Visiliya123Avatar border
TS
Visiliya123
Berkemah di Nglimut Gonoharjo (BASED ON TRUE)



Quote:


Quote:


Cerita ini terbilang sudah agak lama. Dan kebetulan aku kembali mengingat cerita ini ketika teman-teman kelasku ingin mengadakan acara camping di liburan semester ini sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Jadi, cerita ini terjadi sekitar 4 tahun yang lalu jika dihitung dari tahun ini. Saat itu aku kelas 2 SMA di sebuah sekolah yang ada di kabupaten Grobogan, Jawa Tengah karena rumahku di daerah itu hahaha. Di sekolahku dulu terdapat dua acara perkemahan. Yang pertama itu PERSAMI atau perkemahan Sabtu Minggu, yang kurasa semua sekolah juga mengadakan kegiatan tersebut. Yang dimana kegiatan tersebut diadakan untuk siswa baru di sekolahan masing-masing. Nah, yang kedua ini ada PAT (Perkemahan Akhir Tahun), aku gak tau ini umum diadakan di semua sekolah atau hanya beberapa sekolah atau malah hanya sekolahku saja, yang jelas PAT ini sudah menjadi tradisi di sekolahku. Dan herannya, kegiatannya selalu diadakan di Nglimut Gonoharjo. Kegiatan PAT ini dilaksanakan menjelang naik kelas 3, karena tidak memungkinkan diadakan saat kelas 3, dimana para siswa tentu akan sibuk dengan segala macam ujian.

Nglimut Gonoharjo ini terletak di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Di sini memang dijadikan bumi perkemahan, dan mungkin saja karena letaknya cukup dekat dengan daerahku jadi dipilihalah bumi perkemahan Nglimut itu.

H-2 sebelum berangkat, badanku tiba-tiba panas, aku jatuh sakit sehingga tidak berangkat sekolah saat itu. Teman-teman sekelompokku pun resah karenanya, bukan karena mengkhawatirkan keadaanku, tapi karena mengkhawatirkan nasib mereka nanti. Ya, gimana gak khawatir, untuk berkemah kan kita butuh alas, setidaknya tlasar biru yang tipis dan lebar itu yang biasanya digunakan orang-orang desa untuk menjemur padi. Dan sialnya, aku yang kebagian membawa tlasar tersebut, dua lagi. Akhirnya mereka pun kebingungan mencari karena dalam kelompok tersebut hanya aku yang punya, maklum saja mereka tinggal di pinggiran kota jadi tidak pernah jemur padi, makanya tidak punya. Aku yang merasa gak enak akibat keributan tersebut akhirnya nekat untuk tetap ikut, meski dilarang oleh orang tuaku.

Hari H pun tiba. Sebelum berangkat, kami dikumpulkan di lapangan sekolah terlebih dahulu, check in akhir dan diberi arahan untuk apa yang akan kami lakukan dan tidak boleh kami lakukan. Saat itu, salah satu guru ada yang memberi wejangan, di sana kita tidak boleh membuang sampah sembarangan atau mengambil barang yang ada di sana dan membawanya pulang atausesuatu yang buruk akan terjadi. Larangan seperti itu memang sering dikatakan, sehingga kami menganggap hal itu enteng-enteng saja. Paling hanya mitos, seperti itulah kira-kira.

Setelah diberi banyak arahan, sekitar 12 mobil patroli polisi datang. Ya, kalian gak salah baca, kami memang naik mobil patroli polisi untuk ke Nglimut. Bayangkan, angkatanku yang terdiri kira kira kurang lebih ada 360 orang, dibagi menjadi 12 kelompok. Bayangkan,30 orang berada dalam satu mobil bak yang samping-sampingnya di tutupi terpal, dan hanya menyisakan bagian belakangnya saja yang dibiarkan terbuka dengan besi-besi yang membatasinya. Beruntungnya aku, karena posisi lagi sakit, maka teman-teman memintaku untuk duduk di samping pak supir dengan salah satu guruku. Sehingga aku tidak merasakan desak-desakannya orang orang di bagian belakang.

Perjalan cukup mulus, kami tidak terjebak macet karena polisi membunyikan Sirene-nya. Tentunya hal ini menarik perhatian. Terbukti ketika kita sampai di desa Nglimut, melewati jalanan desa, anak-anak kecil keluar hanya untuk melihat kami lewat. Bukannya merasa bahagia karena berasa jadi artis aku malah malu karena seperti tahanan saja.

Keluar dari jalanan desa, mobil mulai melaju ke jalanan yng di mana kanan kirinya hutan pinus. Ini artinya kita sudah memasuki kawasan pegunungan. Kudengar teman-temanku di bagian belakang sesekali menjerit karena sering tergeser. Bagaimana tidak, jalannya menuju lokasi cukup ekstrim karena jalan perbukitan yang berlekok-lekok dengan tikungan tajam dan menanjak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana isi perutku teraduk aduk jika aku duduk di belakang. Apalagi pak polisi yang menyupir menggunakan kecepatan tinggi, katanya setelah mengantar kami mereka ada urusan lagi, jadi cepat-cepat.

