santrilakilakiAvatar border
TS
santrilakilaki
7 Sisi Gelap Pesantren dari LGBT hingga Perbudakan Seksual
JABAR EKSPRES – Maraknya kasus perundungan dan kekerasan seksual membuat nama pondok pesantrian atau akrab disebut pesantren kerap memupuk titik kelam yang berubah menjadi sisi gelap tersendiri.

Pondok pesantren yang seharusnya menjadi tempat para santri menimba ilmu, nama baiknya kerap tercoreng dan memiliki sisi gelap yang telah menjadi rahasia umum di masyarakat.

Kendati tidak semua pondok pesantren memiliki rekam jejak buruk atas kasus perundungan, pencurian dan kekerasan seksual. Namun, masyarakat khususnya para orang tua dan semua yang terlibat dalam aktivitas di pesantren perlu memberikan perhatian lebih kepada para santri yang ada.

Menurut data kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), tercatat ada 37 kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan pondok pesantren yang tercatat pada periode 2018 hingga 2019.

Laporan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan ke Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menunjukkan, universitas dan pondok pesantren menjadi lembaga yang paling banyak menerima aduan kekerasan seksual. Tercatat sebanyak 14 laporan yang berasal dari universitas sepanjang 2015 hingga Agustus 2020.



Yang paling mengejutkan adalah kasus pemerkosaan 13 santri hingga hamil yang dilakukan seorang guru bernama Herry Wirawan di Pesantren Madani Boarding School dan Rumah Tahfidz Madani yang berada di Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, yang kasusnya terungkap pada Februari 2022 lalu.

Pada periode Januari-Juli 2022, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Retno Listyarti mencatat ada 12 kasus kekerasan seksual anak yang terjadi. Yaitu di jenjang SD sebanyak 2 kasus, jenjang SMP sebanyak 1 kasus, pondok pesantren 5 kasus, madrasah tempat mengaji/tempat ibadah 3 kasus; dan 1 tempat kursus musik bagi anak usia TK dan SD. Rentang usia korban antara 5-17 tahun.

Sisi Gelap Pesantren
Di balik data yang telah kami temukan, ternyata ada lebih banyak sisi gelap pesantren yang tidak terungkap data maupun pemberitaan yang ada di media. Melansir dari berbagai media dan pengalaman salah seorang santri, berikut adalah 7 sisi gelap pesantren yang telah kami rangkum dari berbagai sumber:

1. Sarang Kleptomania
Seorang santri Pondok Pesantren Al Berr Sangarejo di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur berinisial INF (13) dibakar oleh seniornya, MHM (16). Kejadian nahas tersebut terjadi pada Sabtu 31 Desember 2022.

MHM telah ditetapkan sebagai tersangka. Meski demikian, pihak Pondok Pesantren sempat menyebutkan, tidak ada unsur kesengajaan pada peristiwa tersebut.

Meski INF saat itu belum terbukti mencuri saat dilakukan pembakaran, tampaknya kasus kekerasan dan pencurian sudah menjadi hal yang cukup sering terjadi di lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes). Hal tersebut menambah daftar sisi gelap pesantren.

2. Perundungan (Bullying) dan Senioritas
Kasus penganiayaan berujung tewasnya AM (17), satri Pondok Modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang terjadi September 2022 lalu adalah salah satu daftar kasus perundungan (bullying) yang terjadi di pesantren.

Mungkin ada lebih banyak jumlah kasus perundungan di pesantren dari tingkat ringan hingga berat yang tidak terekspos media. Beberapa pondok pesantren tampaknya masih menanamkan senioritas dan superioritas yang menyebabkan banyaknya terjadi kasus perundungan. Yang lebih menyedihkan, seringkali pihak Ponpes lebih memilih menutupi dan tidak mau turun tangan atas banyaknya kasus perundungan yang terjadi.

3. Kekerasan seksual
Deretan kasus kekerasan seksual di lingkungan pondok pesantren telah kami jelaskan di paragraf awal lengkap beserta data kasus yang telah dipaparkan. Hal ini perlu menjadi perhatian lebih bagi pihak pesantren dan pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual di lingkungan Ponpes. Orang tua juga perlu kesadaran lebih ketika menitipkan anak di pesantren dengan cara menanyakan kabar setidaknya satu kali dalam seminggu. Hal itu untuk memastikan bahwa anak mereka tetap aman dari kejadian yang tidak diinginkan semala menjadi santri di pondok pesantren.

4. Sarang penyuka “sesama jenis”
Seorang santri berinisial ANJ (13) disodomi seniornya F (16) di salah satu pesantren di kawasan Parigi, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Peristiwa bejat itu diketahui terjadi pada Jumat 28 Oktober 2022 yang lalu di kamar tidur pelaku. Berita tersebut menambah sisi gelap Pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama.

