Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

agustus999Avatar border
TS
agustus999
Ledakan Omicron BF.7 di Cina dan Potensi Covid-19 Varian Baru di Dunia


TEMPO.CO, Jakarta - Apakah ledakan kasus baru Covid-19 di Cina dapat melepas virus corona mutan yang baru ke dunia? Para ilmuwan tidak dapat memastikan namun mencemaskannya.

Seperti yang disampaikan Stuart Campbell Ray, pakar penyakit menular di Johns Hopkins University, AS, dia menyebut Cina memiliki populasi penduduk yang sangat besar, 1,4 miliar jiwa, namun imunitas yang terbatas. "Itu bisa saja menjadi setting untuk kita bisa melihat ledakan varian virus baru," katanya.


Menurut Ray, setiap kasus infeksi baru memberikan peluang bagi virus corona untuk bermutasi. Dan di Cina, virus itu--terutama subvarian Omicron BF.7--diketahui sedang menyebar dengan cepat setelah otoritasnya memutuskan meninggalkan kebijakan karantina ketat 'zero Covid' per 7 Desember 2022.

Meski cakupan vaksinasi di negara itu dilaporkan tinggi, tapi tidak untuk level booster terutama di kalangan penduduk lansia-nya. Tambahan lagi, vaksin-vaksin domestik yang telah digunakan terbukti kalah efektif menghadapi infeksi Covid-19 yang berat dibandingkan vaksin mRNA bikinan Barat.

Hasilnya, Ray menilai Cina saat ini menjadi, "Lahan subur untuk virus corona Covid-19 berubah."



Situasi Kasus Baru Covid-19 di Cina
Cina kini menghadapi apa yang kemungkinan menjadi ledakan kasus baru Covid-19 terbesar di dunia di masa pandemi. Prediksinya, sebanyak 800 juta penduduk akan terinfeksi dalam beberapa bulan ke depan. Angka kematiannya, menurut beberapa studi pemodelan, bisa mencapai setengah miliar.

"Peningkatan jumlah kasus ini akan terjadi sangat cepat," kata epidemiolog Ben Cowling dari University of Hong Kong. "Di Beijing sudah terjadi jumlah pasien yang membeludak dan di banyak kota besar lain karena penyebaran yang sangat cepat itu."


Perhitungan dari Komisi Kesehatan Nasional Cina, angka reproduksi virus yang sedang menyebar di negerinya saat ini melonjak menjadi 16. Angka reproduksi virus (R0) biasa digunakan untuk mengukur daya tular virus lewat berapa banyak jumlah orang yang bisa ditularkan oleh satu orang yang sakit atau sudah terinfeksi.

Sebagai ilustrasi, di permulaan pandemi pada awal 2020 lalu, nilai R0 adalah 2-3. Sedang ledakan kasus Omicron di Amerika Serikat pada tahun lalu mencatatkan angka R0 sebesar 10-11.

Angka 16 di Cina saat ini, kata Cowling, "Adalah daya tular yang sangat tinggi." Dia bersepekulasi, itulah sebabnya pemerintah Cina meninggalkan kebijakan zero Covid. "Virusnya terlalu menular. Infeksinya berlipat ganda dalam hitungan jam."


Beranda
Tekno
Ledakan Omicron BF.7 di Cina dan Potensi Covid-19 Varian Baru di Dunia
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 31 Desember 2022 00:30 WIB

Warga antre di klinik darurat yang didirikan di dalam stadion, di tengah wabah Covid, di Beijing, Cina 19 Desember 2022. REUTERS/Alessandro Diviggiano

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah ledakan kasus baru Covid-19 di Cina dapat melepas virus corona mutan yang baru ke dunia? Para ilmuwan tidak dapat memastikan namun mencemaskannya.

Seperti yang disampaikan Stuart Campbell Ray, pakar penyakit menular di Johns Hopkins University, AS, dia menyebut Cina memiliki populasi penduduk yang sangat besar, 1,4 miliar jiwa, namun imunitas yang terbatas. "Itu bisa saja menjadi setting untuk kita bisa melihat ledakan varian virus baru," katanya.

Menurut Ray, setiap kasus infeksi baru memberikan peluang bagi virus corona untuk bermutasi. Dan di Cina, virus itu--terutama subvarian Omicron BF.7--diketahui sedang menyebar dengan cepat setelah otoritasnya memutuskan meninggalkan kebijakan karantina ketat 'zero Covid' per 7 Desember 2022.

Apa peran Ferdi Sambo dalam kasus
Tambang Ilegal Kalimantan?
Baca Sekarang
Meski cakupan vaksinasi di negara itu dilaporkan tinggi, tapi tidak untuk level booster terutama di kalangan penduduk lansia-nya. Tambahan lagi, vaksin-vaksin domestik yang telah digunakan terbukti kalah efektif menghadapi infeksi Covid-19 yang berat dibandingkan vaksin mRNA bikinan Barat.

Hasilnya, Ray menilai Cina saat ini menjadi, "Lahan subur untuk virus corona Covid-19 berubah."