Selang beberapa lama, mobil pun tiba di lokasi. Banyak temanku yang muntah-muntah setelah turun dari mobil. Alhasil kami semua berhenti sejenak di bawah pohon-pohon besar, duduk sembarangan di atas rumput liar sembari melepas penat sebelum berjalan kaki menuju lokasi perkemahan.

Setelah dirasa cukup. Dengan tas besar yang bertengger di punggung, kami diintruksi untuk berbaris sesuai kelas untuk absen. Satu persatu dari kami kemudian masuk melewati gapura yang menyambut. Hal yang pertama yang kami liat yaitu warung-warung di pinggir pintu masuk. Kami melewati jalan dari kapling menuju lokasi. Di samping-samping jalan terdapat macam-macam rumah adat yang ada di Indonesia, dimana tidak dihuni hanya untuk spot foto saja. Akhirnya kami pun tiba di tempat perkemahan. Ada dua lapangan yang diperkenalkan, satunya di atas dan satunya bagian bawah yang kami gunakan untuk mendirikan tenda.

Seharian itu kalau gak salah hari Ju'mat tidak ada kegiatan sampai malam. Setelah sampai, sorenya kami mendirikan tenda dan malamnya kami gunakan untuk istirahat sebelum memulai aktivitas esok nanti. Seperti kegiatan perkemahan lainnya, paginya diawali apel pagi atau pembuka lalu dilanjut kegiatan yang lain, seperti lomba-lomba simapur, dan teman temannya. Malamnya ada kegiatan mencari jejak. Karena sudah dihimbau untuk tidak jauh-jauh dari tenda, panitia mengakalinya dengan menutup mata kami. Kapten tim berada di bagian paling depan, lalu anggotanya di belakang sambil memegang pundaknya, seperti permainan naga dan ayam. Kami diberi intruksi oleh panitia dengan suara, misal jalan terus atau hati-hati ada lubang, lompat. Hahaha, tidak ada yang spesial, cuma anak-anak yang penakut suka menjerit-jerit histeris ketika ditakut-takuti oleh panitia, seperti diputarkan lagu lingser wengi atau tiba tiba kakinya dipegang dan lain sebagainya. Atau ditakuti dengan cerita-cerita menakutkan.

Hari pertama tidak ada masalah. Memasuki hari kedua ini masalah mulai berdatangan. Paginya ada acara senam, lalu menjelang siang ada acara muncak dengan titik finis di kebun teh Medini. Saat itu aku yang masih sedikit sakit memilih untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut. Dan beruntungnya aku tidak sendirian karena dua orang temanku ikut menemani.

Tempat yang awalnya ramai tiba-tiba sangat sepi seperti tidak ada kehidupan. Hanya ada kami bertiga dan para penjual di dekat gerbang. Sambil menunggu yang lain datang, kami bertiga keliling-keliling, berfoto ria di ayunan, di bawah pohon dan di rumah-rumahan. Ada satu kejadian aneh. Saat itu aku tengah berfoto di rumah yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Satu persatu tangga aku naiki, terdengar suara tangga tua yang terinjak. Tapi aku tetap menaikinya. Sampai di 5 tangga paling atas aku berhenti dan memilih duduk di sana sambil bergaya. Setelah mendapat beberapa gambar, tiba-tiba pintu rumah yang tertutup terbuka sendiri, padahal tidak ada angin. Dan lagipula tidak ada yang menempati rumah tersebut. Karena takut aku cepat-cepat turun dan mengejar temanku yang sudah lari duluan.

Kami memilih masuk ke dalam tenda, sambil menormalkan detak napas yang tak beraturan. Untuk menghindari hal-hal aneh kami tetap berada di tenda sampai ketiduran, sampai kami tidak sadar kalau di luar gerimis dan hari mulai menggelap akibat mendung. Kami terbangun setelah beberapa teman kami masuk tenda untuk mengambil baju ganti dan siap mandi.

Sore harinya sudah tidak gerimis meski masih menyisakan mendung gelap di langit. Dengan seragam pramuka kami siap mengikuti apel kembali. Saat kami hendak naik ke lapangan atas yang digunakan untuk apel, temanku tiba-tiba menjerit histeris, kemudian menangis sambil menunjuk pohon dekat lapangan. Tidak hanya satu orang tapi ada lebih dari tiga orang. Kami mulai bingung kenapa mereka bertingkah seperti itu, sampai apel pun ditunda karena kericuhan tersebut. Aku mencoba bertanya pada salah satu temanku yang menjerit histeris tadi, katanya dia melihat orang dengan pakaian hitam-hitam, yang menatap kami tajam dengan mata merah menyala. Dan yang lain pun mengatakan hal yang sama padahal aku tidak melihat apa-apa di sana.