Maraknya perilaku LGBT di pesantren tampaknya bukan sebuah kabar isapan jempol lagi. Bahkan disebut-sebut, pesantren adalah salah satu lahan yang cocok untuk para kaum LGBT dalam mencari pasangan. Bahkan mendalami perilaku LGBT. Hal tersebut dikarenakan pihak pesantren tidak memperbolehkan santri untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan lawan jenis.

Meski demikian, perilaku tersebut hanya dilakukan sejumlah oknum dan tidak berlaku bagi semua santri di pondok pesantren yang ada di seluruh Indonesia.

5. Penyakit kulit
Penyakit kulit kudis atau gudik (dalam Bahasa Jawa) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei yang menginfeksi permukaan kulit dengan membuat lubang mikro sehingga timbul gatal dan luka. Penyakit ini cukup ramai dijangkiti santri bahkan sampai dijadikan candaan bahwa tidak sah seorang santri yang belum pernah mengalami ini. Sangat menyedihkan.

Beberapa pondok terutama pesantren yang masih minim fasilitas dalam hal menjaga kebersihan seringkali membuat para santrinya terjangkit penyakit kulit. Bahkan seringkali santri menularkan penyakit kulit pada santri lainnya. Hidup bersama-sama dalam satu bangunan yang tertutup dengan sanitasi yang tidak memadai tentu membuat penularan penyakit kulit akan semakin cepat.

Sebelum memilih pesantren, alangkah baiknya meninjau kondisi kebersihan bangunan pesantren serta fasilitas yang ada di dalamnya untuk kesehatan para santri.

6. Perbudakan
Media sosial sempat dihebohkan dengan unggahan seorang anonim yang mengirimkan cuitan mengenai praktik perbudakan yang diduga terjadi di salah satu pondok pesantren.

Cuitan tersebut dikirimkan oleh anonim tersebut melalui akun Twitter @tanyakanrl pada Jumat 9 September 2022.



Perbudakan berkedok pelatihan tampaknya harus diwaspadai santri dan dihindari oleh pengajar maupun pimpinan pesantren.

Di awal cuitan, pengirim cuitan mengungkapkan bahwa di keluarga pemilik pondok pesantren pasti memiliki santri yang ditugaskan untuk melayani mereka. Santi tersebut rela melakukan hal-hal tersebut agar bisa tetap belajar di pondok pesantren tersebut.

Tindakan superioritas yang dilakukan pimpinan dan pengajar di pesantren kerap kali terjadi dengan dalih agar santri bisa mendapatkan ilmu darinya. Selain itu, beberapa pesantren pun mengadakan pelatihan kewirausahaan yang berlebihan yang hasil produksinya akan dijual, tetapi para santri seringkali hanya mendapatkan sedikit bahkan tidak mendapatkan keuntungan sama sekali dari produk yang mereka ciptakan.

Selain praktek perbudakan tenaga, kasus Herry Wirawan juga mengungkap bahwa perbudakan seksual bisa terjadi di lingkungan pesantren.

7. Penitipan anak nakal
Anggapan pesantren sebagai penitipan anak nakal tampaknya sudah menjadi julukan umum. Beberapa orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya yang memiliki perilaku buruk ke pesantren daripada merehabilitasinya ke psikiater atau psikolog. Hal itu malah menambah kasus perundungan dan kekerasan yang terjadi di pesantren.

Ilmu agama dianggap bisa menyelesaikan semua masalah tanpa ada bimbingan kesehatan mental. Padahal, anak usia sekolah khususnya di bawah umur 18 tahun masih perlu dibimbing dengan pendekatan fisik dan psikis, bukan hanya spiritual.

Perlu diketahui, pesantren adalah tempat siswa muslim untuk mendalami ilmu agama, bukan tempat ‘pembuangan’ anak nakal. Jika anak Anda memiliki perilaku buruk, maka konsultasikanlah pada psikiater atau psikolog. Bukan ke tempat orang-orang yang ingin bersungguh-sungguh mendalami ilmu agama berharap perilakunya bisa menjadi lebih agamis.

Itulah 7 sisi gelap pesantren yang telah kami rangkum dari beberapa sumber dan media terpercaya. Pesantren tidak akan menjami para santrinya menjadi ahli dalam ilmu agama Islam. Tapi yang menjamin adalah diri santri itu sendiri.

Setiap pesantren pasti memiliki sisi gelap dengan ukuran sangat ringan hingga berat. Maka dari itu, jika Anda ingin menyekolahkan putra dan putri Anda ke pondok pesantren, pilihlah pesantren dengan rekam jejak yang baik. Pastikan putra dan putri Anda bersedia menuntut ilmu di pesantren dan tidak ada unsur keterpaksaan. Semoga bermanfaat.

https://jabarekspres.com/berita/2023...kan-seksual/2/
nomorelies
xneakerz
bajier
bajier dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.8K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Ombambang08Avatar border
Ombambang08
#3
Harus lengkapi cctv dn bisa diakses oleh ortu santri
pilotamoy141
bukan.bomat
bukan.bomat dan pilotamoy141 memberi reputasi
2
Tutup