menjadi yang pertama untuk mengubah keadaan keluarga. Jadi, sekolah adalah salah satu cara yang menurutku paling nyaman, walau untuk biayanya harus berjuang keras. Meski kadang berbohong berkata masih punya uang buat makan yang sebenarnya tidak ada, tidak apa bagiku asal masih bisa membayar uang sekolah. Aku masih yakin, Allah tidak akan membuatku mati kelaparan selagi aku berusaha untuk mendapatkan rezeki halal. Entah dengan kerja freelance, ikut orang kerja serabutan, jualan apa pun yang bisa dijual, dan sebagainya. Intinya harus sekolah, biar tidak lagi dianggap rendah.

2. Aku Anak Pertama

Sebagai anak pertama, walau aku terlahir menjadi seorang anak perempuan, tetap saja beban di pundakku berat. Aku harus bisa memberikan contoh yang baik untuk adik-adikku. Aku harus bisa sekolah terus, supaya adik-adikku juga tidak memilih putus sekolah karena alasan biaya. Aku harus bisa memperlihatkan semangatku ke mereka, agar mereka juga mau berjuang bersama.

Kami bukan anak orang kaya yang kelak bakal punya harta warisan. Kami hanya akan dapat warisan ilmu, jika kami mau berusaha bersungguh-sungguh untuk belajar dan sekolah. Hanya itu yang kami bisa.

Kalau aku mengeluh dan bilang mau nyerah, adik-adikku juga akan berhenti. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk berhenti sampai semua adikku bisa selesai dengan pendidikannya dan bisa menggapai cita-citanya juga.

3. Kaluarga Bukan Penganut Sistem Nikah Muda

Jadi, di keluarga besar dari pihak Ibu dan keluarga terdekat dari pihak Ayah sama-sama tidak mau jika kami menikah sebelum usia benar-benar matang atau sudah selesai dengan pendidikan. Di lingkungan kami sudah terlalu banyak yang seumuranku, nikah muda terus cerai. Padahal usia pernikahan mereka bahkan ada yang belum sampai 1 tahun.

Keluarga tetap memberi target batas maksimal untuk masa pendidikan, terus kerja atau mencari pengalaman apa pun setelah masa pendidikan sebelum memutuskan untuk menikah. Jadi, kami tidak akan terkekang dengan pertanyaan kapan nikah dari keluarga. Kami hanya akan terkekang dengan permintaan melanjutkan pendidikan, akan ke mana, rencana mau kerja apa setelah selesai.

Nikah adalah urusan belakang, toh kalau jodoh akan bertemu juga. Allah punya caranya tersendiri untuk mempertemukan kami dengan dia yang akan menjadi jodohmu kelak. Pendidikan bukan penghalang seseorang untuk menemukan jodohnya. Kalau soal insecure, ya semua orang insecure pada hal yang berbeda. Tapi, emang insecure-nya seseorang itu harus jadi tanggung jawab kita? Enggak, kan? Itu urusan pribadi dia dengan dirinya dan pikirannya. Memang kenapa dia harus insecure? Toh, kita sama-sama manusia, sesama ciptaan Allah, dan mungkin juga sama-sama makan nasi, selama dia orang Indonesia. #Eh

Kurasa segitu saja curhatan dan celotehku malam ini. Capek juga ngetiknya, tapi rasanya sedikit lega setelah menuliskannya di sini. Itu ceritaku tentang kenapa aku bersemangat untuk terus bersekolah dan mengejar apa yang kuinginkan.

Tulisan ini enggak ada niat untuk membuat orang berpendapat pro dan kontra, ini murni mengeluarkan uneg-uneg yang kalau dipendam terus, rasanya kepala akan meledak. Sekian dan terima gaji. Wassalamu'alaikum. Selamat malam.


Adiva Azzahra,
Gowa, 13 Februari 2023.

Opini pribadi
zulmusarofah
zulmusarofah memberi reputasi
1
691
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
adivaazzahraAvatar border
TS
adivaazzahra
#1
Selalu diremehkan dan dianggap tidak ada itu, enggak enak.
0
Tutup