Situasi Kasus Baru Covid-19 di Cina
Cina kini menghadapi apa yang kemungkinan menjadi ledakan kasus baru Covid-19 terbesar di dunia di masa pandemi. Prediksinya, sebanyak 800 juta penduduk akan terinfeksi dalam beberapa bulan ke depan. Angka kematiannya, menurut beberapa studi pemodelan, bisa mencapai setengah miliar.

"Peningkatan jumlah kasus ini akan terjadi sangat cepat," kata epidemiolog Ben Cowling dari University of Hong Kong. "Di Beijing sudah terjadi jumlah pasien yang membeludak dan di banyak kota besar lain karena penyebaran yang sangat cepat itu."

Perhitungan dari Komisi Kesehatan Nasional Cina, angka reproduksi virus yang sedang menyebar di negerinya saat ini melonjak menjadi 16. Angka reproduksi virus (R0) biasa digunakan untuk mengukur daya tular virus lewat berapa banyak jumlah orang yang bisa ditularkan oleh satu orang yang sakit atau sudah terinfeksi.

Sebagai ilustrasi, di permulaan pandemi pada awal 2020 lalu, nilai R0 adalah 2-3. Sedang ledakan kasus Omicron di Amerika Serikat pada tahun lalu mencatatkan angka R0 sebesar 10-11.

Angka 16 di Cina saat ini, kata Cowling, "Adalah daya tular yang sangat tinggi." Dia bersepekulasi, itulah sebabnya pemerintah Cina meninggalkan kebijakan zero Covid. "Virusnya terlalu menular. Infeksinya berlipat ganda dalam hitungan jam."


Omicron BF.7 di Cina dan Dunia

Shan-Lu Liu, virolog di Ohio State University, AS, mengungkapkan banyak subvarian Covid-19 Omicron yang telah dikenal saat ini bisa dideteksi di Cina. Termasuk Omicron BF.7 yang diyakini berada di balik ledakan kasus yang sedang terjadi sekarang.

BF.7, kependekan dari BA.5.2.1.7, adalah subturunan dari Omicron BA.5. Laporan dari Cina mengindikasikan BF.7 memiliki kemampuan infeksi terkuat di antara jenis-jenis Omicron yang terdeteksi di negara itu. Lebih cepat menyebar, memiliki masa inkubasi terpendek, dan lebih mampu menginfeksi ulang orang yang sudah pernah sakit, atau sudah pernah divaksin, atau keduanya.


BF.7 membawa mutasi spesifik R346T dalam protein paku SARS-CoV-2--bagian dari virus yang berperan penting untuk bisa menginfeksi sel. Mutasi ini, yang juga bisa kita lihat pada induknya yakni Omicron BA.5, memperkuat kapasitas virus melawan antibodi penetralisir yang dihasilkan oleh vaksin atau infeksi sebelumnya.

BF.7 sudah terdeteksi di beberapa negara lain di dunia sebelum kabar ledakan kasus di Cina. Beberapa negara itu termasuk India, AS, Inggris serta Belgia, Jerman, Prancis, dan Denmark di Eropa. Namun di negara-negara itu, BF.7 terdeteksi tetap rendah penyebarannya selama ini.


Sebagai contoh di AS diperkirakan menyumbang 5,7 persen saja dari kasus infeksi Covid-19 yang dilaporkan sepanjang pekan yang berakhir hingga 10 Desember lalu. Angkanya bahkan turun dari 6,6 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Omicron BF.7 memicu ledakan kasus baru Covid-19 dengan tingkat infeksi yang juga lebih serius di Cina diduga karena tingkat imunitas populasi penduduknya yang lebih lemah. Gejala infeksi subvarian ini serupa dengan subvarian Omicron lainnya yang banyak menyerang sistem pernapasan atas.

MEDICAL EXPRESS, NPR, LIVE SCIENCE


https://tekno.tempo.co/read/1674187/...-baru-di-dunia

Kalau cuma di CCP's country sih gpp. Masalahnya kalau sampai di Nusantara tercinta ini lho. Bisa repot. APBNnya ini. Perlu hati-hati.


Spoiler for Pakai Obat:


reita96
wetp794239
bang.toyip
bang.toyip dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.3K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kajianinternalAvatar border
kajianinternal
#4
@suryahendro
Quote:

Sejak zaman jebot pun memang sifat "vanity" itu "Achilles' Heel" nya org Cina".

Beda bgt sm Jepang yg langsung tersadar begitu kenak gertak dikit doang oleh armada US yg dipimpin pleh laksamana Matthew Perry bhw Jepang memang hrs mengadopsi teknologi militer Barat demi mempertahankan kedaulatan wilayahnya.

Sedangkan Cina harus 2x bengep babak belur dan dibuat ternguik-nguik oleh armada Inggris utk tersadar bhw Cina sdh ketinggalan jauh dari Barat.

Knp sih hrs gengsi belajar dr Barat? Kalo disuruh belajar dr kaum pecundang cam Rohingya dan Uyghur noh baru deh tuh gengsi boleh lah dipakek.

Apa jangan2 Jingpig dah sunat dan mualaf sehingga otomatis ikut narasi kadrun Nusantara yg kurleb bunyinya "kita ini kan org Timur dng norma ketimuran jd jgn lah kita kek Orba (orang barat)emoticon-Matabelo
qulitqulup
drkhntr3ss
drkhntr3ss dan qulitqulup memberi reputasi
2
Tutup