Dikutip dari Forbes, per 2022 Ciliandra Fangiono mengantongi harta hingga US$ 2,2 miliar atau setara dengan Rp 34,32 triliun (kurs Rp 15.600). Dengan kekayaannya yang mencapai Rp 34,32 triliun itu, sosoknya berhasil menempati urutan ke-20 dalam daftar orang terkaya di Indonesia 2022 versi Forbes. Dan orang kaya termuda di Indonesia.

Perusahaannya First Resources adalah perusahaan minyak sawit yang terdaftar di Singapura dengan perkebunan ratusan ribu hektar di Indonesia. 13 tahun lalu dia bekerja di divisi perbankan investasi Merrill Lynch dan saat kuliah di Cambridge dia dapat penghargaan dari PriceWaterhouse. Memang pintar anak ini.

Ayahnya adalah Martias Fangiono alias Pung Kian Hwa, Bos PT Surya Dumai Group (SDG). Termasuk raja sawit. Keren ya. Perusahaan terdaftar di luar negeri tapi cari duit di Indonesia. Smart! Indonesia itu sorga bagi orang yang smart.

Dari data dan fakta diatas, kita dapat melihat gambaran dan mendapatkan kesimpulan bahwa menjadi kaya di usia muda tidak sulit. Ada dua kriteria yang dipenuhi untuk mencapai hal itu yaitu berpendidikan tinggi dan punya orang tua pengusaha yang kaya raya. Investasi adalah kunci dari keberlanjutan generasi. Orang tua yang menjalani investasi jangka panjang mempunyai kans yang sangat besar untuk membuat masa depan generasi penerusnya cerah.

Kesimpulan berikutnya adalah banyak orang Indonesia tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya hanyalah konsumen. Mereka adalah pangsa pasar yang sangat besar dan luas bagi para pelaku usaha yang memiliki basis di luar negeri tetapi menjalankan usahanya di dalam negeri.

Contoh kasus Surya Dumai Grup (SDG) diatas hanyalah segelintir dari sekian banyak kasus serupa yang tidak atau belum terdeteksi sama sekali. Tentu saja kasus-kasus serupa ini membawa dampak negatif yang signifikan terhadap masyarakat lokal. Beberapa dampaknya adalah kerusakan alam, sumber daya alam yang dikeruk tidak manfaatkan kembali untuk daerah dan ketimpangan antara pengusaha lokal dan nasional makin meninggi.

Selain itu, kenyataan bahwa sistem pendidikan di Indonesia tidak memberi dampak yang cukup besar terhadap pengembangan sumber daya manusia Indonesia seperti yang digembar-gemborkan presiden Jokowi di awal pemerintahannya pada periode kedua lalu.

Well, kalau melihat hal-hal semacam ini sih makin jelas bahwa kedepan kita bakal hanya lebih banyak jadi penonton dan konsumen. Gimana menurut agan dan sista?

Sumber :

https://www.google.com/amp/s/finance...ta-rp-34-t/amp