Setelah keadaan cukup membaik dan kondusif, kegiatan mulai dilanjutkan. Kali ini kegiatannya adalah api unggun. Sudah ada kayu yang bertumpuk di tengah-tengah dan kami semua melingkarinya. Alam sepertinya tidak sedang bersahabat, angin kencang terus saja bertiup sehingga sulit menyalakan api. Kami terus saja berdoa agar acara lancar. Badanku sudah mulai panas dingin, aku tak sanggup lagi untuk berdiri, sehingga terduduk lemas. Salah satu petugas PMR membawaku ke pinggir, aku duduk direrumputan dan ditawari untuk ke tenda guru, dimana tenda tersebut digunakan untuk pos PMR karena pos PMR yang disiapkan rubuh. Awalanya aku menolak, karena takut jika di dalam tenda sendirian. Tapi karena sudah tidak kuat lagi akhirnya aku dipaksa dibawa ke tenda. Tidak seperti bayanganku, ternyata di dalam tenda sudah banyak siswa lainnya yang terlukai lemas. Baru saja aku diintruksi untuk tiduran, tiba-tiba siswi di sampingku menjerit histeris. Alhasil refleks aku berdiri menjauh. Siswi tersebut terus saja menjerit kesetanan seperti orang kesurupan.

Kedua tangan dan kakinya dipengangi banyak orang. Tapi siswi tersebut seakan memiliki tenaga lebih sehingga guru yang memegangi kesulitan dibuatnya. Salah satu bapak-bapak petugas kesehatan datang, badannya tinggi besar dengan bewok tipis yang menghiasi dagunya. Beliau langsung saja menemoelkan tangannya di dahi siswa tersebut sambil membaca apa aku tidak tahu karena tidak mendengarnya. Setelah beberapa menit akhirnya siswa tersebut kembali tenang. Dan siswa lain yang nasibnya seperti aku diminta kembali untuk tiduran dan jangan takut. Berulang kali intruksi "Jangan melamun, lebih baik berdoa" terus saja diucapkan oleh petugas kesehatan sampai dipikiranku terdoktrin untuk melafalkan doa doa yang aku hapal. Dari mulai ayat kursi sampai doa mau makan aku lafalkan dengan lirih karena bingung mau melafalkan apa lagi. Karena saat itu aku tidak hafal surat yasin hehe.

Api unggun pun selesai. Aku kembali ke tenda bersama kelompokku. Karena sangat lelah, kami tertidur pulas. Paginya kami siap-siap untuk pulang. Semua orang diam, tidak ada yang bercerita tentang kejadian semalam karena dilarang dan disuruh untuk melupakan. Kamu pulang menaiki mobil patroli polisi kembali. Dan seperti berangkat, perjalanan sangat mulus, bedanya aku sekarang duduk di belakang, karena di depan sudah diisi oleh siswa yang kemarin muntah-muntah.

Keesokan harinya, kami kembali berangkat sekolah seperti biasa. Kupikir sudah aman dan tidak ada masalah. Tapi siangnya, anak kelas sebelah malah kesurupan. Dia menjerit, tertawa dan kadang menangis sambil berguling-guling di lantai kelas. Kerudung yang terpasang di kepalanya pun terlepas, rambutnya jadi awut-awutan seperti orang gila karena dijambaki sendiri. Salah satu anak sekelasnya yang katanya punya indra keenam menangis menjerit ketakutan. Katanya dia melihat seorang wanita dengan pakian jaman dulu yang terus mengikuti si siswi yang kesurupan tadi. Alhasil, satu sekolahanku gempar bukan main. Pembelajaran saat itu ditiadakan, dan kami semya dihimbau tetap di dalam kelas sambil membaca yasin 3 kali.

Sesekali aku mendengar jeritan ketakutan dari anak kelas sebelah. Setelah pembacaan yasin 3x kami dihimbau untuk pulang ke rumah. Sekokah berakhir lebih cepat saat itu. Pagi harinya aku mendengar kabar, bahwa siswi yang kesurupan kemarin ternyata membawa biji-bijian dari kebun teh medini, padahal sudah ada larangan tidak boleh membawa apa-apa dari sana. Siswi tersebut kembali normal dan tidak diganggu setelah orang pintar yang diundang ke sekolah bersama salah satu guruku kembali ke nglimut dan mengembalikan biji-bijian tersebut ke tempatnya semula.


TAMAT

Quote:




Quote:



Sumber gambar : pixaby, google dan dokumentasi pribadi


Diubah oleh Visiliya123 24-12-2022 02:23
doelviev
disya1628
namakuve
namakuve dan 14 lainnya memberi reputasi
15
3.9K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Kucinggarong145Avatar border
Kucinggarong145
#9
Reti gone kui tenanan Ra kih
0
Tutup